Pameran Tunggal “Pesan Cinta” Harsono Sapuan, Imaji Kehidupan Penuh Kebahagiaan

Sebanyak 30 karya lukis oil, acrylic dan sketsa ditampilkan perupa dari Gresik yang tinggal di Yogyakarta, Harsono Sapuan di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta, Rabu (16/11) hingga Selasa (6/12). Harsono Sapuan menghadirkan tema “Pesan Cinta” pada pameran yang keduanya di tahun 2011 ini.

Pembukaan pameran tunggal “Pesan Cinta” pada Rabu malam menghadirkan suasana berbeda dari pameran-pameran umumnya digelar di Yogyakarta.

Harsono Sapuan mengajak para seniman sastra dari Yogyakarta dan luar Yogyakarta untuk mementaskan karya sastra mereka di Amphiteater Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.

Mereka adalah Arieyoko (Bojonegoro), Anisa Afsal ( Sukabumi ), Indra Ning Listiani ( Tegal ), Catur Mulyadi ( Pekalongan ), Bambang Oeban ( Jakarta ), Mayda Akmal ( Yogyakarta ), Sri Harjanto Sahid ( Yogyakarta ), Hari Leo ( Yogyakarta ), Mardi Luhung ( Gresik ).

Selain itu juga dipentaskan art performance dari seniman Nong Resti dari Sukabumi dan Ben Goyang Resah (Yogyakarta). Pameran dibuka oleh Ki Medi Sumiarno (Juru Kunci Cupi Panjolo). Seratusan penonton menyaksikan pembacaan karya sastra puisi dan cerpen.

Pameran “Pesan Cinta” terinspirasi dari pengalaman hidup Harsono Sapuan yang hadir melalui mimpi, harapan, kecemasan, ketidak puasan dan perasaan cinta yang romantis yang kuat melekat yang mempengaruhi alam pikir secara sadar maupun tidak sadar muncul dalam kanvas Harsono Sapuan.

“Bagiku proses berkarya tidak saja ketika aku berhadapan dengan kanvas, tapi segala pengalaman dalam kehidupanku ketika masih kecil sampai dewasa sampai berkeluarga serta kejadian diluar diriku menjadi sumber inspirasi yang luar biasa,” terang pria yang memperoleh penghargaan anugerah Khatulistiwa Award tahun 2010 ini.

Mohamad Sobary dalam catatan pamerannya mengatakan karya lukis Harsono Sapuan merupakan imajinasi tentang hidup yang menggembirakan yang mencerminkan dunia kegembiraan milik Harsono Sapuan.

Karya berjudul Story Night misalnya menurut Mohammad Sobary menampilka ribuan cerita tentang malam yang penuh roman, keindahan. Bunyi seruling yang ditiup di puncak segala kegembiraan. Malam juga kegembiraan naik motor tanpa gangguan.

“Ini sekedar contoh bahwa hidup itu kegembiraan,” ujar Mohamad Sobary menggambarkan lukisan “Story Night” yang menampilkan kehidupan malam hari sebuah kota dimana diatas kota itu ada sosok wanita sedang memainkan serulingnya.

Demikian pula pada karya berjudul Tjap Toegoe Monas (145 cm x 195 cm, acrylic on canvas, 2008) yang diciptakan Harsono Sapuan yang menghadirkan pasemon (menyindir halus) dengan idion senyum dan tawa.

Karya Tjap Toegoe Monas menghadirkan perempuan tertawa sumringah sibuk bersolek dengan wajah penuh bedak sehingga sangat komikal. Di mejanya tergeletak gincu dan pupur plus bunga warna-warni serta seekor kucing menggeliat di persendian perempuan ini.

Lukisan tersebut menjadi narasi politik ketika Harsono melukis Tugu Monas pada punggung cermin, gedung DPR pada jariknya serta foto-foto para pemimpin politik tanah air. Inilah relasi resiprokal kegenitan perempuan bersolek di satu sisi dengan metafora politik di sisi lain.

Dalam konteks politik, metafora-metafora Harsono ini tidak garang tapi lebih sebagai pasemon (sindiran halus). Namun sebenarnay pasemon itu dalam budaya Jawa tidak selalu identik dengan kegembiraan tapi juga cermin kegetiran.

Dari lukisan Tjap Toegoe Monas ini, dikaitkan dengan tema pameran “Pesan Cint” Harsono Sapuan, bisa ditarik pemahaman bahwa lukisan-lukisan harsono memang berangkat dari rasa cinta yang lentur sehingga luapan emosi nya dikristalkan secara reflektif yang dicairkan sebagai pengalaman estetik yang tidak meledak-ledak. (Jogjanews.com/joe)

-

Arsip Blog

Recent Posts