Gamelan Dorong Perkembangan Tari Modern

Denpasar, Bali - Seorang pengamat seni, Kadek Suartaya, mengatakan, gamelan klasik Gong Gede turut mendorong perkembangan tari kreasi modern.

"Tabuh dan tari kreasi modern itu berawal dari munculnya gamelan gong Kebyar di Bali Utara pada 1915," kata dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu, Selasa.

Menurut dia, persentuhan Bali dengan dunia barat sejak akhir abad XIX juga menjadi pemicu atas pertumbuhan berbagai jenis tari kreasi baru yang berakar dari tari sakral dan tari tradisi.

Ia mengemukakan bahwa gamelan modern Bali yang dikembangkan dari gamelan klasik Gong Gede itu mendorong tumbuh suburnya tari-tarian baru yang lazim disebut seni pertunjukan kebyar.

Koreografi tari kebyar yang menonjolkan aspek improvisasi itu menekankan tata musikal gamelan yang rumit dalam ungkapan yang menggairahkan.

Almarhum I Ketut Marya seniman asal Tabanan menjadi maestro tari kebyar dengan ciptaannya yang monumental. Tari Kebyar Duduk atau tari Kebyar Terompong, tari tunggal ciptaan tahun 1925 itu biasanya dibawakan seorang pemuda tampan.

Tari dan tabuh itu hingga kini masih lestari diwarisi dari satu generasi ke generasi yang tetap memesona penonton, termasuk wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata.

Suartaya menambahkan, kendati seni kebyar cukup mendominasi perkembangan tari Bali, namun sejatinya mata air seni pertunjukan Bali pada umumnya, adalah drama tari Gambuh.

"Teater total yang berkembang pada masa Dalem Waturenggong berkuasa di Bali (1416-1550) adalah sumber dan menjadi acuan pengembangan tari Bali," tutur Kadek Suartaya.

Ia menjelaskan, seni pertunjukan Bali yang hingga kini tetap kokoh dan lestari diduga berasal dari warisan kerajaan Majapahit dan jejak-jejaknya sudah muncul di Bali saat pemerintahan Udayana pada abad ke-11.

Elemen-elemen seni itu tersebar pada beberapa kesenian Bali seperti Calonarang, Arja, dan Legong. Bahkan sejak I Ketut Marya menciptakan tari Kebyar Duduk pada 1925, hingga kemerdekaan RI tercipta bentuk-bentuk tari yang diterima antusias masyarakat Pulau Dewata.

Jenis kesenian itu antara lain Panji Semirang, Margapati, Wiranata dan tari berkarakter ganda atau babancihan lainnya. Masa pemerintahan Presiden Soekarno memberikan angin segar terhadap berkembangkan tari-tarian kebyar yang mengisahkan tentang kehidupan sosial.

Tarian tersebut antara lain tari Tenun, Nelayan, Tani, dan sebagainya dalam bingkai estetika visual tari pantomime realistik.

Tahun 1970-an geliat tari-tarian Kebyar semakin marak dengan munculnya para koreogafer lulusan lembaga pendidikan formal kesenian dengan ciptaannya antara lain tari Manukrawa oleh Prof Dr I Wayan Dibia, (1982), Cendrawasih oleh NLN Swasthi Widjaja Bandem (1990), dan Satya Brasta oleh I Nyoman Cerita (1989).

-

Arsip Blog

Recent Posts