Alat Musik Tradisional "Sompret" dan Seniman Pegunungan Kendeng

Sarju Wantoro (67), warga Desa Galiran, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, menjadi pusat perhatian masyarakat, saat dia mengikuti rombongan Barongan Jaya Sakti, Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, yang berunjuk rasa di depan Kantor DPRD Kabupaten Pati, Rabu (24/2).

Di tengah rombongan Barongan, seniman pegunungan Kendeng tersebut memainkan alat musik tiup tradisional bernama sompret (seperti trompet). Dengan alat musik berbentuk unik itu, Sarju menjadi pengatur irama gerakan pemain barongan dan pemukul kendang, kenong, dan gong.

"Saya memainkan sompret sejak 1972. Sompret itu merupakan warisan ayah saya. Semula sompret itu rusak, kemudian saya perbaiki di Kudus," ujarnya.

Menurut Sarju, sompret terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala atau lubang tiupan, badan dengan enam lubang untuk menciptakan nada, dan corong. Bagian kepala atau lubang tiupan dan badan sompret terbuat dari kayu langka setigi. Adapun bagian corong terbuat dari tanduk kerbau.

Para seniman kerap menggunakan sompret sebagai alat musik pengiring barongan dan reog. Di kalangan masyarakat umum, sompret kerap digunakan sebagai teman penghibur di kala menggembalakan ternak atau menjaga padi yang telah menguning di sawah.

"Lagu-lagu yang kerap ditembangkan dengan sompret misalnya Walang Kekek, Ijo-Ijo, Pangkur Ombo, Suwe Ora Jamu, Cublak-Cublak Suweng, dan Kicir-Kicir," tutur Sarju.

Ia menuturkan, di Pati, seniman maupun warga pemain sompret atau penyompret sudah amat jarang. Bahkan di desanya, kini hanya tinggal dia sendiri atau satu-satunya pemain sompret. Anak-anak, saudara, dan cucu-cucunya, tidak ada yang mau menjadi penyompret.

Mengapa demikian? Karena setiap orang yang belajar selalu kesulitan dalam teknik membunyikan sompret. Pasalnya, meniup sompret membutuhkan napas panjang dan kepandaian mencuri napas di sela-sela nada tertentu.

"Selain itu, alat musik tersebut sudah sukar didapat," kata Sarju yang mampu meniup sompret tanpa nada henti selama 1-2 jam.

Seniman Barongan Jaya Sakti, Rahiyo (47), mengatakan, di Kecamatan Sukolilo, sompret merupakan alat musik pengiring barongan yang paling khas. Sompret antara lain berfungsi untuk memanggil warga supaya menonton pertunjukan barongan.

Untuk barongan, sompret kerap digunakan sebagai pengusir sengkolo dan sukerto yang terkait dengan roh-roh jahat. "Kami, para seniman, berupaya melestarikan sompret. Melestarikan alatnya mudah, namun mencari generasi penerus yang memainkan sompret, itu yang sulit," ujarnya.

HENDRIYO WIDI

-

Arsip Blog

Recent Posts