Manfaatkan Budaya Jadi Komoditas

Jakarta - Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, mengatakan, berbagai warisan budaya di Tanah Air perlu dimanfaatkan secara serius melalui industri kreatif agar dapat menjadi barang komoditas.

Ditemui pada acara Pekan Produk Kreatif Indonesia 2011 di Balai Sidang Jakarta, Jumat, Imam Prasodjo mengatakan, warisan budaya perlu dimanfaatkan agar tidak hanya sekadar dikagumi, tetapi juga harus jadi barang komoditas.

Imam mengkritik sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai "tangan-tangan" hebat, tetapi tidak memiliki kecerdasan desain. "Indonesia ’tangannya’ hebat, cuma enggak punya design intelligent," katanya.

Karena itu, Imam Prasodjo berpendapat, jika Indonesia mampu memanfaatkan industri kreatif yang ada di dalam negeri, maka tenaga kerja Indonesia tidak perlu lagi dikirim ke luar negeri.

"Saya melihat Indonesia lagi ribut TKI. Saya melihat kita tak perlu kirim TKI ke Arab Saudi, kalau kita mampu mengembangkan industri kreatif seperti ini," ujar Imam.

Pengembangan industri kreatif itulah, kata Imam, yang harus dibantu, didukung, dan diperbaiki desainnya, serta diborong pasarnya sehingga TKI cukup bekerja di Indonesia. Ia juga menambahkan sumber daya manusia Indonesia memiliki keterampilan tangan yang luar biasa serta modal budaya yang begitu kaya. Karenanya, ia mengimbau pemerintah untuk memerhatikan hal itu.

"Kita tidak usah kirim TKI jadi pembantu terus disiksa, dibunuh, segala macam. Namun, tentu masih banyak yang harus diperbaiki. Jadi, desainer luar negeri, anak-anak terbaik kita yang kuliah di London, di mana saja, harus perbaiki dan suruh gabung melihat ini dan melihat bagimana potensinya. Harusnya seperti itu pemerintah kita," ungkapnya.

Imam berharap kelak muncul penampilan dari kalangan desainer yang diintegrasikan di Indonesia. Salah satu contoh yang ia tunjukkan berupa desain kemasan dari produk kripik pisang coklat.

"Ini inovasi buat saya, kripik pisang dilapisi coklat. Kemasannya bagus. Pisang kita di Indonesia luar biasa banyaknya. Pisangnya dikasih coklat. Orang Singapura, orang Jepang, orang Taiwan, semua bisa makan," imbuhnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts