Ketika Kesenian Randai bukan lagi Milik Pria

Akabiluru, Sumbar - Bupati Limapuluh Kota Alis Marajo berkunjung ke Nagari Sungaibalantiak, Akabiluru, akhir pekan lalu. Pemimpin pilihan rakyat itu datang menyaksikan kesenian tradisional randai yang disuguhkan belasan ibu rumah tangga. Berikut, petikan suasananya!

”Manolah adiak si Galang Banyak. Nan rancak manih muluik. Bungo kambang dalam koto. Harumnyo sampai ka tanah rantau (Manalah adinda Si Galang Banyak. Yang cantik lagi sopan. Bunga kembang dalam desa. Harumnya sampai ke Rantau).”

Kalimat itu mengalir dari mulut Helen, ibu rumah tangga berusia 35 tahun di Nagari Sungaibalantiak, ketika memerankan tokoh Umbuik Mudo dalam cerita Umbuik Mudo dan Galang Banyak.

Cerita Umbuk Mudo dan Galang Banyak merupakan cerita rakyat dari Minangkabau yang penuh dengan bumbu cinta. Cerita itu dikemas oleh belasan ibu rumah tangga di Nagari Sungaibalantiak, lewat kesenian tradisional randai.

Kesenian tradisional randai yang menyerupai sandiwara tapi dilengkapi dengan dendang, tari dan gerakan silat, biasanya lebih banyak diperankan kaum lelaki. Tapi khusus di Nagari Sungaibalantiak, randai justru didominasi wanita-wanita yang sudah berstatus ibu rumah tangga.

Wanita-wanita itu awalnya tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Jambak Saiyo. Sebuah kelompok yang aktif menerapkan program pemerintah bidang pertanian, termasuk pertanian organik.

Namun lambat laun, kelompok yang dipimpin Nurbaiti ini, tidak lagi sekadar ‘berkutat’ pada urusan pertanian, tapi juga menerobos wilayah kesenian tradisional Minang. Terutama kesenian tradisional yang hampir punah ditelan masa, seperti randai.

Dengan mendatangkan pelatih dari kampung tetangga bernama Syaiful Datuak Bagindo Bosa Nan Kayo, mereka mulai menyiapkan naskah randai, seraya belajar berdendang, menari, dan sedikit bersilat. Hasilnya, tidak sia-sia juga. Hanya dalam tempo beberapa bulan, para ibu-ibu itu sudah mahir memainkan randai.

Ketika para perantau pulang kampung dalam rangka Idul Fitri , para ibu-ibu rumah tangga itu pun, menampilkan kebolehan mereka dalam barandai. Bupati Limapuluh Kota Alis Marajo yang ikut menyaksikan, ikut terpukau dibuatnya.

”Salut kita dengan kebolehan ibu-ibu dalam melanjutkan tradisi randai yang hampir punah. Upaya-upaya seperti ini, memang perlu diapresiasi,” kata Alis.

Ketua Kelompok Tani Jambak Saiyo Nurbaiti mengatakan, pihaknya akan terus melestarikan seni-budaya tradisional ini. “Kami ingin memberi warna baru dalam nuansa seni tradisi khususnya tari randai. Kami yakin hal itu akan direspons banyak pihak,” ucapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts