`Visit Musi` Tak Sekadar Wisata Sungai

Palembang - “Visit Musi 2008” telah dibuka Sabtu (5/1) kemaren. Meski tak dihadiri Presiden Yudhoyono, gaung peluncuran ajang wisata yang menjual ikon Sungai Musi yang memang sudah terkenal akan keindahannya itu, tak berkurang meriahnya. Apalagi, tiga menteri ditunjuk langsung oleh Presiden Yudhoyono untuk hadir, yakni Menteri Koordinator Perekonomian Budiono, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Jero Watjik, dan Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa.

Jembatan Ampera yang merupakan land mark Kota Palembang bersolek demikian rupa, di Benteng Kuto Besak, hamparan luas di sisi jembatan yang dibangun dengan biaya pampasan perang Jepang itu bakal menyedot perhatian warga Palembang. Selain itu, tentunya wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan mancanegara (wisman).

Keseriusan menggarap “Visit Musi 2008” memang tidak sebatas peluncuran yang memakan dana mencapai lebih dari Rp 2 miliar. Lebih dari itu, berbagai acara dipersiapkan sepanjang tahun sehingga diharapkan bisa memancing animo wisawatan berkunjung ke daerah ini.

Fasilitas hotel berbintang hingga melati juga dijamin takkan mengecewakan. Hotel berbintang lima pun ada di Palembang. Belum lagi, hotel dan penginapan serta wisma, sehingga wisatawan tinggal memilih sesuai dengan kemampuan kantongnya.

Kalaupun ikon yang dipilih, “Visit Musi 2008”, menurut Gubernur Sumsel H Syahrial Oesman bukan berarti yang dijual hanya sepanjang Musi itu. “Itu hanya mewakili saja. Karena sesungguhnya paket wisata yang bisa dikunjungi tersebar di wilayah Sumsel. Sebut saja, Gunung Dempo di Pagar Alam yang tak kalah dengan suasana Puncak di Jawa Barat. Lalu, ada Danau Ranau di Ogan Komering Ulu (OKU), atau Danau Teluk Gelam di Ogan Komering (OKI),” ujarnya.

Selain itu, wisata sejarah berupa tempat-tempat sejarah, terutama berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, bahkan perkampungan religius tempat awal tumbuhnya Islam juga melengkapi objek wisata yang bisa dikunjungi.

Guna menunjang program wisata ini, menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Sumsel Rachman Zeth, peran serta masyarakat juga terlihat, dengan terbentuknya Musi Tourism Board (MTB) yang bakal mendukung agar sepanjang tahun Sumsel tak sepi dari berbagai kegiatan.

Berbagai stakeholder dilibatkan dalam organisasi ini. “Harus diyakini pula, memang Palembang telah menjadi alternatif untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat nasional, apakah itu simposium, rapat kerja, dan kegiatan lainnya dari pemerintahan, BUMN, ataupun perusahaan swasta yang biasanya memiliki waktu tinggal lebih dari dua hari. Secara tidak langsung, memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi, baik itu di bidang rumah makan, hotel, bahkan cendera mata, baik berupa pernik-pernik maupun makanan khas,” ujar Ketua Musi Tourism Board Ahmad Rizal.

Perlu Pembenahan

Potensi dan peluang yang ada memang menjanjikan bisa menunjang pertumbuhan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sumsel. Tetapi, objek yang ada tentu juga perlu dibenahi. Bagaimana misalnya kondisi objek Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TKPS) yang diharapkan bisa menjadi sumber informasi sejarah Kerajaan Sriwijaya di Gandus bisa membuat pengunjung ingin kembali.

Atau, kondisi kampung kapitan, bekas perkampungan ornag-orang China di zaman Belanda bisa membuat pengunjung bercerita kepada teman-temannya di tempat asalnya untuk juga mengunjungi tempat monumental itu.

Begitu juga, objek-objek seperti Pulau Kemaro, bisa menambah alternatif objek yang bisa dihampiri selama di Palembang. Bagaimana kondisi objek-objek tersebut, mudah tidaknya akses ke sana. Bagaimana perlakuan tukang becak, pengemudi taksi, pedagang makanan khas, penjual cendera mata tentu juga bisa mempengaruhi keinginan wisatawan untuk kembali lagi.

Jumlah pemandu wisata dan kualitas pemandu yang selama ini menjadi persoalan bagi dunia pariwisata juga harus mendapat perhatian. “Selama ini, profesi pemandu wisata hanya menjadi alternatif karena tak ada pekerjaan lain. Ini membuat pemandu kurang memenuhi standar,” ujar Ketua PHRI Sumsel, Iwan Setiawan.

Jalur masuk ke Sumsel sendiri bisa melalui udara yang disambut dengan Bandara Internasional atau lewat darat dengan mobil dan kereta api. Atau lewat laut, melalui Sungai Musi. Ini tentu merupakan peluang dan potensi yang mestinya ditindaklanjuti dengan kesiapan objek-objek yang tidak membuat wisatawan kecewa.

Sumber: www.sinarharapan.co.id (7 Januari 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts