Senandung Anak Talang Resmi Ditutup

Pekanbaru, Riau - Pementasan seni Senandung Anak Talang hasil kerjasama World Wildlife Fund (WWF) dengan Taman Budaya Riau yang telah berjalan selama tiga hari yang dimulai pada hari Sabtu (16/7), akhirnya ditutup pada hari ini, Senin (18/7).

Kegiatan yang menampilkan pameran foto likungan, teater, gambus talang mamak, silat talang mamak dan tradisi bebelik tersebut berjalan dengan sukses.

Dari sekian banyak kegiatan yang melibatkan WWF dan Taman budaya Riau tersebut, saat ini hanya meyisakan pameran foto lingkungan yang masih dapat dinikmati hingga pukul 20.00 WIB.

Pameran foto hasil karya beberapa pemerhati lingkungan tersebut memang menjadi bagian dari kegiatan yang menarik antuasisme penonton selain tradisi pengobatan pengobatan dan nyanyian seorang ibu suku talang mamak.

Pada pameran foto tersebut, berbagai indivudu pecinta lingkungan menampilkan karya terbaik mereka. Tak kurang 40 foto mengenai lingkungan membuka mata masyarakat mengenai kondisi hutan Riau yang sudah mulai mengkwatirkan kondisinya.

Bahkan, seorang pecinta lingkungan rela untuk melakukan investigasi guna mengungkap pengerusakan lingkungan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan pengolahan kayu. Misalnya, foto suku anak dalam yang bingung untuk mencari lingkungan tempat tinggal, truk-truk yang berisi muatan kayu gelondongan, perahu pom-pong yang membuat kayu hasil penebangan serta gudulnya hutan dikawasan konservasi tigapuluh.

Kebebasan menentukan media dan gaya penyajian memang tidak disia-siakan para pecinta lingkungan ini. Mulai dari foto berukuran 2x2 meter yang berjudul Three house karya Fachrozi Amri, Harimau Sumatera karya FB Anggoro hingga penggunaan instalasi Aquarium karya Viki menggambarkan kerinduan para pecinta lingkunagn ini akan hutan dan kelangsungan hidup satwa penghuni hutan Riau.

WWF sebagai peyelenggara turut juga mengkampayekan perlindungan bagi satwa gajah sumatera dan harimau sumatera yang semakin berkurang habitatnya karena eksploitasi hutan. Melalui media standing banner mereka berusaha mengambarkan semakin seditnya tingkat populasi mamalia tersebut.

Selain itu, beberapa pecinta lingkungan juga mengekpresikan kegelisahan mereka dengan mengabadikan harimau sumatera yang mati, dikuliti serta kepedulian masyarakat terhadap seekor anak gajah yang terperosok kedalam kubangan.

Humas WWF, Syamsidar, mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya dari WWF untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat akan keseimbangan ekosistem yang sudah semakin rusak.

"Kegiatan ini kita adakan untuk membuka wawasan masyarakat akan pentingnya fungsi hutan dalam menjaga ekosistem," ujarnya.

Ia berharap dengan usainya kegiatan ini, setiap masyarakat dapat mengambil perannya masing-masing dalam menjaga kelestarian hutan.

"Kita bisa melakukan hal-hal yang dapat mengurangi ekploitasi hutan seperti pengurangn penggunaan kertas dan kayu," ujar wanita yang hobby traveling ini.

Ia juga berharap agar masyarakat dapat mencotoh cara hidup masyarakat talang mamak yang sangat arif dalam menjaga alam.

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com
Foto: http://www.antarafoto.com
-

Arsip Blog

Recent Posts