Wisata Kabut Pantan Terong

Aceh Tengah - Ketika tiba di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, kawasan wisata Pantan Terong, Aceh Tengah, dilapisi kabut tebal. Angin mendesir mengalirkan hawa dingin. Jarak pandang hanya beberapa depa. Sekeliling dipenuhi gumpalan awan putih. Mobil diparkir dengan penuh hati-hati. Takut terjerembab karena jarak pandang yang terbatas.

Selang beberapa saat kemudian, angin mendesir lebih kencang. Kabut yang bagai selimut itu ikut dibawa angin. Jarak pandang seolah terkuak, dan makin lama makin jelas.

Sebuah danau terhampar. Mula-mula samar, tapi akhirnya benar-benar sangat jelas dan nyata, manakala selimut kabut telah tersingkir ditiup angin. Danau Laut Tawar terbentang bagai permadani hijau dengan permukaan yang tenang. Danau kebanggaan masyarakat Aceh Tengah itu ibarat lekuk kuali dengan dinding-dindingnya yang hijau.

Penyair besar Indonesia, WS Rendra sontak berteriak kagum. Sebuah pemandangan yang disebutnya sebagai luar biasa. “Si Burung Merak” ini pun berteriak kegirangan yang ekspresif.

Lama Rendra dan rombongan menikmati “wisata kabut” Pantan Terong itu. Sebuah pengalaman yang menurutnya sangat jarang ia temui di tempat lain. “Benar-benar sesuatu yang luar biasa,” lukis Rendra yang hadir ke Takengon dalam rangka baca puisi bersama beberapa penyair Aceh, pada 23 Agustus 2007 silam.

Pantan Terong berada di pucuk gunung di kawasan Kecamatan Bebesen. Dibangun pada masa Bupati Mustafa Tamy. Ditawarkan sebagai salah satu lokasi wisata yang penting di Takengon. Kawasan ini sempat dipersiapkan untuk kehadiran Presiden Megawati. Namun urung. Karena Megawati tak jadi datang ke Tanah Gayo.

Berdiri di Pantan Terong, segera terlihat seluruh sisi Aceh Tengah. Di timur, hamparan danau laut Tawar. Di arah kanan kawasan Pegasing dengan lapangan pacu kude dan di kiri gunung berapi Burni Telong dan landasan pacu lapangan terbang Rembele di Bener Meriah.

Di pucuk Pantan Terong terdapat sebuah bangunan peristirahatan yang dilengkapi dengan sebuah toilet yang kurang terurus. Tak ada yang menjaga kawasan itu. Nyaris tak diperoleh fasilitas apapun, selain sebuah pemandangan yang berada di ketinggian. Yang membuat Pantan Terong “eksotis” adalah fenomena kabut yang selalu terjadi di kawasan itu.

Bupati Aceh Tengah, Ir Nasaruddin sempat menasihatkan rombongan agar tidak berangkat selepas zuhur. Sebab Pantan Terong pasti akan diselimuti kabut. Berbeda kalau berkunjung pagi hari ketika matahari mulai naik. Pemandangan akan terang benderang ke segenap arah.

Tapi justru bagi Rendra dan rombongan pemandangan kabut itu tadi sebagai pengalaman yang merasuk. Mula-mula kabut tebal yang penuh misteri melingkupi Pantan Terong sampai jarak pandang benar-benar terbatas. Ada debar, ketika suasana itu ditingkahi embusan angin dingin dengan desaunya yang terdengar sangat dekat di telinga. Sampai kemudian lapisan kabut perlahan menyingkir, dan samar-samar pemandangan mulai jelas dan puncaknya kabut menyingkir. Seolah danau Laut Tawar, Burni Telong, hamparan sawah Kebayakan dan ladang Pegasing menyembul begitu saja dari balik misteri kabut. Sebuah impresi yang hampir tak bisa dilukiskan.

Boleh jadi, Pantan Terong akan sangat ramai pada musim liburan Lebaran Idul Fitri kali ini. Namun jangan lewatkan wisata berkabutnya. Dan itu bisa dinikmati pada waktu selepas zuhur. Benar-benar pengalaman yang sulit mendapat tandingan.

Sumber: www.serambinews.com (8 Oktober 2007)
-

Arsip Blog

Recent Posts