Pakar Pariwisata Dunia Akan Bahas Wisata RI

Jakarta - Para pakar pariwisata dunia dari berbagai negara akan kumpul di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Mereka hadir untuk memberikan masukan dan membahas tata kelola destinasi pariwisata yang tengah dan akan diterapkan di beberapa destinasi wisata Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Firmansyah Rahim dalam jumpa pers rencana Konferensi Nasional DMO 2011 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa (13/9/2011). Pihaknya akan kembali melaksanakan Konferensi Nasional Destination Management Organization (DMO) atau Organisasi Tata Kelola Destinasi Pariwisata.

Tahun ini, konferensi tersebut dilaksanakan di Hotel Jayakarta Suites, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 21 hingga 22 September 2011 mendatang. Sebelumnya di tahun 2010, Kemenbudpar pernah mengadakan konferensi serupa.

"Tujuan pembentukan DMO ini supaya destinasi pariwisata Indonesia dikelola lebih profesional, bermutu, dan memiliki daya saing global," kata Firmansyah. Ia menuturkan model pengelolaan destinasi dengan konsep DMO telah diterapkan di berbagai negara dan akan dipresentasikan dalam pertemuan tersebut.

Ia menjelaskan konferensi DMO 2011 bertemakan "Project Conference on Destination Management in Flores". Melalui tema ini diharapkan para peserta bisa memperoleh penguatan dan solusi alternatif terhadap kendala teknis, manajerial, dan finansial dalam pengembangan DMO. Rencananya, lanjut Firmansyah, konferensi akan dihadiri oleh 150 peserta pemangku kepentingan pariwisata di seluruh Indonesia.

Sementara itu narasumber internasional yang akan hadir antara lain Alastair Morisson dari Belle Tourism, Ly Vanna (Ankor Museum APSARA), Juergen Nauber (UNWTO Consulting Unit), dan dari Swisscontact and Cluster Flores. Selain itu, konferensi ini juga menghadirkan narasumber lain di bidang pariwisata.

Beberapa tokoh lain yang akan memaparkan pemikirannya adalah I Gde Ardika, Fr Philipus Tule, Yuwana Mardjuka, Bupati Manggarai Barat, Dr Baiquni, dan dari sejumlah kementerian RI.

Yuwana Mardjuka selaku fasilitator program DMO Kota Tua (Jakarta) dan pakar pariwisata, mengungkapkan bahwa rangkaian acara konferensi ini akan menjadi pematangan tata kelola organisasi di daerah-daerah pariwisata Indonesia.

“Proses pendewasaan konsep DMO ini diharapkan dapat mematangkan pelaksanaan pengembangan 15 daerah pariwisata yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat lokal,” ungkap Yuwana.

Terdapat 15 destinasi pariwisata yang akan dikembangkan dengan menerapkan konsep DMO dalam kurun waktu 2010 hingga 2015 mendatang. Destinasi pariwisata tersebut antara lain Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Danau Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sulawesi Utara), dan Raja Ampat (Papua).

Saat penyelenggaraan konferensi nanti, beberapa perwakilan dari 15 kawasan DMO akan menyajikan pameran mengenai destinasi wisata di masing-masing daerahnya. Dalam konferensi tersebut para peserta akan difasilitasi untuk melakukan technical visit. Kegiatan technical visit tersebut antara lain mengunjungi Pulau Komodo dan Pulau Rinca, kegiatan ekowisata di Desa Tado, dan lain sebagainya.

“Salah satu sektor paling potensial untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja dengan cepat adalah sektor pariwisata. Kemudian Kemenbudpar ditugaskan untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata di daerah-daerah Indonesia,” jelas Firmansyah.

DMO hadir karena perkembangan pariwisata Indonesia yang semakin pesat. Setiap destinasi diperlukan tata kelola yang terarah dan profesional untuk menaikkan daya saing global. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemenbudpar melaksanakan program pengembangan dan pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan berbasiskan proses yang dikenal sebagai DMO.

Salah satu titik berat agar DMO berhasil adalah partisipasi langsung dari masyarakat setempat. Juga perlu adanya kerjasama antara masyakarat, tokoh adat, industri pariwisata lokal, dan juga instansi pemerintah setempat. Kemudian secara bersama-sama mereka menetapkan target keberhasilan DMO dalam jangka waktu tertentu. Serta program-program apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai target itu.

-

Arsip Blog

Recent Posts