Kebablasan, Komersialisasi Budaya untuk Kepuasan Wisatawan

Denpasar, Bali - Komersialisasi budaya Bali untuk kepentingan pariwisata harus segera dievaluasi. Dinas Kebudayaan harus bisa melakukan kontrol dan pembinaan terhadap budaya Bali agar eksploitasi atas budaya Bali tak kebablasan. Budaya Bali jangan terus dieksploitasi hanya untuk kepentingan komersial kepuasan wisatawan.

Demikian disampaikan dosen Unhi Dr. Wayan Budi Utama, Selasa (13/9) kemarin. Ia mengatakan, diakui atupun tidak, suka maupun tak suka, komersialisasi budaya Bali membuat seniman dan pengusung budaya Bali menjadi komoditi. ''Hampir semua produk budaya dikelola untuk kepentingan pariwisata. Seni pertunjukan, seni kriya, kuliner, alam dan bahkan tempat suci telah dijadikan objek wisata,'' ujarnya.

Di satu sisi, secara ekonomi hal ini seakan meningkatkan perekonomian Bali, namun di sisi lain hal ini telah menggerus akar budaya, sehingga cukup mengkhawatirkan. Tetapi pertanyaan besarnya, apakah benar kemajuan pariwisata Bali hasilnya memang untuk Bali? Wayan Budi Utama meragukannya. ''Fakta menunjukkan angka kemiskinan masih cukup tinggi, anak-anak putus sekolah karena faktor ekonomi juga masih tinggi. Karena itu perlu ada pengkajian lebih mendalam untuk dapat menyadarkan kita sebelum kondisi menjadi lebih parah,'' ujar Budi.

Menurutnya, harus tumbuh kesadaran disertai aktivitas nyata untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya Bali. Tentu diperlukan kerja keras bersama agar perkembangan seni budaya Bali tak hanya untuk pariwisata semata. Godaan materialisme dan kapitalisme semestinya tidak menyebabkan kebudayaan Bali menghamba pada kepentingan pariwisata.

Paradigmanya harus diubah agar pariwisata memberi kontribusi positif bagi perkembangan kebudayaan Bali, bukan kebudayaan Bali yang dikomersialkan untuk pariwisata. ''Peran Dinas Kebudayaan dalam hal ini perlu direvitalisasi,'' ujarnya.

Dosen IHDN Denpasar yang seniman, Drs. Wayan Sugita, M.Si. mengatakan, perkembangan global tidak serta merta mampu mengoyak pertahanan budaya Bali. Kebudayaan Bali tetap eksis. Pelaku seni, dengan mengedepankan estetika, etika, dan norma-norma agama, tidak akan mudah terpengaruh oleh gerusan budaya global. Di tengah gempuran budaya global, seniman Bali tentu akan tetap berupaya mempertahankan atau mengawal budaya Bali.

Bahkan, kata Sugita yang pemeran Patih Agung dalam drama gong ini, banyak turis mancanegara tidak rela jika kebudayaan Bali sampai tergerus oleh budaya global.

-

Arsip Blog

Recent Posts