Soiree Indonesienne di Jantung Kota Sousse, Tunisia

Sousse, Tunisia - Pertunjukan musik dan tari-tarian asal Indonesia selama 2 jam di ajang Festival Musik Internasional Musim Panas Kota Sousse, Tunisia, mungkin tidak akan pernah terlupakan oleh para penonton dari berbagai negara. Mereka memberikan sambutan cukup meriah terhadap pementasan budaya Indonesia.

Sabtu malam, (23/7) lalu, Indonesia ambil bagian dalam festival musik yang persisnya dihelat di Marina de Kantaoui atau sering juga dinamakan Port El-Kantaoui, Kota Sousse. Festival musik tahunan di Tunisia ini berlangsung selama 6 minggu sejak awal bulan Juli 2011.

Sekitar pukul 21.45 waktu setempat, Soiree Indonesienne (malam Indonesia) pun dimulai. Pertunjukan dibuka oleh penampilan orkestra Arumba (alunan rumpun bambu) yang membawakan medley beberapa lagu daerah. Lalu giliran ibu-ibu DWP KBRI Tunis yang menyuguhkan paduan angklung.

Pertunjukan berlanjut dengan tarian-tarian yaitu Tari Yapong, Tari Giring-giring, Tari Zapin, Tari Piring, Tari Indang dan Saman. Di ujung pementasan, goyang poco-poco membuat suasana makin hangat. Iramanya membuat sejumlah penonton tak tahan untuk naik ke panggung dan ikut bergoyang.

"Malam Indonesia yang digelar di Marina Sabtu malam itu disambut antusias para wisatawan yang berkunjung ke sana. Sejak sore hari telah banyak sekali yang datang dan berkumpul di sekitar arena pementasan, padahal mereka tahu acara baru akan dimulai pukul 10 malam," kata staf KBRI Tunis, M Yazid, kepada detikcom, Senin (26/7/2011).

Yazid mengatakan, lebih dari seribu orang penonton menyaksikan pementasan musik dan tari tradisional Indonesia yang ditampilkan malam itu. Mereka memadati Port El-Kantaoui, sebuah tempat indah yang berlatar belakang laut dengan jejeran kapal yacht, untuk menyaksikan kesenian asal Indonesia.

"Di musim panas, Kota Sousse tak ubahnya sebuah taman rekreasi dengan berbagai atraksi. Para wisatawan mancanegara maupun yang datang dari berbagai kota di Tunisia mulai membanjiri pantai-pantai sejak pagi, baik untuk berenang di laut, berolahraga air, atau hanya berbaring-baring bermandi matahari," ucap Yazid.

Bulan Budaya Indonesia
Pertunjukan seni tradisi Indonesia di Sousse adalah kali keempat acara serupa yang digelar di Tunisia selama bulan Juli 2011 ini. Sebelumnya, dengan diinisiasi oleh KBRI Tunis, acara tersebut dihelat setiap pekan di berbagai tempat di Hammamet.

"Hammamet adalah kota yang terletak di Provinsi Nabeul dan hanya berjarak sekitar 70 Km dari ibu kota Tunis. Hammamet adalah salah satu kota wisata yang sangat terkenal di Afrika Utara dan Eropa," tutur Yazid.

Jenis musik maupun tarian yang disuguhkan dalam setiap pertunjukan pun beraneka ragam. Sebagai contoh dalam pentas ketiga yang digelar di Hammalet, Sabtu (16/9). Saat itu, penonton dihibur dengan lagu-lagu seperti Ampar-ampar Pisang (Kalimantan), Apuse (Papua), Bungong Jeumpa Aceh dan Pak Ketipang Ketipung (Sumatra).

"Sementara tarian yang ditampilkan adalah Tari Nandak Ganjen yang kadang genit kadang lucu. Lalu Tari Giring-giring yang menghadirkan suasana Kalimantan dengan pesona hutan dan adegan berburu. Ketiga, Tari Zapin, tarian yang bernuansa Arab-Islam," kata Yazid.

Di empat kali pertunjukan itu, lanjutnya, sambutan meriah diberikan oleh para penonton baik warga negara Tunisia maupun wisatawan asing yang tengah berlibur ke negara tersebut. Mereka menyatakan cukup senang dalam menikmati pertunjukan sekaligus mengenal kebudayaan Indonesia yang indah.

"Banyak penonton yang mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap budaya Indonesia. Mereka yang datang dari berbagai negara mengaku dapat melihat bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang besar, kaya akan keanekaragaman alam dan budaya," tuturnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts