Empat Negara Upayakan Bahasa Melayu Pengantar PBB

Batam, Kepri - Empat negara serumpun, Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam dan Singapura mengupayakan Bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar resmi di Perserikatan Bangsa-bangsa.

"Konvensi Bahasa yang dihadiri perwakilan Indonesia, Malaysia, Brunai dan Singapura menyepakati mengusulkan Bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar di PBB," kata Ketua Pusat Maklumat Kebudayaan Melayu, Raja Malik Hafriza saat dihubungi ANTARA, Selasa.

Ia mengatakan empat negara sepakat untuk lebih serius memperjuangkan masuknya Bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar PBB dengan rangkaian diplomasi yang dilakukan Kementerian Luar Negeri masing-masing negara.

Menurut dia, Bahasa Melayu pantas dijadikan bahasa pengantar bagi badan dunia, karena digunakan banyak warga bumi sebagai bahasa percakapan.

"Penggunanya lebih banyak dari pada Bahasa Perancis, tapi, saya tidak persis angkanya," kata pria yang juga pengumpul naskah Melayu kuno.

Bahasa Melayu, kata dia, selain digunakan negara-negara ASEAN, juga banyak dijadikan bahasa percakapan di negara-negara Eropa dan Afrika, seperti Madagaskar dan Sri Lanka.

Selain itu, Bahasa Melayu juga banyak menarik pemerhati budaya internasional, terbukti dengan adanya kelas Bahasa Melayu di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah di Australia dan Eropa.

"Bahasa Melayu juga mudah dipelajari," kata Malik.

Mengenai perkembangan Bahasa Indonesia, ia mengatakan semakin kaya dengan serapan dari bahasa asing dan bahasa pergaulan sehingga agak jauh dari Bahasa Melayu. Meski begitu, menurut dia, Bahasa Indonesia tidak akan lari jauh dari Bahasa Melayu sebagai bahasa ibu.

"Bahasa Indonesia dan Melayu, seumpama ibu dan anak, Bahasa Indonesia terus membesar. Walaupun tidak persis sama, namun tidak akan meninggalkan sifat-sifat asli bahasa ibunya," kata dia.

Perkembangan Bahasa Indonesia, kata dia, adalah sesuatu yang wajar dan baik, karena semakin memperkaya.

"Istilah asing banyak merempuh Bahasa Indonesia, itu sesuatu yang wajar," kata dia.

Dalam pertemuan wartawan dan budayawan Malaysia-Indonesia di Gedung Tri Arga Bukittinggi beberapa waktu lalu, enteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Dr Datok Sri Rais Yatim mengusulkan agar Bahasa Indonesia-Melayu menjadi bahasa komersial di kawasan Asia Tenggara.

"Setidaknya hal itu dapat diterapkan pada lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, dan Thailand bagian selatan," kata pejabat tinggi Malaysia.

Menurut Datok Sri, bahasa merupakan produk budaya yang bernilai tinggi yang perlu dilestarikan dan disebarluaskan keberadaannya serta menjadi alat komunikasi yang utama.

Sebuah negara akan besar dan kuat jika memiliki budaya yang kuat sebagaimana yang dimiliki Amerika Serikat dan Inggris.

Selama ini dalam menjalin hubungan baik di antara negara-negara yang ada lebih mengedepankan pendekatan politik, padahal hubungan itu dapat lebih dipererat dengan pendekatan budaya dan bahasa.

"Jika hal itu terwujud maka paling sedikit 300 juta orang akan terlibat aktif menggunakannya," katanya.

Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah kedua negara untuk mengambil langkah agar hal ini bisa terwujud, tambah dia.

-

Arsip Blog

Recent Posts