Peran Kasim Dalam Kontek Sejarah

Oleh Frank Yu/The Epoch Times

Laksamana Zheng He merupakan salah seorang penjelajah terkenal dalam sejarah China. Lahir pada 1371 di masa Dinasti Ming, Ia memimpin armada kapal perdagangan China dalam tujuh ekspedisi menuju Asia Selatan, memperdagangkan barang-barang dan menjalin kerja sama dengan India, Siam (kini dikenal sebagai negara Thailand), Indonesia, Persia, dan Afrika Timur.

Sebagai keturunan dari keluarga China Muslim, Zheng He dikenal dengan sebutan san bao yang berarti "tiga harta karun" untuk ekspedisinya dan pengabdiannya terhadap kaisar.

Kini, kasim dan pengebirian adalah hal yang tabu, oleh kehidupan moderen kasim ini digambarkan sebagai individu yang menyimpang, salah dan seringkali bermasalah. Namun para kasim memegang berbagai fungsi dalam kehidupan sosial—di dalam istana kerajaan, sebagai penyanyi, pelindung para perempuan, pelayan yang setia, dan panglima militer.

Kata eunuch (kasim) berasal dari kata Yunani yaitu eune (tempat tidur) dan ekhein (menjaga), atau apabila digabungkan, menjadi penjaga tempat tidur. Mereka dianggap lebih patuh, tidak berbahaya, dan dapat dipercaya.

Bagi orang zaman kuno, pengebirian adalah sebuah mediator untuk melatih pengendalian diri. Para kasim dapat seumur hidup fokus mengabdikan dirinya, atau kadang-kadang ada yang menggunakan posisi mereka untuk memperoleh kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan.

Bagi pria kelas tertentu, itu merupakan cara untuk mengelakkan dari paradigma yang ada di antara mereka yang mencari kehidupan seperti itu—secara paksa menghilangkan adanya pergolakan batin yang terus menerus muncul antara keinginan dan tugas, antara dominasi dan pengorbanan.

Peran dalam agama
Menurut Injil Mathius, Yesus berkata ada kasim yang menjadi kasim karena ulah manusia, mereka dijadikan kasim oleh ayah mereka sendiri. Bila mereka sudah terlanjur menjalani prosedur itu, maka biarlah mereka menerimanya.

Yesus merujuk pada pengebirian sebagai cara yang sempurna untuk mencapai keberhasilan dalam hidup selibat. Dan menurut catatan di sejarah Kristen mengindikasikan banyak pengikut Kristiani yang dikebiri.

Salah satu contohnya adalah Santo Ignatius, Uskup Agung Konstantinople yang memimpin dari tahun 847 - 858. Sebagai putra dari Kaisar Michael I, Ignatius secara paksa dikebiri oleh Kaisar Leo V (yang menggantikan taktha kekuasaan Michael I) sebagai cara untuk mencegahnya agar tidak dapat menjadi penerus takhta kerajaan (seorang pria yang tidak dapat menghasilkan keturunan dianggap tidak layak menjadi seorang Raja). Ignatius lalu menjadi Kepala Konstantinople pada dua kesempatan terpisah dan dianggap sebagai orang suci baik oleh agama Ortodoks Timur maupun agama Katholik Roma.

Di Istana Kekaisaran China
Memelihara para kasim di dalam istana kekaisaran China adalah sebuah tradisi kuno, dan menurut catatan disebutkan bahwa tradisi memelihara para pelayan yang telah dikebiri telah ada jauh sebelum abad ke-8 S.M.

Selain keluarga kaisar, taijian merupakan kelompok pria satu-satunya yang diperbolehkan memasuki kawasan istana kekaisaran China. Mereka bertugas sebagai penjaga tempat kediaman para selir kaisar, pendamping dari istri raja dan selir-selirnya, dimana kesuciannya harus terjaga dengan baik.

Jika seorang ratu kaisar gagal menghasilkan seorang pewaris takhta, maka anak tertua dari pendamping raja akan meneruskan takhta tersebut. Dengan demikian kehadiran taijian bertujuan ganda: yaitu untuk mengawasi selir-selir kaisar dan para pendampingnya yang seringkali berjumlah ratusan dan untuk menjamin bahwa setiap anak yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan adalah anak kaisar.

Di dalam tradisi China, seorang kaisar adalah amanat dari Sang Kuasa, yang memberinya hak untuk memerintah dunia dan sebaliknya juga menuntutnya untuk memelihara keseimbangan harmonisasi antara Langit dan Bumi.

Karena dipercaya bahwa amanat yang dikirim oleh Langit ini dapat dicabut jika seorang kaisar memerintah dengan tidak bijaksana dan berperilaku tidak baik, maka kehidupan pribadi dari seorang putra langit sangat dilindungi dari masyarakat biasa agar mereka tidak dapat mengamati kekurangan-kekurangan kaisar mereka.

"Hanya ’kasim yang bersifat kebanci-bancian dan patuh’, yang bagai budak dengan hidup tergantung kepada kaisar yang dianggap cukup bisa ditakut-takuti untuk menjadi saksi bisu atas segala kekurangan dan kelemahan pribadi kaisar," Mary M. Anderson menulisnya ke dalam buku berjudul Hidden Power: The Palace Eunuchs of Imperial China (Kekuatan Terselubung: Kasim Istana Kekaisaran China).

Seorang kaisar menaruh kepercayaan penuh kepada kasim (taijian) berawal dari pemikiran tradisional penganut Confucius sehubungan dengan kedudukan sebagai ayah. Seorang laki-laki yang dikebiri tidak dapat menghasilkan keturunan, dan taijian dipercaya tidak akan pernah secara aktif mendambakan kekuasaan politik yang akan diteruskan kepada putranya. Oleh karena alasan ini pula sehingga kaisar yang raut wajah santainya dilarang terlihat oleh pria biasa justru mengizinkan taijian memiliki akses tanpa batas untuk memasuki istana kediamannya.

"Seluruh negara besar dan kecil menderita satu kekurangan yang sama, penguasa yang dikelilingi oleh personil yang tidak layak... Siapa yang dapat mengontrol sang penguasa, pertama-tama karena ia telah menemukan semua rahasia ketakutan dan harapan para penguasa itu," tulis Han Fei Tzu, seorang ahli filosofi China kuno selama periode Negara Saling Berperang dan merupakan seorang pelopor aliran legalisme.

Sesungguhnya, peran unik seorang kasim dalam istana kekaisaran memberikan dia kekuatan yang besar. Seorang kaisar tak perlu merisaukan para kasimnya akan bersaing dan memperebutkan selir-selir dan tempat kediaman selir yang dapat mempengaruhi diposisi kaisar atas pewaris takhtanya—yang dapat mengubah perjalanan sejarah bagi dinastinya.

Seiring waktu berjalan, rasa haus akan kekuatan, kekayaan, dan pengaruh membuat banyak kasim menjadi bejat — dan motivasi mereka menjadi tidak murni lagi — dimana hal ini terjadi terutama pada periode-periode belakangan selama kekuasaan Dinasti Ming dan Qing.

Banyak keluarga yang memberikan putri-putri mereka untuk menjadi selir/gundik, para ayah memaksa mengebiri putra-putra mereka sebagai sebuah metode agar dapat mengirim mereka masuk ke dalam istana dengan harapan akan mendapatkan pengaruh lebih atas kaisar dan membawa kehormatan bagi keluarga.

Selama kekuasaan Byzantine
Byzantium (kota Yunani kuno), sebuah kerajaan Romawi Timur terakhir, menyediakan posisi khusus untuk administratif bagi para kasim yang dikebiri.

Praipositos dan Klarissimos adalah posisi di pemerintahan yang diadakan secara eksklusif oleh para kasim—sebagai pengurus rumah tangga yang berrtanggung jawab kepada kaisar, atau kepala kasim, dan mereka memimpin perayaan-perayaan istana yang diadakan di Konstantinopel.

Para kasim, "bertindak sebagai pembawa acara, mengatur akses menuju ke kaisar; sebagai penjaga pintu (dan) sebagai pelayan yang bertanggung jawab pada ... makanan, pelayanan dan perawatan pakaian," tulis K. Ringrose di dalam buku Living in the Shadows: Eunuchs and Gender in Byzantium (Hidup dalam Bayangan: Kasim dan Jenis Kelamin di Byzantium).

Para kasim Byzantium biasanya dikebiri pada usia muda. Kulit mereka yang halus, tak berambut dan suara nyaring mereka juga memberi karir cemerlang sebagai penyanyi istana, pelawak atau penghibur.

Pada abad ke-5 mosaik ganda Justinian dan Theodora di San Vitale - Ravenna terkenal menggambarkan Kaisar Justinian dan Ratu Theodora yang diapit oleh para penasihat dan pelayan terpercaya, termasuk para kasim. Pada mosaik Justinian, pria yang berdiri di sisi kiri Justinian adalah seorang pria berjenggot, dan tepat di belakangnya berdiri seorang kasim tak berjenggot dengan pakaian jubah dan mantel bergaya Yunani—mungkin saja Jenderal Byzantine yang hebat, Narses. Pada permukaan mosaik, Ratu Theodoa terlihat diapit oleh para bangsawan perempuan istana di sisi kanan dan para kasim pengurus rumah tangga istana berjejer ke kanan.

Castrato dan Castrati
Para penyanyi pria yang dikebiri (castrati; tunggal: castrato) pertama-tama muncul di Itali selama pertengahan abad ke-16 dan menjelang tahun 1565, mereka adalah kelompok utama paduan suara kapel Sistine. Sekitar 70 persen dari penyanyi opera Itali selama periode Baroque semua telah dikebiri.

Gereja Katolik melarang kaum hawa untuk tampil di atas pentas. Kaum lelaki memegang peran ganda (sebagai pria maupun perempuan) dan mendominasi opera Itali selama abad ke-17 dan abad ke-18. Kebiasaan ini pada akhir abad ke-19 akhirnya surut. Pada 1870, undang-undang di Itali melarang pengebirian untuk tujuan musik dan Paus Leo XIII melarang pengebirian oleh gereja pada 1878.

Dipercaya pengebirian sebelum menginjak masa pubertas akan mengganggu pertumbuhan larynx, yang memungkinkan pria yang dikebiri untuk mencapai suara sopran, mezzo sopran dan alto dari penyanyi perempuan.

Dengan latihan dan perkembangan paru-paru, para castrati (penyanyi yang dikebiri) memiliki tingkat nada suara yang sangat fleksibel dan beberapa bahkan dapat mencapai nada ultra A dan C tinggi dengan suara penuh.

Senesino, terlahir sebagai Francesco Bernardi pada 1686, merupakan satu dari penyanyi Itali terkenal yang dikebiri. Kolaborasinya dengan komposer George Frideric Handel di London memperoleh pengakuan dunia. "Senesino memiliki sebuah suara contralto yang kuat, jernih, datar dan merdu, dengan sebuah intonasi sempurna dan getaran suara yang istimewa. Gaya menyanyinya sangatlah mengagumkan dan seni deklamasinya tidak tertandingi," seru komposer Quantz setelah mendengarnya bernyanyi di Teofane Lotti pada 1719.

Selama puncak kejayaannya, Senesino adalah sebuah ikon budaya, dan ia dapat memperoleh pendapatan sampai 3,000 guineas pada setiap kali penampilannya di London.

Namun dalam banyak catatan sejarah, akibat dari pengebirian seperti kurangnya hormon dan ketidakmampuan untuk menikah mengakibatkan kehidupan para castrati terbatas selain musik — di samping opera banyak castrati mengalami penderitaan di api penyucian.

Karena ciri fisik mereka, bahkan beberapa castrati sukses—termasuk Senesino—dinilai negatif di mata masyarakat umum. Banyak diantaranya yang tercatat memiliki kelebihan berat badan, bertemperamen tinggi, dan kondisi emosinya berubah-ubah.

Sumber: http://erabaru.net/
-

Arsip Blog

Recent Posts