Sastrawan Kondang dari Ranah Minang Tutup Usia

Padang, Sumbar - Dunia sastra Indonesia berduka. Sastrawan dari Sumatera Barat, Wisran Hadi menutup usia saat sedang mengetik tulisannya di rumahnya Jalan Gelugur Blok H, No 2, Wisma Indah II Lapai, Kecamatan Nanggalo Padang, Sumatera Barat.

Wisran Hadi kelahiran Padang 27 Juli 1945 ini menutup usia 66 tahun penyakit jantung mendadak. Dickalangan sastrawan dan budayawan bahkan para wartawan, sangat mengenal sosok Wisran Hadi.

Dia seorang penulis novel, drama, dan melatih teater sekaligus dosen tamu di Fakultas Sastra, Universitas Andalas Padang. Sastrawan ini menikah dengan Profesor Raudha Taib merukana keluarga pewaris Kerajaan Pagaruyung.

“Kata Bu Upik (Raudha Thaib) Wisran Hadi sedang mengetik mengarang tulisan sambil mengobrol dengannya, tiba-tiba rebahdi meja. Ibu Upik terkejut, lalu dibawa ke kamar dan diberi obat, namun napasnya sudah tersengal-sengal dan tak tertolong lagi. Dia meningggal pukul 07.30 WIB,” kata Yusrizal KW, sastrawan dan wartawan dari Sumatera Barat, Selasa (28/6/2011).

Dia mengaku kaget atas meninggalnya Wisran Hadi karena baru beberapa hari dia menerima naskah kumpulan esai pilihan Wisran Hadi yang dimuat di surat kabar, dan akan dibukukan Yayasan Citra Budaya, penerbit pimpinan Yusrizal.

Dalam Sejarahnya, Wisran Hadi sastrawan dan budayawan Indonesia yang pada mulanya banyak melukis kemudian jadi penulis berbagai gendre karya sastra.

Lahir dan dibesarkan di ranah Minang, Sumatera Barat. Tamat ASRI Jogjakarta 1969. Tahun 1977 mewakili Indonesia dalam International Writing Program di Iowa University, Iowa, USA selama 4 bulan dan 1978 melakukan observasi teater modern Amerika Serikat di New York. Tahun 1987 kembali melakukan observasi teater modern Amerika dan Jepang.

Tahun 1991 dan 2000 mendapat penghargaan sebagai Sastrawan Terbaik Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tahun 2000 mendapat penghargaan South East Asia (SEA) Write Award. Tahun 2003 mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia.

Dua kali dia dianugerahi penghargaan oleh Pemerintah Kota Padang (1976 dan 2005) sebagai seniman teladan dan budayawan Indonesia. Sejak 2001 sampai 2005 menjadi dosen tamu untuk mata kuliah Sejarah dan Filsafat Seni dan Penulisan Kreatif pada Akademi Seni Kebangsaan (ASK) Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia di Kuala Lumpur.

Sebelumnya menjadi dosen luar biasa pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang. Penulis tetap pada surat kabar. Selain menulis, melukis, dan mengajar, dia juga banyak memberikan makalah pada berbagai seminar, baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Beberapa novel yang ditulisnya adalah ‘Tamu’, ‘Imam’, ‘Orang-orang Blanti’, ‘Negeri Perempuan, ‘Dari Tanah Tepi’, ‘Pelarian’, ‘Daun-daun Mahoni Gugur Lagi’ (kumpulan 22 buah cerpen), Guru Berkepala Tiga (kumpulan 22 buah cerpen). Dan beberapa naskah di tulis oleh sastrawan tersebut.

-

Arsip Blog

Recent Posts