Wisata Gerilya GAM Aceh Diminati Wisatawan Mancanegara

Bandung, Jabar - Sektor pariwisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) hingga saat ini belum tergali secara optimal. Salah satu kegiatan wisata yang kini dikembangkan pemerintah daerah NAD bersama masyarakat mantan anggota GAM dan Aceh Explorer Adventure adalah kegiatan wisata gerilya di basis pertahanan GAM.

“Saya sebenarnya lebih suka ini disebut semacam ekowisata, tetapi Pak Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh) yang memilihkan nama wisata gerilya, meski berakibat dikritik dan tidak mau didanai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan alasan politik sensitif,” ujar konsultan Aceh Explorer Adventure Tours Mendel John Pols, saat berkunjung ke Kantor Redaksi HU. Pikiran Rakyat, Jalan Soekarno Hatta 147, Selasa (12/4).

Wisata yang mulai ditawarkan sejak tahun 2007 lalu tersebut dan kini mulai diminati wisatawan mancanegara, menurut mualaf akrab dipanggil Nurdin. Al Hidayah, adalah kegiatan wisata berunsur petualangan. Kegiatan dipusatkan di Pucok Krueng, Aceh Besar, karena lokasinya dinilai paling strategis di dekat Laut Malaka dan memenuhi unsur petualangan menyusuri sungai di tengah rerimbunan sisa hutan alam yang masih ditinggali monyet-monyet liar dan biawak.

“Bahkan, di hutan perbukitannya, masih menetap beberapa beruang madu, elang, dan burung wallet,” ujar Nurdin.

Dikatakan Nurdin, pihaknya optimis untuk mengembangkan wisata gerilya seperti yang dikembangkan di Vevezuela dan Thailand. Menurut dia, beberapa bekas lokasi

markas GAM sangat potensial digarap menjadi wisata jungle tracking yang diminati turis mancanegara.

Ditambahkannya, saat ini saja pihaknya sudah melayani sedikitnya 100 wisman untuk melongok beberapa titik seperti di Pucok Kreung Aceh Besar, yang lokasinya

hanya sekitar setengah jam dari pusat Kota Banda Aceh. Para mantan anggota GAM mendapat penghasilan sedikitnya Rp 150.000 per orang untuk mengantar tamu

melakukan napak tilas di bukit-bukit sekitar Kota Banda Aceh.

-

Arsip Blog

Recent Posts