Seniman Indonesia Tampil di "Festival Budaya Jakarta-Berlin"

Berlin, Jerman - Seniman Indonesia yang berkarya dan berdomisili di Jerman mendapat kehormatan tampil dalam "Festival Budaya Jakarta Berlin" yang dibuka Duta Besar Indonesia untuk Jerman Dr. Eddy Pratomo di studio Admiral Palast Berlin, Sabtu malam.

Di hadapan sekitar 200 undangan memenuhi kursi penonton, acara diawali atraksi bunyi bunyian dari gong raksasa oleh seniman Sayo, asal Surabaya yang berdomisili lebih dari 20 tahun di Berlin, demikian Ketua panitia penyelenggara Martin Jankowski.

Dubes Dr. Eddy Pratomo, saat acara persemian festival budaya kedua Negara yang akan berlangsung hingga 3 Juli itu menyambut hangat kerja sama dua kota antara Berlin dan Jakarta.

Hal ini merupakan kali pertama sebuah hajatan besar antara dua negara yang menyangkut dua kota, ujar Dubes Eddy Pratomo yang tidak lupa mengingatkan bahwa hubungan Indonesia Jerman akan mencapai usia 60 tahun tahun depan.

Pembukaan festival ini memang sengaja menampilkan para seniman Indonesia yang tinggal dan berkarya di Jerman.

Martin Jankowski, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih pada pihak Jerman, terutama kantor gubernur Berlin dan pihak Indonesia, kantor gubernur DKI Jakarta dan KBRI Indonesia di Berlin yang mendukung terselenggaranya acara tersebut.

Sastrawan yang lahir di bekas Jerman timur itu mengakhiri pidatonya dengan mengatakan "Malam ini jarak Jakarta-Berlin hanya 0 kilometer" yang disambut dengan tepuk tangan meriah.

Acara yang dilanjutkan dengan permainan piano oleh pianis kembar Sonya dan Shanti Sungkono kelahiran Jakarta yang berdomisili di Jerman selama 20 tahun membawakan dua repertoir. Dalam kesempatan itu Sonya dan Shanti menampilkan karya pianis Tanah Air Ananda Sukarlan yang berjudul "The twain shall meet" yang khusus dibuat untuk pembukaan festival itu.

Menurut Sonya dan Shanti, nadanya karya Ananda Sukarlan yang merupakan nada nada pentatonis dan sangat harmonis. Repertoir kedua adalah karya Johannes Brahms, Ungarischer tanz nr.4 f-moll. Bagi Sonja dan Shanti, pertunjukan ini adalah mimpi mereka yang terwujud.

Sekitar 20 tahun lalu keduanya datang ke Berlin, menuntut ilmu musik klasik di Berlin dan saat ini menjalani profesi sebagai pianis juga mengajar. Sonya dan Shanti, tampil berbalut kebaya hitam mengaku amat senang karena mendapat kehormatan dapat berpentas pada malam pembukaan festival tersebut.

Bagi Shanti dan Sonja, membawakan karya anak negeri sendiri di publik Jerman juga merupakan cita cita lama yang akhirnya terwujud. "Kami senang sekali bisa membawakan karya Ananda Sukarlan yang khusus diciptakan untuk pembukaan acara ini. Ini merupakan kehormatan bagi kami," ujar Sonja Sungkono.

Seorang penonton, Miranti Hirschmann mengakui bahwa ia merasa terharu dengan penampilan kedua bersaudara kembar itu. "Penampilan Shanti dan Sonja sangat memikat, apalagi mereka membawakan karya anak bangsa Ananda Sukarlan," ujar wanita yang telah menetap di Jerman selama tujuh tahun lebih.

Sebagai acara penutup, kelompok Banjar Gruppe pimpinan Paul Gutama (77) yang menetap di Berlin lebih dari 40 tahun membawakan dua repertoir terbarunya. Kelompok yang terdiri dari tujuh orang dan mengandalkan instrumen gamelan ini menampilkan karya musik yang sarat kritik seperti yang tercermin dalam karyanya, Tenganan.

-

Arsip Blog

Recent Posts