Tata Pariwisata Kalbar Dinilai Lemah

Pontianak - Penataan kepariwisataan daerah dinilai belum dilakukan sebagaimana mestinya. Alasannya sektor ini belum berkembang sesuai dengan harapan. “Pemerintah Propinsi Kalbar belum memiliki pengetahuan dan konsep yang matang, sehubungan upaya pengembangan kepariwisataan daerah,” ujar Tobias Ranggie, Sekretaris Fraksi Pemberdayaan Daerah DPRD Kalimantan Barat (Kalbar) belum lama ini. Dia memisalkan bagaimana pemerintah membangun rumah adat dari etnis besar di propinsi ini yakni rumah adat Dayak dan rumah adat Melayu. Secara tegas Legislator Partai Merdeka tersebut mengungkapkan keberadaan kedua rumah adat itu hanya dapat disaksikan dari bentuknya. Sementara keberadaannya tak menyimpan apa pun yang mengandung makna tertentu, sehingga masyarakat awam tidak mengerti bagaimana keaslian dari rumah tersebut.

“Coba lihat, kita tidak temukan para rumah adat Dayak dan Melayu perangkat-perangkat seperti tempat tidur, dapur, dan lain-lain,” keluhnya. Sementara yang begitu disayangkan figur yang juga Wakil Ketua Komisi Pembangunan tersebut, kedua rumah adat dari etnis berbeda tersebut juga dibangun di tempat berbeda. Hal yang menurut dia menimbulkan adanya kesan pengkotak-kotakan yang dilakukan sejak awal. “Sudah saatnya kita membangun perkampungan budaya Kalbar dalam satu areal yang sama,” gugah legislator asal Bumi Uncak Kapuas tersebut.

Sejak awal DPRD Kalbar kerap menyoroti komitmen pemerintah dalam membangun kebudayaan serta pariwisata Kalbar. Mereka meminta agar pemerintah berupaya membangun sentra-sentra kebudayaan dan kesenian yang meluas hingga terdapat di seluruh kabupaten/kota. Bahkan parlemen pernah mengusulkan agar pemerintah membangun cultur center atau kampung budaya khas Kalbar sebagai pusat promosi seni dan budaya.

Meskipun pariwisata Kalbar tampaknya belum tertata dengan baik, namun Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Kalbar melalui dua pintu masuk cukup signifikan. Dua pintu masuk yang dimaksud yakni Pintu Lintas Batas (PLB) Entikong, Kabupaten Sanggau serta Bandara Supadio Pontianak di Kabupaten Kubu Raya. Pada Februari lalu jumlah wisatawan mencapai 1.879 orang. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 16,93 persen dibanding jumlah mereka pada Februari tahun lalu yang hanya tercatat sebanyak 1.607 orang.

Sumber: http://www.pontianakpost.com (28 Desember 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts