Nostalgia Masakan Jawa Plus Mainan Tempo Dulu

Panas akibat teriknya sinar matahari siang pada Sabtu (10/4) langsung sirna ketika memasuki Restoran Goela Djawa. Bukan hanya karena pendingin udara atau kipas angin, tapi lebih karena mata dan lidah jadi terasa 'sejuk' berkat hidangan yang ada di sana. Ketika pintu restoran yang berada di Jalan RS Fatmawati Raya No 19 & 69 Jakarta Selatan itu dibuka, sajian makanan Jawa bisa langsung terlihat secara prasmanan di meja. Sekitar 30 menu, termasuk nasi kucing, langsung terlihat mata.

Belum sempat duduk, mata kembali melihat deretan penganan serta mainan tempo doeloe yang membuat ingatan kembali ke masa belasan atau puluhan tahun silam, saat masih kanak-kanak. Ada permen payung, cokelat cap ayam jago, permen Davos, permen susu gambar sapi berwarna oranye, kue kancing, dan masih banyak lagi penganan tempo doeloe yang membuat tergiur untuk mencicipinya lagi. Terlebih dikemas dalam toples warna-warni berbentuk seperti tempat kerupuk.

Harga bervariasi. Pengunjung bisa melihat harga yang tertera dalam kemasannya. Jika dibandingkan zaman dulu, harga sekarang memang lebih mahal, namun sebanding dengan 'nilai nostalgia' untuk mencicipi lagi penganan yang sudah 'nyaris' punah itu.
Tidak ketinggalan aneka permainan untuk anak kecil zaman dulu. Ada bekel dengan bijinya yang terbuat dari besi (sekarang bijinya sudah diganti plastik), congklak dari kayu dengan biji yang terbuat dari kerang (sekarang biji congklaknya kebanyakan terbuat dari plastik), perahu kelotok, kuda lumping, halma. Dan tak lupa teko lurik serta termos warna merah yang legendaris itu. Semua bisa dibeli.

Masih belum cukup, ada pedagang keliling es puding, cendol, atau kue apem yang sekarang tidak mudah dicari. Itu semua merupakan pengalaman kuliner yang coba disajikan di Restoran Goela Djawa.

Pemilik Goela Djawa, Velia Febrianti (25), memang masih pemain baru dalam dunia kuliner. Namun kesukaannya kepada makanan Indonesia membuat hati serta insting bisnisnya tergerak untuk menyajikan makanan tradisional di wilayah Fatmawati.

"Kebetulan saya tinggal di sekitar sini. Usaha laundry juga ada di sini. Kayaknya sudah sampai bosan makan di sekitar sini, karena sudah dicoba semua. Nah, kita lihat ada peluang untuk menyajikan makanan tradisional, khususnya Jawa," kata Velia yang bersama temannya Jerry (27) berpatungan membuka Restoran Goela Djawa.

Alasan Velia memilih makanan Jawa, karena ia sendiri berasal dari Kebumen, Jawa Tengah, sehingga sudah paham mengenai cita rasa makanan dari Jawa. Walaupun tidak turun langsung menangani dapur, sarjana ekonomi dari Universitas Parahyangan, Bandung, ini menyeleksi sendiri koki di restorannya dan mencicipi hasil kreasi sang koki. Kesukaannya menyambangi restoran dan kegemarannya makan membuat lidahnya terbiasa merasakan makanan lezat.

Kreasi sendiri
Menu yang disajikanpun biasanya unik dan sudah pasti njawani. Ada juga yang hasil kreasi sendiri. Misalnya nasi rawon bakar. Nasi yang sudah dibumbu rawon dibungkus seperti nasi timbel lalu dibakar, harganya Rp 17.500. Ada juga nasi gandul dari Pati, nasi lengko dari Cirebon, nasi liwet dari Solo, kupat tahu dari Semarang, dan bakmi jawa (rebus, goreng, nyemek) yang harganya rata-rata Rp 17.000. Selain itu juga ada brongkos, asem-asem, oseng buncis, soun goreng.

Tak ketinggalan nasi kucing. Seporsi nasi kucing (lauknya bisa pilih tempe, tahu, kepala ayam goreng bacem, ceker ayam, atau sate usus) dihargai Rp 3.000. Harga ini tidak terlalu mahal ketimbang di pinggir jalan yang harganya berkisar Rp 2.000.

Selama sebulan masa promosi, hingga 10 Mei 2010, pengunjung akan mendapatkan potongan harga 20 persen. Pengunjung tetap bisa mendapat potongan harga 10 persen jika membawa 5 buah buku yang akan disumbangkan ke organisasi nirlaba Vidya Sanggraha.

"Kita tidak ingin hanya komersial saja, tapi juga ada nilai sosialnya di Goela Djawa," kata Velia. Ia sengaja memilih nama Goela Djawa karena identik dengan Jawa dan manis, walaupun letak restorannya berada di pelataran SPBU Petronas yang identik dengan negara tetangga.
"Ini hanya sekedar memilih lokasi. Saya tidak ingin restoran ini di ruko sehingga menyulitkan ibu-ibu naik tangga. Kebetulan dapat lokasinya di sini," tukas mantan karyawan Astra yang memilih menjadi wirausaha ini. Hmmm ...

Warta Kota Lilis Setyaningsih

-

Arsip Blog

Recent Posts