Kemas Wisata Budaya Singkawang

Singkawang, Kalbar – Wali Kota Singkawang Hasan Karman mengatakan bahwa wisata budaya yang ada di Kota Singkawang, jika dikemas lebih baik oleh pelaku pariwisata, bisa menjadi daya tarik wisatawan. “Tradisi sembahyang kubur sampai dengan tradisi sembahyang rampas, bagi masyarakat Kota Singkawang, khususnya Tionghoa, mungkin dianggap hal biasa. Tetapi dari kacamata orang luar, dalam hal ini wisatawan, akan menjadi suatu daya tarik tersendiri,” kata Haka, sapaan akrabnya, saat menghadiri sembahyang rampas, belum lama ini.Menurutnya, hal itu terjadi di Pulau Bali, di mana budaya masyarakat di pulau dewata tersebut melakukan ritual. Tentunya akan menjadi daya tarik bagi orang dari luar pulau itu. “Tentu saja sebagai orang luar Bali, hal tersebut menjadi pemandangan yang menarik,” katanya.

Hingga sekarang, menurut dia, baru beberapa saja yang sudah dikemas. Pihaknya pun akan berusaha setiap kegiatan budaya yang mempunyai daya tarik, akan ditata sebaik-baiknya. Hal ini tentunya untuk wujudkan Singkawang sebagai kota pariwisata. “Singkawang sebagai kota pariwisata benar-benar bisa diwujudkan, jika kita bisa mengemas keseluruhan dengan baik. Selanjutnya akan memberikan dampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kota ini,” katanya. Namun, diakui Haka, hal itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Menurut dia, perlu ada kerja keras dari berbagai pihak, termasuk pelaku pariwisata.

Wali Kota pun menjelaskan beberapa even yang tentunya bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Singkawang. Sembahyang kubur, misalnya, di mana sebagian besar kalangan Tionghoa merupakan penghormatan dan bakti leluhur yang masih hidup di dunia, terhadap mereka yang telah meninggal dunia.

Setelah habis masa sembahyang kubur, umat Tionghoa melanjutkannya dengan ritual sembahyang rampas atau dalam dialek Khek/Hakka yakni Chiong Si Ku. Diyakini, sebagai hari akan ditutupnya pintu akhirat setelah para arwah tidak diziarahi sanak-saudara yang masih hidup, diberikan kesempatan singkat menikmati sesaji yang dipersembahkan orang-orang yang peduli. Berakhirnya hari itu, umat Tridharma (Budha, Tao, dan Khonghucu), bahwa pintu akhirat akan ditutup lagi sampai tanggal 15 bulan tujuh Imlek tahun berikutnya. Secara sporadis ritual ini dilaksanakan di setiap kelenteng di Singkawang. “Kalau wisatawan banyak berkunjung ke Singkawang untuk melihat momen sembahyang kubur sampai dengan sembahyang rampas, akan terwujud multifflier effect bagi masyarakat luas,” katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts