Tak Mau Melayani Nafsu, TKI Disiksa

Cianjur - Tenaga kerja wanita (TKW) asal Cianjur, Jawa Barat, disiksa sang majikan lantaran menolak melayani memuaskan nafsu birahinya. Korban bernama Yanti ini ditendang dan ditampar selama empat hari berturut-turut. Akibatnya, sekujur tubuh Yanti luka-luka dan ia mengalami trauma, Kamis (13/1).

Yanti pergi ke Arab Saudi pada 5 Desember 2010. Ia berangkat melalui PT Youmba Biba Abadi, Pabuaran Wetan, Gunung Putri, Bogor, Jabar. Selanjutnya, ia ditempatkan di Jummun, Makkah, Arab Saudi, sebagai pembantu rumah tangga.

Saat bekerja, Yanti mencium gelagat tidak baik dari majikannya, Faez Abdul Aziz Al-Utaibi. Setiap bekerja, sang majikan terus berusaha menggoda Yanti dengan cara memegang tangan atau sesekali menciumnya. Namun, Yanti berontak dan kabur dari rumah majikannya. Ia pun berlindung di Masjidil Haram.

Nahasnya, Yanti tertangkap oleh majikannya yang berprofesi sebagai polisi. Ia pun dibawa kembali ke rumah kemudian disiksa.� Karena diperlakukan kasar, Yanti memaksa untuk dipindahkan ke tempat lain. Namun, ia justru dipulangkan ke Tanah Air dan sampailah ke Cianjur tanpa membawa hasil selama ia bekerja.

Pihak keluarga berharap Pemerintah Kabupaten Cianjur turun tangan membantu proses gaji yang tidak dibayar majikan Yanti.(ASW/YUS)

Dukun Cabul Setubuhi Empat Pasien

Denpasar - Seorang dukun ditangkap karena jajaran Kepolisian Sektor Denpasar Timur, Bali, Senin (17/1), karena telah mencabuli empat pasien wanita yang datang ke tempat praktiknya. Dukun cabul bernama Muhamad Nursidik dibekuk di tempat praktiknya, Jalan Pantai Padanggalak.

Nursidik dibekuk setelah seorang pasien bernama Putu Eka melaporkan perbuatan bejatnya ke polisi. Nursidik langsung diciduk. Dalam pemeriksaan, Nursidik mengakui perbuatannya telah menyetubuhi setidaknya empat pasien wanita. Pelaku menyetubuhi para korban di dalam ruang praktiknya.

Nursidik mengaku pengobatan dengan menggunakan media telur ayam dan angsa yang dilakukan selama ini hanya tipu muslihat. Telur yang digunakan untuk mendeteksi penyakit para pasien sebelumnya telah diisi dengan potongan kawat yang dimasukkan lewat lubang kecil pada telur.

Telur yang telah diisi kawat lalu dipecahkan di depan para pasien. Kepada para pasien, tersangka mengatakan kawat dalam telur itu merupakan guna-guna yang menjadi penyebab sakit para pasiennya. Setiap harinya, tempat praktik Nursidik selalu ramai dikunjungi orang yang ingin berobat.

Nursidik mamatok bayaran Rp 20-50 ribu per orang. Pelaku mendapat penghasilan Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per harinya. Kini lokasi praktik tersangka sudah dipasang garis polisi. Atas perbuatannya pelaku dijerat pasal tentang perbuatan cabul dengan hukuman sembilan tahun penjara.(JUM)

Dukun Cabul Setubuhi Mahasiswi di Hotel

Nganjuk - Malang nasib YOL (18), mahasiswi asal Kelurahan Payaman, Nganjuk. Kegadisannya direnggut oleh seorang dukun di sebuah kamar hotel di wilayah Kabupaten Nganjuk.

YOL baru sadar dirinya telah menjadi korban penipuan seusai melayani nafsu bejat sang dukun. Ia merasa tidak terima dan melaporkan dukun cabul itu ke polisi.

Kasubbag Humas Polres Nganjuk Kompol Karjadi mengatakan, pelaku sudah berhasil diamankan. Dukun amoral itu bernama Warno (30), warga Dusun Jeding, Desa Nganti, Kecamatan Ngroho, Kabupaten Bojonegoro.

"Pelaku sedang kita interogasi. Kami curiga perbuatan pelaku tidak hanya sekali ini, tetapi sudah berulangkali dengan modus operandi yang sama," terang Karjadi, Jumat (28/1/2011)

Data yang diperoleh beritajatim.com, awalnya korban bertemu dengan pelaku di Terminal Anjuk Ladang Nganjuk, Kamis (27/1/2011) sore. Saat itu, korban sedang menjemput temannya, yang juga seorang mahasiswi.

Pelaku datang dengan menunjukkan sebuah plat baja bergambar semar. Tiba-tiba korban terpengaruh perkataan pelaku

Pelaku menatakut-nakuti korban dengan kata-kata bahwa korban tidak dapat dinikahi oleh pria manapun, karena kehidupannya akan berakhir dengan perceraian.

Dalam kondisi terpengaruh, pelaku memberikan solusi dengan cara membuka aura negatif korban. Sementara syaratnya adalah korban harus mau diajak bersetubuh oleh pelaku.

Selanjutnya, pelaku mengajak korban ke sebuah hotel yang ada di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, sekitar pukul 19.00 WIB. Di sebuah kamar hotel itu, pelaku menyetubuhi korban

Setelah persetubuah itu, korban baru tersadar bahwa ia telah ditipu. Tetapi pelaku sudah kabur. Kemudian korban melaporkan kejadian itu polisi, dan akhirnya pelaku berhasil diamankan. [beritajatim.com]

Acara Tradisional “Sekaten” Jogjakarta

Oleh Rubbi Widiantoro

Di Jogjakarta ada sebuah budaya yang hingga saat ini masih terus dilestarikan yaitu Sekaten yang diselenggarakan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 bulan Maulud, bulan ketiga dari tahun jawa. Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Diselenggarakan pada tanggal 5 hingga tanggal 12 dari bulan yang sama. Selain di Keraton Jogjakarta juga diselenggarakan di Keraton Surakarta.

Perayaan sekaten diantaranya meliputi “Sekaten Sepisan” yakni dibunyikannya dua perangkat gamelan Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu, kemudian pemberian sedekah `Ngarso Dalem` Sri Sultan HB X berupa `udhik-udhik` (menyebar uang) dan kemudian diangkatnya kedua gamelan menuju Masjid Agung Jogjakarta dan ditutup dengan Grebeg.

ASAL USUL SEKATEN
Kata Sekaten diambil dari pengucapan kalimat “Syahadat”. Istilah Syahadat, yang diucapkan sebagai Syahadatain ini kemudian berangsur- angsur berubah dalam pengucapannya, sehingga menjadi Syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah “Sekaten” hingga sekarang.

Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijogo, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu.

Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur madu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya dibangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 ke dua perangkat gamelan tersebut dipindahkan kehalaman Masjid Agung Jogjakarta, dalam suatu iring-iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Keraton berseragam lengkap.

ACARA PUNCAK
Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah “grebeg maulid”, yaitu keluarnya sepasang gunungan dari Mesjid Agung seusai didoakan oleh ulama Kraton. Masyarakat percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan tersebut, biarpun sedikit akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran. Kemudian tumpeng tersebut diperebutkan oleh ribuan warga masyarakat. Mereka meyakini bahwa dengan mendapat bagian dari tumpeng akan mendatangkan berkah bagi mereka.

Pada umumnya, masyarakat Jogjakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugerahi awet muda. Sebagai ” Srono ” (syarat) nya, mereka harus mengunyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.

Oleh karenanya, selama diselenggarakan perayaan sekaten itu, banyak orang berjualan sirih dengan ramuannya, nasi gurih bersama lauk-pauknya di halaman Kemandungan,di Alun-alun Utara maupun di depan Masjid Agung Jogjakarta. Bagi para petani, dalam kesempatan ini memohon pula agar panenannya yang akan datang berhasil. Untuk memperkuat tekadnya ini, mereka memberi cambuk (pecut) yang dibawanya pulang.

TRADISIONAL
Sedangkan keramaian penunjang berisi kesenian rakyat tradisional yang menyertai upacara tradisional seperti penjaja makanan tradisional, mainan tradisional serta kesenian rakyat tradisional. Kemudian untuk keramaian pendukung berupa pameran pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah maupun instansi sektoral dan vertikal, promosi pemasaran barang produksi dalam negeri dan meningkatkan barang ekspor nonmigas serta keramaian lainnya seperti permainan anak-anak, rumah makan dan cinderamata.

Selama lebih kurang satu bulan sebelum upacara Sekaten dimulai, Pemerintah Daerah Kotamadya, memeriahkan perayaan ini dengan pasar malam, yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Jogjakarta. Melalui Sekaten sebagai peristiwa budaya yang juga sebagai peristiwa religius dan merupakan ikon sekaligus identitas Jogjakarta. Dan hal itu sudah sepantasnya kita pertahankan dan kita kembangkan nilai-nilai hakikinya sebagai warisan keaneka ragaman budaya bangsa.

(sumber : dari berbagai sumber)

TepukTawar: Tradisi Budaya Melayu Riau Warisan Dari Raja Raja Terdahulu

Oleh : Darda Prahara

Riau memang kaya dengan adat dan tradisi, salah satunya ‘tepuk tepung tawar’. Tepuk tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu riaupeninggalan para raj raja terdahulu.

Tepuk tawar merupakan upacara adat dan juga bentuk persembahan syukur atas tekabulnya suatu keinginan atau usaha,upacara ini dilakukan pada dua ketentuan,baik pada manusia maupun pada benda.

Tepuk tawar biasa di pergunakan dalam acara acara tertentu semisal pernikahan, menempati rumah baru, mengendarai kendaran baru, khitanan, serta bentuk bentuk dari luapan rasa kegembiraan bagi orang orang yang mempunyai hajatan,atau semacam upacara adat yang sakral lainnya.

Bahan bahan yang di gunakan tepuk tepung bermacam macam bahan tumbuh tumbuhan bardau tebal dan bercabang hal ini dimaksudkan melambangkan sebagai penawar segala yang berbisa,bisa dilaut,bisa di bumi,membuang segala yang bebau jahat.daun yang biasa di pakai daun setawar, daun ganda rusa, daun jenjuang, daun ibu, daun sedingin, daun sirih dan sebagainya. Kemudian kelengkapan peralatannya seperti perinjis kelengkapan ini biasanya digunakan dengan bedak beras yang terbuat dari tepung beras yang diaduk bersama sama dengan wewangian dari tumbuh tumbuhan, bahan bahan tersebut tidak bisa digantikan dengan bahan apapun.

Kelengkapan penabur ini biasanya digunakan dengan menggunakan bahan seperti beras basuh,beras putih,,beras kunyit,ataupun beras kuning serta bunga rampai.kesemua bahan ini digunakan tentnya mengandungmakna.

Dari upacara ini tentunya beberapa kelengkapan juga yang musti disiapkan,seperti peralatan penepuk,peralatan penabur,sehingga dari kesemuanya itu perlu semacam bentuk penataan agar upacara yang dilakukan sesuai dengan makna yang diinginkan.

Semua peralatan tepung tawar ini di tata pada suatu talam atau baki sesuai dengan ukurannya,sehingga di dalam baki tersebut terdapat sebuah bejana air pancung dan sebanyak 5 buah mangkok yang sama besar.
Pembirian tepuk tawar biasanya di pimpin oleh yang dituakan di sekitarnya.seperti pada acara pernikahan orang tua memberikan tepuk tawar kepada anaknya dan seterusnya,lalu di akhiri dengan doa.

Itulah tradisi budaya melayu riau warisan dari nenek moyang kita yang kita lestarikan.

Pengaruh Kerajaan Sriwijaya Membawa Budaya Melayu Ke Nusantara dan Asia Tenggara

Oleh Zaki Setiawan

Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenal sebagai Palembang di Sumatra. Pengaruhnya amat besar meliputi Indonesia, Semenanjung Malaysia dan Filipina. Kerajaan yang menjadi cikal bakal Melayu tua ini menjadi sponsor utama penyebaran budaya dan bahasa melayu. Walaupun tidak mengklim sebagai sumber dari budaya melayu seperti di Semenanjung Melayu, tetapi kemelayuan kerajaan Sriwijaya tidak dapat dtolak. Bahkan peran Kerajaan Sriwijaya dalam memperluas budaya melayu jauh lebih besar dari pada kerajaan-kerajaan yang mengklim sebagai kerajaan melayu di seperti Kerajaan Melayu di semenanjung melayu dan Kerajaan Kedah.

Kekuasaan Sriwijaya merosot pada abad ke-11. Kerajaan Sriwijaya mulai ditaklukkan oleh berbagai kerajaan Jawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan Majapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik. Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan arkeologi, artifak seperti patung dan lukisan, dan hikayat.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melewati perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9. Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra melalui Aceh yang telah tersebar melalui hubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414 pangeran terakhir Sriwijaya, Parameswara, memeluk agama Islam dan berhijrah ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kesultanan Melaka.

Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan nusantara dan Palembang menjadi pusat pembeljaran agama Buddha. Pada tahun 1017, 1025, dan 1068, Sriwijaya telah diserbu raja Chola dari kerajaan Colamandala(India) yang mengakibatkan hancurnya jalur perdagangan. Pada serangan kedua tahun 1025, raja Sri Sanggramawidjaja Tungadewa ditawan. Pada masa itu juga, Sriwijaya telah kehilangan monopoli atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok-India. Akibatnya kemegahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singasari yang berada di bawah naungan Sriwijaya melepaskan diri. Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, yang dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya. Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berlangsung hingga dua abad sebelum akhirnya melemah dan takluk di bawah Majapahit.

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I-tsing. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim. Negara ini tidak memperluas kekuasaannya diluar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Sekitar tahun 500, akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang, Sumatera. Kerajaan ini terdiri atas tiga zona utama - daerah ibukota muara yang berpusatkan Palembang, lembah Sungai Musi yang berfungsi sebagai daerah pendukung dan daerah-daerah muara saingan yang mampu menjadi pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yang berharga untuk pedagang Tiongkok. Ibukota diperintah secara langsung oleh penguasa, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh datu setempat.

Dari Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa, Kerajaan Minanga takluk di bawah pemerintahan Sriwijaya. Penguasaan atas Malayu yang kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan.

Berdasarkan Prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 682 dan ditemukan di pulau Bangka, Pada akhir abad ke-7 kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Jayanasa telah melancarkan aksi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Di abad ke-7, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan di Sumatera yaitu Malayu dan Kedah dan tiga kerajaan di Jawa menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan kerajaan di abad yang sama.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Di abad ke-9, wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi Sumatera, Sri Lanka, Semenanjung Malaya, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Filipina. Dengan penguasaan tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang hebat hingga abad ke-13.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, dinyatakan bahwa pada abad ke-9 Sriwijaya telah memperluas pengaruh politik, sosial, budaya dan ekonomi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Vietnam Selatan. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Minanga merupakan kekuatan pertama yang menjadi pesaing Sriwijaya yang akhirnya dapat ditaklukkan pada abad ke-7. Kerajaan Melayu ini, memiliki pertambangan emas sebagai sumber ekonomi dan kata Swarnnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Dan kemudian Kedah juga takluk dan menjadi daerah bawahan.

Pada masa awal, Kerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota terakhir kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, dan sebuah prasasti berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputra mendedikasikan seorang biara kepada Universitas Nalada, Pala. Relasi dengan dinasti Chola di India selatan cukup baik dan kemudian menjadi buruk setelah Rajendra Coladewa naik tahta dan melakukan penyerangan di abad ke-11.

Di tahun 902, Sriwjaya mengirimkan upeti ke China. Dua tahun kemudian raja terakhir dinasti Tang menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa pada masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dengan Arab yang memungkinkan Sriwijaya sudah masuk pengaruh Islam di dalam kerajaan.

Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis Muslim Ibnu Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.

Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan dari ingatan masyarakat Melayu pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.

Berdasarkan Hikayat Melayu, pendiri Kesultanan Malaka mengaku sebagai pangeran Palembang, keturunan keluarga bangsawan Palembang dari trah Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa pada abad ke-15 keagungan, gengsi dan prestise Sriwijaya tetap dihormati dan dijadikan sebagai sumber legitimasi politik bagi penguasa di kawasan ini.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan, dan segenap bangsa Melayu. Bagi penduduk Palembang, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat Thailand Selatan dan Malaysia yang menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya melayu Sriwijaya, walaupun pada akhirnya Malaysia merasa lebih malayu dari pada Indonesia yang sebenannya tempat lahirnya budaya melayu itu sendiri.

Ini bukanlah keserakahan bangsa Malaysia karena memang mereka adalah bangsa yang menghargai jati dirinya, cuma kitanya saja yang memang tidak menghargai budaya dan jati diri kita sendiri. Tengok saja perbedaan sinentron atau film Indonesia dengan sinentron dan film Malaysia yang lebih akrab dengan budaya melayu. Apalagi jika kita menonton film anak-anak Upin Ipin yang sangat melayu, sedangkan sinetron Indonesia lebih kebarat-baratan.

Sumber Pustaka:
- www.sumselprov.go.id
- id.wikipedia.org
- www.indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56

Bandeng Bakar Tanpa Duri, Tinggal Llleeep...!

Cirebon, Jawa Barat- Kalau bertandang ke Kota Udang Cirebon, cobalah susuri jalan Kartini, tak jauh dari Stasiun Kejaksan. Di trotoar depan sebuah toko bunga, yang hanya berjarak beberapa meter dari Apotek Kejaksan, terdapat warung makan kaki lima "Lesehan Kartini".

Makanan yang disajikan udang bakar dan bandeng bakar tanpa duri. Rasanya? Hmmm....Makannya? Tinggal lleeep...langsung ditelan! Penasaran?

Ketika pertama kali melihat, penampilan bandeng bakar tanpa duri, biasa saja. Tapi, udang bakarnya menggugah selera. Saat coba dirasakan, ternyata keduanya memiliki rasa yang khas, dengan bumbu yang meresap hingga ke daging. Apalagi, dengan kentalnya rasa kecap manis, membuat bandeng bakar terasa lezatnya.

Sang pemilik warung, Nila, merahasiakan apa saja racikan bumbu bakarnya. Ia hanya mengatakan, kecap dan garam sebagai campuran utama bumbu.

Bandeng bakar tanpa duri, sudah 4 tahun dijajakan Nila. Mencabuti durinya, bukan pekerjaan mudah."Pertama-tama, ikan dibeleh (dibelah), disisikin, dan dicabutin satu-satu durinya," kata Nila.

Ikan bandeng itu berasal dari sebuah tambak di Indramayu, yang selalu dipanen setiap hari. Dan langsung dibawa untuk dijual malam harinya.

Buka mulai pukul 16.00 till drop, harganya cukup bervariasi tergantung besar kecil ukuran udang dan bandengnya. Untuk udang, satu porsi berisi 5-6 ekor udang yang berukuran besar dihargai Rp 30.000, sedang Rp 28.000 dan kecil Rp 25.000. Sementara, bandeng bakar tanpa duri, yang berukuran kecil Rp 10.000, sedang Rp 13.000-Rp 14.000 dan yang berukuran besar bisa mencapai Rp 25.000 per ekornya.

Cukup kenyang kok, makan sepiring nasi, seporsi udang dan seekor ikan bandeng bakar tanpa duri.... (Inggried Dwi Wedhaswary)

Sumber: www.kompas.com (23 September 2008)

Peserta Festival Seni Kreasi Se-Papua Tiba di Biak

Biak, Papua - Sedikitnya 60-an peserta festival seni kreasi baru setanah Papua, mulai tiba di Kabupaten Biak Numfor untuk mengikuti event pentas kesenian yang berlangsung 24 September 2008.

Data panitia pelaksana festival seni se tanah Papua, hingga Senin (22/9) tengah malam menjelaskan, peserta festival yang tiba di Biak, berasal dari tiga kabupaten yaitu Yahukimo, Supiori serta Kabupaten Mappi.

Festival seni kreasi baru se tanah Papua akan berlangsung pada 24-29 September 2008, dengan mempertandingkan sembilan kategori lomba, di antaranya, tari kreasi baru,balada Cendrawasih, sosio drama. Sedangkan bidang lomba lainnya yang juga dipertandingkan pada ajang festival seni kreasi baru se tanah Papua, berupa lahu-lagu rakyat,pop singer, lomba cinderamata/souvenir.

Wakil ketua Panitia pelaksana, Drs Andris Kafiar, mengakui,peserta festival seni kreasi baru se Provinsi Papua dan Papua Barat yang tiba di Kabupaten Biak Numfor telah dilayani dengan baik. "Sebagian peserta lain yang belum tiba dijadwalkan datang ke festival satu hari sebelum acara pembukaan pesta kesenian 24 September," katanya.

Ia mengatakan, festival seni kreasi baru tahun 2008 yang dilangsungkan di Kabupaten Biak Numfor menurut rencana dibuka Gubernur Papua, Barnabas Suebu SH, bertempat di Hanggar Cenderawasih Pangkalan Lanud Manuhua Burukoub, Distrik Biak Kota.

"Panitia daerah Biak telah menyiapkan berbagai sarana transportasi dan akomodasi untuk menunjang kelancaran penyambutan kedatangan peserta festival seni kreasi baru se Papua dan papua Barat," ujarnya.(*)

Sumber: www.antara.co.id (23 September 2008)

Daerah Silahkan Kembangkan Potensi Wisata

Tanjungpandan, Bangka Belitung- Setiap daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dipersilahkan mengembangkan potensi pariwisata daerah untuk menarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan dalam negeri. Daerah mempunyai hak mengembangkan potensi pariwisata.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yan Megawandi ditemui wartawan usai rapat Sail Indonesia 2008 di ruang sidang Setda Kabupaten Belitung, Kamis (18/9) mengatakan, potensi wisata di setiap daerah di Provinsi Babel berbeda-beda. “Tidak ada daerah yang dianaktirikan, semuanya sama. Masing-masing daerah silahkan mengembangkan potensi wisata didaerahnya,” kata Yan.

Yan mencontohkan, jika Kabupaten Belitung fokus mengembangkan wisata bahari, maka dipersilahkan mengembangkan wisata bahari itu. Namun, jika Pangkalpinang berpotensi mengembahkan bidang jasa pariwisata, maka tidak mungkin Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Babel memaksakan untuk mengembangkan wisata bahari seperti pada Kabupaten Belitung.

Demikian pula dengan budaya. Meskipun Pulau Belitung dan Pulau Bangka menjadi satu kesatuan dalam Provinsi Babel tapi soal seni budaya masyarakat memiliki keragaman yang berbeda dan unik. Karena itu tiap daerah dipersilahkan mempromosikan seni budayanya.

Program visit Babel Archipelago 2010 yang menurut rencana akan diluncurkan pada 12 Oktober 2008 bertepatan dengan pelaksanaan Sail Indonesia 2008 di Pantai Tanjung Kelayang Desa Keciput Kecamatan Sijuk hanya merupakan gong untuk menggali lagi potensi wisata di Provinsi Babel. “Pada akhirnya adalah mempromosikan wisata kita dengan tujuan akhirnya menarik para wisatawan mancanegara maupun wisatawan dalam negeri,” kata Yan. (h4)

Sumber: www.bangkapos.com (22 September 2008)

Konsul Malaysia Kagumi Detik-detik Kulminasi di Pontianak

Pontianak - Konsul Malaysia di Pontianak, Kalimantan Barat, Mohamad Zairi Bin Mohamad Basri menyatakan kekagumannya ketika menyaksikan detik-detik peristiwa alam yang langka terjadi yaitu titik kulminasi pada pukul 11.38 WIB di Tugu Khatulistiwa Pontianak, Selasa.

"Peringatan detik-detik kulminasi jarang terjadi dan di negara saya tidak ada, sehingga tidak ada salahnya kami datang ke sini untuk belajar mengenai peristiwa alam. Apalagi dengan rencana Pemerintah Kota Pontianak untuk membangun ‘Sun Dial‘ atau jam dan teropong matahari," kata Mohamad Zairi Bin Mohamad Basri, saat menyaksikan detik-detik titik kulminasi di Tugu Khatulistiwa Pontianak.

Ia mengatakan, sepengatahuannya tidak sedikit warga negara Malaysia yang kebetulan berkunjung ke Pontianak untuk menyaksikan peristiwa alam yang unik dan jarang terjadi itu.

"Kami sarankan Pemkot Pontianak lebih serius dan giat lagi dalam melakukan promosi tentang peringatan detik-detik kulminasi agar bisa menarik wisatawan luar, seperti dari Malaysia dan Brunei Darussalam yang masih satu Pulau Borneo," katanya.

Sekretaris Daerah Pemkot Pontianak, Toni Harianto menjelaskan, perstiwa kulminasi matahari pada titik nol derajat hanya di lima negara yaitu Indonesia (Kalimantan Barat), Afrika (Gabon), Uganda (Zaire), Kenya dan Somalia.

Di Amerika Latin, garis itu juga melintasi empat negara yaitu Equador, Peru, Columbia dan Brazil, sehingga menarik untuk dikunjungi apalagi bagi wisatawan luar Kalbar, katanya.

Ia mengatakan, kulminasi matahari merupakan proses matahari melintasi garis khatulistiwa/equator secara tetap. Itu terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada 21 - 23 Maret dengan titik kulminasi tepat pukul 11.50 WIB, dan 21 - 23 September dengan titik kulminasi tepat pukul 11.38 WIB.

Pada saat itu, tidak terlihat bayangan dari sebuah tongkat yang berdiri tegak karena matahari berada tegak lurus di atasnya.

Toni menambahkan, dari semua kota atau negara yang dilewati, hanya ada satu di dunia ini yang dibelah atau dilintasi secara persis oleh garis khatulistiwa yaitu Kota Pontianak, sehingga menjadi ciri khas dan Tugu Khatulistiwa juga dikenal dengan Tugu Equator.

Dalam peringatan detik-detik kulminasi itu Pemkot Pontianak merangkainya dengan menanam pohon di lingkungan sekitar sebanyak 500 pohon dan sekaligus peluncuran rencana pembangunan Sun Dial.

Sebelumnya, Wali Kota Pontianak Buchary Abdurrachman mengatakan, bangunan sundial direncanakan setinggi 71 meter dan memerlukan dana sekitar Rp76 miliar dengan luas lahan sekitar 39 ribu meter persegi di sekitar kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak.

Sundial dan teropong matahari tidak hanya bermanfaat untuk kawasan wisata, melainkan juga bisa dimanfaatkan untuk pengetahuan ilmiah, museum dan tempat mengamati prilaku matahari akibat pemanasan global.

"Kita bisa memanfaatkan teropong matahari untuk mengetahui peringatan dini akibat pemanasan global," ujarnya.

Sumber: www.antara.co.id (23 September 2008)

Borobudur dan Prambanan Siap Terima Wisatawan

Yogyakarta- Taman Wisata Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan di wilayah perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah serta Taman Wisata Ratu Boko saat ini siap menerima kunjungan wisatawan masa liburan lebaran 2008.

Direktur Operasional dan Pengembangan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWCBPRB), Ir Guntur Purnomo Adi di Yogyakarta, Selasa, mengatakan untuk menyambut libur lebaran tahun ini pihaknya siap menerima kunjungan wisatawan baik yang tengah mudik maupun berlibur di Yogyakarta.

Didampingi sekretaris perusahaan Moh Djamhari dan para kepala unit di lingkunan BUMN itu, ia menambahkan kesiapan untuk menyambut kedatangan wisatawan liburan itu antara lain berkoordinasi dengan Satlantas dan DLLAJ setempat.

"Kami berkoordinasi untuk membuat jalur kunjungan wisatawan serta masalah pengamanan, kebersihan dan keserasian sehingga diharapkan dapat memenuhi Sapta Pesona Pariwisata," katanya.

Ia mengatakan untuk menyambut kedatangan wisatawan tersebut, pihaknya juga menyiapkan gelar kesenian tradisional mulai hari H hingga H+10 lebaran atau 1-12 Oktober 2008, baik di Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan maupun Ratu Boko.

Di Candi Borobudur rencananya dipentaskan jatilan/kuda lumping, musik rebana, tari topeng purba, wayang kulit padat, pertunjukan musik, tari topeng kawedar dan tari dayakan.

Sedangkan di taman wisata Candi Prambanan para tamu disambut dengan sajian pentas musik, jatilan, pertunjukkan badut, musik keroncong, coekekan dan tarian tradisonal lainnya.

"Untuk taman wisata Candi Boko disiapkan pentas jatilan anak, musik campursari dan siteran. Sementara di panggung terbuka disiapkan pentas sendratari Ramayana baik yang bersifat reguler maupun pentas tambahan," katanya.

Menyinggung kenaikan biaya tanda masuk, ia mengatakan mengalami kenaikan. Misalnya di Candi Borbudur dari semula Rp9.000 naik menjadi Rp10.000 per orang, di Candi Prambanan dari Rp8.000 naik menjadi Rp10.000 per orang.

"Sedangkan di taman wisata Ratu Boko tiketnya naik dari Rp7.000 menjadi Rp8.000 per orang," katanya.

Menurut dia, selama libur lebaran pihaknya menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur sebanyak 300.000 orang, Candi Prambanan 10.000 pengunjung dan Ratu Boko 3.000 pengunjung, serta sendratari Ramayana di teater terbuka sebanyak 3.000 orang. "Saya optimistis target kunjungan sebanyak itu akan tercapai mengingat jumlah kunjungan tahun lalu juga meningkat," kata Guntur Purnomo Adi. (ANT)

Sumber: www.kompas.com (23 September 2008)

F1 Singapura Diharapkan Mampu Dongkrak Ekonomi Pariwisata

Singapura - Meski Ekonomi masih redup, namun Singapura sedang menyiapkan lampu yang lebih benderang ke arah masa depan. Kota Singapura akan jadi panggung balapan Formula 1 yang digelar pada malam hari.

Untuk kali pertama, balapan ini di bawah sorotan 1600 lampu yang disiapkan dengan kemampuan empat kali lebih terang dibandingkan lampu stadion. Singapura, yang masih dalam usaha pemulihan ekonomi, harus menggelontorkan uang sebesar US$200 juta untuk memiliki hak menggelar even ini selama lima tahun.

“Singapura selalu terkenal dengan pusat bisnis internasional yang bagus,” ujar Menteri Perdagangan dan Industrinya S. Iswaran. “Kami ingin meningkatkan profil Singapura sebagai kota global dengan gaya hidup modern dan menyenangkan.”

Menjadi tuan rumah even olahraga menjadi bagian strategi Singapura untuk mengembangkan ekonomi dari basis indutri tradisional ke ekonomi pariwisata. Efek dari Formula 1 akan dirasakan beberapa tahun ke depan dan tidak akan bisa diukur dengan pengalaman sekali balapan.

“Seperti Olimpiade Beijing, semuanya saat ini melihat ke Singapura,” ujar humas Hotel Ritz Carlton Michelle Denise Wan. “Seluruh kamar di hotel ini penuh untuk even Bulan Juli dengan minimum tinggal selama empat hari.” (Tempo/smcn)

Sumber: www.suaramerdeka.com (24 September 2008)

Malam Selawean, Tradisi Warisan Sunan Giri

Gresik - Ribuan warga diperkirakan bakal memadati tradisi Malam Selawean (hari ke-25) bulan Ramadhan, Rabu (24/9) malam ini. Ratusan pedagang kagetan berlomba mengais rezeki sepanjang Jl Sunan Giri hingga lokasi makam Sunan Giri, Gresik.

Pengunjung Malam Selawe bisa mencapai ribuan. Mereka biasanya datang sejak hari malam selikuran (malam ke-21 - red). Sebagian besar bertujuan utama memburu lailatul qodar dengan berziarah ke makam Sunan Giri, di Desa Giri Kecamatan Kebomas, Gresik.

"Kalau pedagang sudah mendirikan stan sejak pertengahan bulan Ramadhan. Namun puncaknya ya malam selawe ini," kata Ny Musarofah (37) warga Jl Sunan Giri yang juga mendirikan stan dadakan berjualan mainan anak-anak, Selasa (23/9).

Setiap malam Selawean, lanjut Ny Musarofah, ribuan orang berziarah ke makam Sunan Giri. Momentum itu yang lantas dimanfaatkan sejumlah pedagang menawarkan aneka oleh-oleh atau kebutuhan yang lainnya. "Maka dari itu, ratusan pedagang menyediakan bermacam-macam dagangan mulai dari makanan, pakaian hingga kopiah,” paparnya.

Sejak kapan tradisi Malam Selawean ini mulai berlangsung? Tidak ada warga yang tahu pasti. HU Mardiluhung, salah satu pemerhati budaya asal Gresik menyatakan, tradisi Malam Selawean diwariskan turun temurun sejak zaman Sunan Giri. Namun Mardiluhung menyatakan tradisi itu menyebar dari mulut ke mulut.

Setelah Malam Selawean, rangkaian kegiatan bulan Ramadhan dilanjutkan dengan pembukaan Pasar Bandeng akan digelar 27-28 September mendatang. Selain menyediakan ikan bandeng segar, pasar juga akan melelang bandeng kawak (besar).

Panitia Pasar Bandeng, Sentot Supriyohadi, mengatakan, panitia menyediakan 200 stan untuk berjualan ikan bandeng. Selain itu juga menyediakan 900 stan untuk berjualan berbagai macam produk. “Ada dua kriteria bandeng yang dilelang. Bandeng tambak dan bandeng tangkapan," ujar Sentot, yang juga Kabag Perekonomian Pemkab Gresik, Selasa (23/9).

Kapolres Gresik AKBP R Nurhadi Yuwono menyatakan, polisi menggandeng warga untuk mengamankan dua momen tradisi yang bakal dibanjiri pengunjung itu. Saat Malam Selawean misalnya, polisi akan meminta para juru parkir ikut waspada mengamankan mobil dan motor yang telah dititipkan.

"Kami juga menggandeng tokoh-tokoh ulama agar Gresik tetap kondusif," kata AKBP R Nurhadi Yuwono, usai memimpin apel kesiapan Operasi Ketupat Semeru 2008 di Alun Alun Gresik. st3 (ABI)

Sumber: www.kompas.com (24 September 2008)

Wajib Nonton Laskar Pelangi

Jakarta - Momentum yang ditunggu-tunggu oleh pencinta buku tetralogi Laskar Pelangi akhirnya tiba. Mulai lusa (Kamis, 25/9), novel karya Andrea Hirata itu dapat disaksikan dalam bentuk film layar lebar. Dalam premiere yang ditayangkan di Studio Planet Hollywood 21 kemarin (22/9), sang sutradara, Riri Riza, mengaku puas bisa menampilkan hasil kerja kerasnya tersebut.

Riri sangat tertantang untuk bisa bekerja optimal karena cerita dalam film itu dibuat berdasar karya yang sudah lebih dulu booming dalam bentuk novel. ‘‘Cukup sulit mengadaptasi Laskar Pelangi dalam bentuk film karena hampir semua scene-scene dalam buku itu menarik ditampilkan,‘‘ ujar alumnus Holloway University of London tersebut.

Dalam film berdurasi 120 menit tersebut, Riri menampilkan sederet nama baru di layar lebar. Terutama tokoh-tokoh yang memerankan para anggota Laskar Pelangi ketika masih anak-anak. Di antaranya, Zulfanny (Ikal kecil), Verrys Yamarno (Mahar), Dewi Ratih Ayu Safitri (Sahara), dan Marchella El Jolla Kondo. Riri mengaku sengaja mencari tokoh yang rata-rata native Belitung tersebut untuk memperkuat karakter mereka. ‘‘Jika Belitung mampu melahirkan sosok seperti Andrea Hirata, tentu akan mudah menemukan 12 anak-anak seperti dia di masa sekarang dan buktinya berhasil,‘‘ tegasnya, lantas tertawa.

Andrea Hirata menilai, keputusan untuk memfilmkan Laskar Pelangi itu sudah melalui proses yang cukup berbelit. Setelah melalui proses panjang tersebut, akhirnya dia mantap untuk melanjutkan proses itu.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang ikut menjadi tamu kehormatan dalam pemutaran perdana tersebut mengaku tak kuasa menahan haru dan bangga. Dia menilai, pesan moral dalam film tersebut sangat mengena dan sarat pendidikan. Untuk itu, dia sepakat bahwa film tersebut harus disaksikan pejabat-pejabat Indonesia. ‘‘Bila perlu, saya kira presiden dan menteri-menteri harus ikut antre untuk menyaksikan film yang dahsyat ini demi meningkatkan kualitas bangsa,‘‘ paparnya.

Sejumlah artis turut memperkuat karakter cerita. Di antaranya, Cut Mini, Ikranegara, Tora Sudiro, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, dan Lukman Sardi. (zul)

Sumber: www.batampos.com (23 September 2008)

Bincau, Desa Agrowisata Andalan Kabupaten Banjar

Banjarmasin - Desa Bincau masih menjadi objek agrowisata andalan Kabupaten Banjar yang mengusung wisata makan minum di lokasi pembudidayaan ikan sistem kolam dan sistem tambak di lokasi tersebut.

"Bincau yang sudah dikenal luas akan terus dibenahi dengan menjadikannya sentra perkebunan tanaman bunga melati dan kenanga," kata Camat Martapura, Ahmad Khairudin Fahri, seperti disampaikan oleh Kasubag Pemberitaan Humas Setda Banjar, Yanto Sugianto.

Di Desa Bincau terdapat puluhan lokasi rumah makan pondokan yang berada di atas tambak atau kolam pembudidayaan ikan mas, ikan nila, ikan lele, gurame, dan beberapa jenis ikan lainnya.

Para wisatawan dapat langsung menangkap ikan di lokasi tersebut lalu memasaknya di lokasi tersebut untuk makan bersama-sama seraya menyaksikan panggung hiburan berupa karaoke dangdut atau pop.

Selain itu, di lokasi objek wisata tersebut juga tersedia berbagai macam mainan anak-anak di atas air, seperti perahu karet angsa, perahu karet naga, sampan-sampan kecil serta arena berenang dan water boom.

Lokasi Bincau juga sering didatangi wisatawan luar Kalsel, apalagi rombongan pejabat dan rombongan usahawan yang datang ke Banjarmasin dan Martapura sering pula diajak ke lokasi ini.

Menurut Camat, Desa Bincau sebagai salah satu desa yang berada di Kecamatan Martapura memiliki kelebihan tersendiri dibanding daerah lain yang ada di kabupaten Banjar.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Desa Bincau adalah setruktur wilayah yang sangat potensial untuk usaha perikanan, khususnya pengelolaan usaha perikanan dengan sistem tambak, lantaran persis berada di aliran irigasi Riam Kanan yang memiliki cadangan air bersih yang cukup, serta lahannya yang subur hingga potensial bagi usaha pertanian berupa pertanian bunga melati dan kenanga.

Ahmad Khairudin Fahri mengungkapkan, setiap orang yang memasuki wilayah desa Bincau akan merasa nyaman dan merasa segar serta sejuk.

Hal tersebut dikarenakan adanya aroma bau wangi dari tanaman bunga melati dan bunga kenanga yang banyak ditanam oleh masyarakat setempat sebagai salah satu sumber usaha dalam menopang perekonomian rumah tangga di Desa Bincau.

Sementara Bupati Banjar Khairul Saleh dalam kesempatan tersebut mengatakan, saat ini pemerintah kabupaten Banjar telah mengeluarkan sebuah kebijakan dalam pengembangan perekonomian berbasis kemasyarakatan yaitu perogram Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Dengan demikian, para pengelola usaha baik pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan serta pengelola usaha rumah tangga yang ada di wilayah perkotaan dan perdesaan dapat meminjam permodalan kepada BUMDes dengan sistem bagi hasil non bunga.

Dengan adanya BUMDes tersebut, Khairul Saleh berharap, para pengelola usaha termasuk para petani bunga Melati dan bunga Kenanga di desa Bincau kecamatan Martapura dapat lebih mengembangkan usaha pertanian tersebut dengan difasilitasi oleh pemerintah daerah melalui BUMDes.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Banjar HG. Khairul Saleh juga menyerahkan bantuan keagamaan kepada sejumlah mesjid dan langgar yang ada di kecamatan Martapura.

Dia menyerahkan bantuan berupa empat lembar sajadah tempat salat untuk Masjid As Shobirin, serta satu paket alat permainan edukatif dari TP PKK Kabupaten Banjar untuk TP PKK Desa Bincau, Kecamatan Martapura. (Ant/OL-03)

Sumber: www.mediaindonesia.com (25 September 2008)

Presiden SBY Hanya Enam Jam di Makassar

Makassar– Dua mega proyek di Sulsel, yakni Bandar Udara Sultan Hasanuddin dan Jalan Tol Seksi IV diresmikan penggunaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat besok.

Selain kedua proyek itu, Presiden yang dijadwalkan tiba di Makassar pukul 08.30 Wita, rencananya juga akan meresmikan penggunaan kapal milik Pelni KM Gunung Dempo. Berbeda dengan kedatangan Presiden SBY sebelumnya. Kali ini, presiden kelahiran Pacitan itu,hanya akan berada di Makassar selama kurang lebih enam jam.

Jumat pagi, Presiden dan rombongan tiba dari Sultra dan beristirahat sejenak di ruang Galatika TNI Angkatan Udara sebelum memimpin upacara peresmian tiga proyek tersebut di Bandara Sultan Hasanuddin. Namun, sore harinya, SBY sudah dijadwalkan kembali ke Jakarta. Kepala Biro Humas Pemprov Sulsel Jufri Rahman mengatakan, peresmian akan dilakukan secara simbolis dan dipusatkan dalam kompleks bandara.”Nanti setelah diresmikan, barulah presiden melakukan peninjauan,” ,kemarin.

Sekadar diketahui, setelah sempat tertunda beberapa kali peresmian penggunaannya, akhirnya Bandara Sultan Hasanuddin beserta Jalan Tol Seksi IV dinyatakan siap untuk diresmikan. Khususnya untuk bandara, telah menjalani soft operationsejak 3 Agustus lalu.Sementara,untuk Tol, dinyatakan siap setelah proses finalisasi berupa pengerjaan media dan dinding pembatas rampung dikerjakan.

Jufri Rahman mengatakan, usai peresmian,presiden rencananya akan melakukan peninjauan penggunaan KM Gunung Dempo dari dekat. Dalam peninjauan tersebut, orang nomor satu negeri ini tersebut akan melintasi jalan tol sekaligus melihat langsung proyek tersebut. Berdasarkan hasil konsultasi antara protokol Pemprov Sulsel dan Pasukan Pengamanan Presiden, untuk alasan keamanan ada dua opsi yang ditawarkan dalam peninjauan di pelabuhan tersebut.

Pilihan pertama adalah,mobil kepresidenan langsung mendekati badan kapal yang sandar di Dermaga Soekarno Hatta dan melihat secara langsung detail kapal. Sementara opsi kedua, presiden hanya memantau penggunaan kapal yang berfungsi sebagai kapal penumpang dan kargo tersebut,dari balik kaca lantai dua gedung terminal. Pilihan ini dianggap lebih safetydibanding opsi pertama. ”Dua opsi tersebut yang akan dipilih tapi semuanya kan tergantung dari protokol dan paspampres karena mereka yang bertanggung jawab penuh,”jelasnya.

Rencananya, sebelum melakukan peninjauan terhadap KM Gunung Dempo,Presiden didampingi Ibu Ani Bambang Yudhoyono akan beristirahat di rumah jabatan Gubernur Sulsel Jalan Sungai Tangka. Rencananya, pukul 11.45 Wita, presiden akan menuju Masjid Al Markaz Al Islami untuk menjalankan ibadah salat Jumat. Sementara Ibu Ani Yudhoyono tetap berada di Rujab untuk melakukan pertemuan dengan Tim Penggerak PKK Sulsel.Seusai salat Jumat,rencananya presiden akan langsung menuju Pelabuhan Soekarno- Hatta untuk meninjau dari deka tKM Gunung Dempo.

Sementara itu, puluhan anggota Paspampres tampak mengecek kesiapan kediaman gubernur tersebut untuk menerima presiden. Mereka berseliweran mengecek beberapa tempat yang di sekitar Jalan Sungai Tangka, Sungai Saddang dan Jalan Ratulangi. (abriandi)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com (25 September 2008)

Pengunjung OW Grojogan Sewu Diperkirakan 100.000 Wisatawan

Semarang - Pengunjung objek wisata (OW) Grojogan Sewu di Tawangmangu pada Lebaran 2008 diperkirakan mencapai 100.000 wisatawan, bahkan dimungkinkan bisa lebih.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Kantor Informasi dan Komunikasi (KIK) Kabupaten Karanganyar, Rabu (24/9), pada Lebaran tahun 2006, jumlah pengunjung di Tawangmangu mencapai 90.000 orang dan Lebaran 2007 meningkat di atas 100.000 orang.

Selain OW Grojogan Sewu Tawangmangu, OW budaya Candi Sukuh yang ada Kabupaten Karanganyar, Jateng sampai saat ini tetap dijadikan andalan kabupaten setempat untuk menyedot wisatawan asing (wisman) maupun nusantara (wisnu) mengunjungi OW tersebut.

Kabupaten Karanganyar yakin bahwa OW Grojogan Sewu, Tawangmangu yang merupakan perpaduan serasi antara OW alam berupa hutan dan air terjun dengan ketinggian sekitar 81 meter, mampu menarik wisatawan mancanegara maupun nusantara ke daerah ini.

Setiap libur biasa dan libur panjang, seperti libur Lebaran, wisatawan yang mengunjungi objek wisata yang terletak sekitar 37 km arah timur Kota Solo ini cukup banyak.

Bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara yang ingin berkunjung ke Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah tidak perlu khawatir, jalan menuju candi tersebut aman dari longsor.

Candi yang diperkirakan dibangun menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit dan bentuk bangunannya mirip dengan peninggalan kebudayaan Maya di Mexico atau situs-situs purbakala sejenis di Peru, Amerika Latin, merupakan candi erotis di Pulau Jawa.

Mengingat jalan menuju lokasi candi cukup baik dan sudah beraspal, menyebabkan wisatawan yang ingin melihat candi ini cukup besar.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke candi ini, selain dapat melihat kemegahan candi juga dapat melihat keindahan pemandangan alam pegunungan di sekitar candi dan turunnya matahari (sunset) secara perlahan dengan aneka cahaya berwarna-warni.

Candi ini terletak di lereng barat kaki Gunung Lawu pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut (Dpl), di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, sekitar 20 km dari Kota Kabupaten Karanganyar. (Ant/OL-01)

Sumber: www.mediaindonesia.com (24 September 2008)

Omah Dhuwur, Alih Fungsi Bangunan Berumur 150 Tahun

Kotagede- Terletak di Kotagede yang merupakan pusat budaya di Yogyakarta, bangunan berusia 150 tahun ini kini memiliki fungsi yang baru.

Nama Omah Dhuwur—yang khas daerah Yogyakarta—dipilih karena bagunan ini secara geografis ada pada tanah yang lebih tinggi dari bangunan lainnya di sekitarnya. Setelah mengalami renovasi, bangunan yang awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal ini, pada bulan April 2002 resmi menjadi sebuah restoran.

Omah Dhuwur yang terletak pada tanah seluas kurang lebih 3.800 m2 dan luas bangunan kurang lebih 2.800 m2 ini, direnovasi oleh pengembang Maxinary Puspitakarya. Mengenai siapakah sebenarnya arsitek yang merancangnya, sayangnya sampai saat ini masih belum diketahui, dan masih diusut oleh Yayasan Kantil, yayasan yang menangani seluk beluk Kotagede.

Banyak legenda dan mitos yang mengelilingi Omah Dhuwur, dari pemiliknya hingga asal muasal bangunan ini. Setiap orang yang memasuki bangunan ini akan langsung dapat melihat kekhasan karya yang sudah berdiri selama 150 tahun. Meski sekarang sudah dibuat menjadi lebih modern, tapi perubahan ini tidak terlalu signifikan, sehingga tidak merusak arsitektur awal bangunan ini.

Tentang Kotagede
Kotagede, terpisah dari pusat kota Yogyakarta, merupakan sebuah daerah yang begitu mengundang untuk didatangi. Menyusuri jalan-jalan sempit di Kotagede, akan membawa pikiran kita ke kebudayaan Mataram Kuno, sekitar abad 16 Masehi, saat Panembahan Senopati berkuasa. Kotagede memulai sejarahnya sebagai pusat pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, kehidupan masyarakatnya begitu religius dan majemuk, melalui pemerintahan Sultan Agung dan berakhir di masa kolonialisme Belanda.

Masyarakat yang tinggal di Kotagede pada jaman dahulu adalah perpaduan antara pedagang serta pengrajin perak dan batik. Karena banyaknya pengrajin perak yang ada, maka sampai sekarang Kotagede juga dikenal sebagai pusat kerajinan perak. Akses utama untuk menuju pusat Kotagede adalah jalan yang melintang dari sebelah barat sungai Gadjah Wong (sekarang jalan Tegal Gendu) hingga ke arah timur, dan pasar (sekarang jalan Mondorakan). Jalan utama ini dari jaman dahulu saat pusat pemerintahan Mataram Kuno masih di daerah kampung Ndalem, sampai sekarang.

Bentuk bangunan pada Kotagede, agak sedikit berbeda pada rumah tradisional Jawa pada umumnya. Bentuk rumah yang besar-besar, dengan pagar tembok yang mengelilinginya, mengingatka kita pada bentuk pertahanan Kerajaan Mataram jaman dulu.

Asal Muasal Omah Dhuwur
Seperti tempat bersejarah lainnya, Kotagede juga mempunyai kisah tersendiri, yang turun temurun diceritakan. Contohnya, kisah tentang Rumah Kantil, yaitu rumah yang dipercaya mempunyai kekuatan mistis yang sampai sekarang masih dikeramatkan oleh masyarakat Kotagede. Kemudian, ada Watu Gatheng, yaitu batu seukuran tiga kepalan tangan orang dewasa yang dipercaya merupakan mainan Ki Ageng Mangir, keponakan Pangeran Senopati yang sekaligus menjadi musuhnya.

Dari semuanya itu, ada legenda yang hingga saat ini dianggap paling terkenal, yakni legenda mengenai Orang Kalang. Menurut berbagai sumber, Orang Kalang adalah bekas pasukan Sultan Agung yang mengalami kekalahan ketika mereka menyerbu Bali, sekitar tahun 1800-an, untuk memperluas daerah kekuasaan.

Oleh karena kebiasaan hidup Orang Kalang yang berpindah-pindah dan mencoba untuk mandiri, Sultan Agung akhirnya memberikan kebebasan bagi mereka untuk menempati daerah barat Kotagede (sekarang jalan Tegal Gendu dan Mondoraka). Dan di masa kolonial, karena kepiawaian mereka dalam berdagang, membuat pemerintah Belanda memberikan wewenang untuk memonopoli perdagangan perhiasan.

Orang Kalang menunjukkan keberadaan mereka pada masyarakat Yogya dengan membangun rumah yang berbeda sama sekali dengan bangunan Jawa pada umumnya. Bentuknya biasanya tinggi bertembok sangat tebal, dan dihiasi kaca-kaca Art Deco. Bangunan semacam ini masih bisa ditemui di Yogya sampai saat ini.

Di antara rumah-rumah Kalang tersebut, ada satu rumah yang paling besar, milik Pak Tembong, seorang saudagar yang sangat kaya. Rumah megah ini berdiri tepat di pintu masuk Kotagede. Sejak dihuni oleh keluarga Pak Tembong, fungsi rumah ini sering berubah-ubah, sempat digunakan sebagai pabrik tenun, hingga sekarang ini menjadi sebuah restoran. Rumah yang seakan menjadi pajangan mewah di pintu masuk Kotagede ini sekarang dikenal dengan nama Omah Dhuwur.

Konsep Desain Omah Dhuwur
Restoran yang menempati bangunan berumur 150 tahun ini dimiliki oleh Pak Gani, yang juga adalah pemilik HS Silver. Dia adalah salah satu orang yang sangat paham dan paling menguasai bangunan ini. Berdirinya Omah Dhuwur ini sebenarnya bermula dari alasan perdagangan, yaitu untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengunjung HS Silver. Namun ternyata desain bangunan tua ini juga sangat cocok untuk dijadikan sebuah restoran yang bernuansa alam.

Kekhasan Omah Dhuwur tidak hanya terletak pada menu makanannya saja, melainkan juga terletak pada sebuah galeri yang terdapat di dalamnya. Galeri ini memajang beberapa artefak dan kerajinan perak.

Konsep desain bangunan ini adalah perpaduan antara beberapa gaya internasional dan tradisional jawa. Hal ini misalnya dapat dilihat dari Red Bar, sebuah bar bernuansa merah dengan gaya Jepang, sebuah teras yang bernuansa western, dan gasebo-gasebo yang dibuat dengan nuansa Cina. Sedangkan arsitektur Jawa diperlihatkan pada sebuah pendopo yang bernuansa Jawa kuno.

Beberapa Bagian Bangunan
Ruangan-ruangan restoran ini bisa dikatakan khas dan multifungsi. Resto terdiri dari tiga ruang makan yang multifungsi, biasa digunakan untuk jamuan makan khusus, jamuan makan biasa, dan meeting room. Selain itu ada sebuah bar dan teras—juga multifungsi—yang bisa dipergunakan untuk perayaan ulang tahun, atau rapat. Ada lagi galeri-galeri yang dipakai untuk pameran. Gasebo yang ada disediakan untuk candle light dinner, sedangkan pendoponya biasa dipakai untuk pesta. (lia/www.tabloidrumah.com)

Sumber: www.kompas.com (25 September 2008)

Museum Makassar Koleksi 560 Peninggalan Bersejarah

Makassar- Museum Kota Makassar di Sulawesi Selatan, saat ini mengoleksi 560 benda-benda arkeologi, foto dan dokumen tentang Makassar masa lalu.

Petugas Koleksi di Museum Kota Makassar, Nurhaelah, Kamis, mengatakan, koleksi benda-benda arkeologi antara lain berbagai motif batu yang ditemukan di Benteng Somba Opu Makassar seperti motif lingkaran, tumpal, garis, geometris, pilin berganda dan garis mender lengkung.

Koleksi lainnya antara lain keramik Cina dari masa Dinasti Ming abad ke 14-17 dan keramik Jepang. Sedang koleksi foto antara lain foto tentang bangunan bersejarah kota Makassar, baik yang dapat dipertahankan keadaanya maupun yang telah musnah seperti bank pertama yang ada di Makassar, Manado, Pontianak, dan Banjarmasin.

Foto tentang pelayaran orang Makassar ke Australia mencari teripang tahun 1881 sampai 1907. Foto lainnya adalah bangunan agamais seperti Mesjid Melayu, Gereja Balaikota, Mesjid Katangka. Serta koleksi foto dari mendiang Walikota Makassar Patompo.

Koleksi Mata uang dari masa VOC, mata uang Belanda, mata uang kerajaan Gowa serta mata uang bergambar Ratu Wilhelmina lengkap dengan patungnya.

Koleksi dokumen tentang Makassar antara lain peta udara Makassar, Perjanjian Bungngaya, peta Benteng Somba Opu. "Selama bulan Mei hingga September 2008 pengunjung Museum Kota Makassar tercatat 577 orang dan umumnya dari kalangan pelajar," kata Nurhaelah.

Museum Kota Makassar buka setiap hari Selasa sampai Minggu, mulai jam 08.00 wita sampai jam 14.00 Wita kecuali Jumat tutup jam 11.00 siang. Sedang hari Senin atau libur tidak dibuka untuk umum.

Lydia, seorang pelajar SMP Frater Makassar bersama empat rekan mengatakan, mereka berkunjung ke museum Makassar hampir tiap bulan apalagi sekolahnya berdekatan dengan museum. "Selesai ulangan kami berlima ke sini karena ada tugas dari guru tentang sejarah Makassar," kata Lydia.

Museum Kota Makassar ini menempati gedung Balai Kota, terletak di jantung Kota Makassar, didirikan pada masa Kolonial Belanda tahun 1916.

Bangunan Museum Kota Makassar bergaya arsitektur Eropa abad 17, bangunannya berlantai dua, pintu dan jendela berbentuk kuba kemudian pada atapnya terdapat ventilasi.

Balai Kota (Geemethulld) dibangun pada masa pemerintahan Belanda, fungsi awalnya pada Pemerintahan Belanda dipakai sebagai perkantoran tetapi pada masa kemerdekaan Indonesia dipakai sebagai kantor Walikotamadya Ujung Pandang dan Pada tahun 1999 di fungsikan sebagai Museum Kota Makassar.

Museum kota Makassar diresmikan pada tanggal 7 Juni 2000 dimaksudkan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai identitas kota Makassar, sejarah dan budaya penduduknya yang pluralistis.(ant) JY

Sumber: www.kompas.com (25 September 2008)

Menyatukan Papua Lewat Festival Seni

Biak- Festival kreasi seni yang dilangsungkan di Kabupaten Biak Numfor, 24-29 September 2008 merupakan salah satu alat pemersatu bagi budaya asli masyarakat di tanah Papua.

"Melalui festival seni kreasi Papua diharapkan dapat menjaga pelestarian budaya asli Papua serta mampu melahirkan seniman-seniman baru di daerah," kata Gubernur Papua, Barnabas Suebu SH dalam sambutan dibacakan Asisten II Sekda Kabupaten Biak Numfor Drs Obeth Burwos pada pembukaan festival seni kreasi IX, Rabu sore.

Ia mengatakan, festival kreasi seni Papua merupakan ajang promosi budaya asli Papua setiap tahun telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Papua diharapkan mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara.

Mulai tahun depan, lanjut Gubernur Suebu, event festival kreasi seni Papua akan tetap diselenggarakan secara tetap setiap tahun di Kabupaten Biak Numfor.

Penunjukkan Biak Numfor sebagai penyelenggara tetap, menurut Gubernur Suebu, karena letak kabupaten ini sangat strategis serta festival seni ini dapat menunjang program pemerintah dalam pelaksanaan Kawasan Pengembangan ekonomi terpadu (Kapet).

"Dengan Biak menjadi tuan rumah setiap tahun diharapkan memacu perkembangan pertumbuhan ekonomi masyarakat selaku pemilik budaya melalui karya-karya seni yang dihasilkan,"katanya.

Panitia penyelenggara Drs Andris Kafiar, melaporkan festival kreasi seni IX di Kabupaten Biak Numfor diikuti 15 kabupaten/kota se Provinsi Papua dan Papua Barat dengan menghadirkan 600-an penari.

Dalam fetsival seni se Papua akan dipertandingkan berbagai lomba, diantaranya, tarian balada Cenderawasih, cerita rakyat (sosiodrama), lagu-lagu rakyat,imitasi cenderawasih,karya cipta cinderamata,penataan panggung akan berlangsung selama lima hari, 24-29 September 2008. JY

Sumber: www.kompas.com (25 September 2008)

Pengunjung Borobudur Ditargetkan Capai 200.000

Magelang- Selama libur Lebaran pada 1-12 Oktober, jumlah pengunjung Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, ditargetkan meningkat dibanding tahun lalu. Jika pada Lebaran tahun 2007 terdata 172.360 orang, maka pada tahun ini, jumlah wisatawan dipastikan mampu mencapai 200.000 hingga 300.000 orang.

"Dengan menetapkan target ini, kami pun optimis jumlah pengunjung Lebaran kali ini akan memberikan kontribusi setidaknya 10 hingga 15 persen terhadap total jumlah pengunjung selama tahun 2008," ujar Direktur Administrasi dan Keuangan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Gendro Wiyono, Kamis (24/9).

Tahun ini, total jumlah wisatawan candi ditargetkan mampu mencapai 1,8 juta orang. Dari angka tersebut, jumlah wisatawan mancanegara diharapkan mencapai 100.000 orang, dan wisatawan domestik 1,7 juta orang.

Gendro mengatakan, pihaknya optimis target ini akan tercapai karena kondisi keamanan secara nasional relatif mendukung, stabil, dan kondusif. Selain itu, dia pun menilai, perekonomian masyarakat yang mulai membaik diperkirakan akan membangkitkan minat mereka untuk berwisata.

Pada libur Lebaran kali ini, arus kedatangan wisatawan ke Candi Borobudur akan meningkat signifikan selama 3-6 Oktober. Untuk mengantisipasi membeludaknya pengunjung, maka mulai 1 Oktober nanti, jalur naik dan turun yang semula hanya tersedia satu jalur, akan ditambah menjadi dua jalur.

"Namun, jika jalur ini sudah sedemikian padat, maka arus penumpang naik dan turun akan kami atur terlebih dahulu di zona II candi," ujarnya.

Seiring dengan serbuan wisatawan ini, selama 1-12 Oktober nanti, PT Taman Wisata Candi Borobudur juga akan menaikkan harga tiket masuk, khusus untuk pengunjung domestik. Jika sebelumnya hanya dikenakan Rp 9.000 per orang, maka pada liburan kali ini, wisatawan dalam negeri harus membayar Rp 10.000 per orang.

"Besaran kenaikan harga tiket yang sama, juga kami berlakukan bagi pengunjung Candi Prambanan," terangnya.

Pada musim libur Lebaran, jumlah pengunjung Candi Prambanan diperkirakan mencapai 100.000 hingga 150.000 orang. Meskipun masih banyak bangunan candi yang rusak akibat gempa, Gendro tetap optimis target tersebut dapat tercapai.

Demi menjaga kenyamanan dan keamanan pengunjung, Palang Merah Indonesia Kabupaten Magelang membuka dua posko di dua tempat wisata yaitu di Candi Borobudur dan Ketep Pass. Posko ini akan dibuka mulai 2-12 Oktober.

Di posko tersebut, kami akan menyiapkan berbagai obat-obatan ringan sebagai bentuk pertolongan pertama bagi pengunjung, terang koordinator relawan Posko Lebaran PMI Kabupaten Magelang Arief Setyohadi. Di masing-masing posko akan disiagakan empat relawan. (Regina Rukmorini)

Sumber: www.kompas.com (25 September 2008)

Wisatawan Jepang Kunjungi Wisata Lakkang

Makassar, Sulsel - Tercatat 20 wisatawan Jepang mengunjungi desa wisata di Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Minggu, (30/1).

Lurah Lakkang, Andi M Fara saat mendampingi puluhan turis Jepang mengatakan, wisatawan itu tertarik pada tujuh bunker yang konon dijadikan tempat persembunyian tentara Jepang era penjajahan dulu.

"Kondisi bunker ini memang belum terlalu bagus, karena tertimbun tanah endapan di desa kami,'' ujarnya.

Untuk itu, kami akan upayakan segera dilakukan pembenahan, karena ini salah satu nilai jual objek yang menarik,"

Ketua ASITA DPD Sulsel, Irham Ilyas menuturkan, pihaknya akan membawa puluhan pemandu wisata untuk lebih mengenal lebih banyak potensi objek wisata Lakkang. Daerah itu dianggap cukup unik, karena menggambarkan suasana pedesaan di tengah kota Makassar.

"Kami akan membawa puluhan pemandu wisata menyusun paket perjalanan wisata menarik yang menempatkan Lakkang sebagai destinasi utama kunjungan tamu," tandasnya.

Kabid Sumber Daya dan Peran Serta Masyarakat (SDM) Disbudpar Kota Makassar, Andi Mirza Zainal Abidin saat mendampingi Lurah Lakkang, Ketua Asita, Pengurus LPP Makassar dan elemen masyarakat Lakkang menyambut baik kunjungan wisatawan asing di desa tersebut.

Dia berharap, kunjungan ini bisa mendorong kunjungan wisatawan lainnya dalam rangka mendukung Kelurahan Lakkang menjadi desa wisata yang saat ini masih menunggu rekomendasi pengesahan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

"Turis asal Jepang Baba Aichi merasa terharu ketika masyarakat dan elemen masyarakat setempat membuat acara ritual barasanji yang merupakan kegiatan budaya masyarakat di desa tersebut," jelasnya.

Dikatakan, kegiatan yang dilaksanakan disekitar areal bunker peninggalan jaman penjajahan Jepang itu terlihat semarak.

Terutama saat anak-anak desa Lakkang memberikan selamat dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada wisatawan yang berulangtahun tersebut.

Pawai Budaya Meriahkan Peluncuran VBAY 2011

Banda Aceh, NAD - Peluncuran Visit Banda Aceh Year (VBAY) 2011 dengan tema “Peumulia Jamee Adat Geutanyoe”, Sabtu (29/1) pagi hingga malam tadi, dimeriahkan pula dengan serangkaian hiburan berupa pentas musik dan pawai budaya.

Ratusan peserta yang terdiri dari anak sekolah, 30 sanggar seni, kepala SKPK di lingkungan Pemko Banda Aceh, dan para keuchik, kemarin, dengan pakaian adat nusantara, mengikuti pawai budaya. Mereka berjalan kaki mulai dari Blangpadang menuju Simpang Jam, melintasi Jalan Tgk Abu Lam U dan finish di Taman Sari, depan Balai Kota Banda Aceh.

Tak lama tiba di Taman Sari, hujan deras pun mengguyur taman jantung kota itu yang sudah dipenuhi ratusan masyarakat dari Kota Banda Aceh dan sekitarnya yang ingin menyaksikan atraksi budaya, drumband, parade putroe bungong, Agam Inong Kota Banda Aceh, barongsai, debus, Rapai Geleng, musik etnik Aceh, Rafli, Teuku Wisnu, dan Nova Eliza.

Ketua pelaksana acara yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh, Drs Reza Fahlevi MSi, mengatakan rangkaian kegiatan dalam ranka menyambut dan memeriahkan VBAY 2011 tersebut sudah dimulai sejak awal Januari ini. “Kita membuat aneka lomba dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp 38 juta,” katanya kepada Serambi, di sela-sela acara pawai budaya, kemarin.

Dikatakannya, kesuksesan pawai budaya Sabtu (29/1) kemarin, juga menandakan bahwa masyarakat Kota Banda Aceh telah siap menyambut wisatawan dalam maupun luar negeri yang akan mengunjungi objek-objek wisata di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh yang telah melabelkan dirinya sebagai Bandar Wisata Islami Indonesia.

Sementara itu, Kabag Humas Pemko Banda Aceh yang ditemui Serambi di Taman Sari menyebutkan, kemeriahan pelaksanaan grand lounching VBAY 2011, sudah dimulai Jumat (28/1), menghadirkan pentas musik Aceh, Sabtu (29/1), pawai budaya, dan Minggu (30/1) diakhiri dengan Fun Bike, yang dimulai pukul 07.00 WIB dari Blang Padang, Ulee Lheue, Sp Rima, Braden, Lamlom, dan finish di Lampuuk.

“Pada pentas musik Aceh Jumat (28/1) dua hari lalu, pukul 16.00 WIB-23.00 WIB di Taman Sari, menampilkan kreativitas dan karya dari grup-grup band indie di Aceh, seperti Micro 51, Aceh Musik Session, X-Box, Panteue Community, dan Seuramoe Reggae,” sebut Mahdi.

Ditambahkan Mahdi, Sabtu malam, pukul 20.0 WIB di depan Balai Kota, Wali Kota, Mawardy Nurdin, dan Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, saling berbalas pantun Aceh, sebelum membuka acara puncak Grand Launching VBAY 2011.

Kemudian acara diisi dengan rapai geleng massal, penampilan Koda, Rafli, Moritza, Liza Aulia, puisi wisata, dan tarian guel. Kegiatan yang dikemas secara spektakuler dan kolosal ini juga turut dihadiri binta sinetron Indonesia asal Aceh, Teuku Wisnu dan Nova Eliza, sebagai bintang tamu.

“Pemeran Farel dalam sinetron Cinta Fitri ini akan bersilaturrahmi dengan warga Kota Banda Aceh. Ini adalah momentum Teuku Wisnu dan Nova Eliza bersua dengan masyarakat Banda Aceh setelah sekian lama tak pulang ke Aceh, tanah endatu mereka,” kata Mahdi.

Pejabat Badung Akan Promo Wisata ke Italia

Denpasar, Bali - Rombongan pejabat Pemkab Badung, Bali, akan melakukan perjalanan promosi pariwisata ke Kota Milan, Italia, selama sepekan, 15-21 Februari 2011, seperti ditulis Antara, Minggu (30/1). Jumlah rombongan ini telah 'dipangkas' menjadi sekitar 10 orang menyusul kontroversi rencana keikutsertaan di pameran pariwisata internasional (BIT) itu.

Rencana perjalanan promosi ke luar negeri itu sempat ramai menimbulkan pro-kontra, baik dari kalangan DPRD setempat maupun pihak lain, karena dinilai hanya menghambur-hamburkan uang rakyat.

Perjalanan itu rencananya diikuti Bupati Badung AA Gde Agung, perwakilan DPRD, kepala dinas pariwisata, dari bappeda, dan perwakilan asosiasi kepariwisataan yang telah ditetapkan satu orang dari PHRI Bali.

Tim promosi pariwisata juga menyertakan seorang penari serba bisa dari siswi SMK di Gianyar, serta seorang perajin patung yang juga bisa menari dari daerah Pecatu.

Belum diperoleh konfirmasi mengenai rencana keberangkatan ke Italia itu, baik dari Kabag Humas dan Protokol Pemkab Badung I Wayan Weda Dharmaja maupun pejabat yang berkompeten lainnya.

Jejak Peradaban Kampung Tua

Oleh Lusiana Indriasari

Danau Toba di Sumatera Utara tidak hanya menyajikan keindahan alam yang eksotis. Di kawasan danau vulkanik ini tersimpan jejak peradaban Batak kuno sebelum kedatangan penginjil Nommensen tahun 1862.

Sisa peradaban ini mudah kita temukan di Pulau Samosir. Untuk mencapai pulau yang berada di tengah Danau Toba ini cukup mudah, salah satunya adalah dengan menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Aji Bata di Kota Parapat. Jika Anda berangkat dari Medan, bisa dicapai dalam waktu tempuh empat jam.

Kalau tidak ingin repot menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Samosir, sebaiknya menyewa kendaraan dari Parapat. Pasalnya, kendaraan umum di Samosir ini masih sangat terbatas. Saking terbatasnya, anak-anak di pulau itu harus bertumpuk di atas atap kendaraan pada jam-jam berangkat atau pulang sekolah.

Kapal feri yang membawa kami berangkat dari Pelabuhan Ajibata, Parapat, pukul 10.00, menuju Desa Tomok, Kabupaten Samosir. Perjalanan dengan feri menghabiskan waktu lebih kurang satu jam.

Sebaiknya penumpang kapal membawa pelampung sendiri ketika menyeberangi danau yang dalamnya bisa mencapai 200 meter ini. Sepanjang pengamatan ketika berada di kapal, kami tidak melihat ada pelampung yang siap dipakai dalam keadaan darurat. Setelah kapal merapat, kami pun menginjakkan kaki di Tomok. Tomok adalah desa berpenghuni sekitar 6.000 jiwa. Desa ini dibangun oleh raja bermarga sidabutar, ratusan tahun lalu.

Berabad-abad lalu, Pulau Samosir dikuasai oleh raja-raja kecil yang memimpin beberapa wilayah desa. Kalau di zaman sekarang, raja kecil mungkin setingkat kepala desa atau camat. Mereka sering berperang. Itulah yang membuat mereka membangun pertahanan untuk melindungi perkampungan yang dihuni keluarga raja dan keturunannya. Perkampungan tua ini sekarang difungsikan menjadi museum.

Tomok Di Tomok masih ada rumah asli milik Raja Sidabutar. Rumah panggung yang terbuat dari sejenis kayu besi ini masih berdiri kokoh, ditopang tonggak-tonggak kayu besar yang berfungsi sebagai pilar utama. Menurut Parlindungan, pemandu kami, rumah adat orang Batak ini dibangun dengan sistem pasak. Batang-batang kayu saling mengunci dengan pasak yang dipahat langsung pada kayu.

Tidak jauh dari kompleks rumah raja terdapat makam keturunan Raja Sidabutar. Di depan kompleks pemakaman berdiri gapura besar yang kaya dengan ornamen yang diukir dengan warna merah, hitam, dan putih. Ketiga warna itu menjadi simbol spiritual orang Batak.

Di gapura terukir cicak menghadap ke empat payudara. Menurut Mangiring (50), Kepala Adat Desa Tomok, cicak menjadi lambang bahwa orang Batak harus bisa hidup seperti cicak, mudah beradaptasi dengan menempel di mana-mana. Sementara payudara merupakan simbol bahwa ke mana pun si cicak itu pergi, dia harus ingat dengan ibu yang melahirkannya, termasuk tanah kelahirannya.

Begitu masuk kompleks makam, terlihat beberapa peti batu berukir kepala manusia. Peti batu itu tidak tertanam di dalam tanah, tetapi berada di atas permukaan tanah. Di dalam peti itulah raja-raja keturunan Sidabutar dimakamkan. Dari Tomok, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Simanindo. Di desa itu terdapat kompleks perkampungan tua Huta Bolon Simanindo. Dalam bahasa Batak, huta bolon berarti "kampung besar". Perkampungan yang berada di tepi Danau Toba ini dibangun oleh Raja Simanindo.

Untuk menuju Huta Bolon Simanindo harus menempuh jarak sekitar 20 kilometer dari Tomok. Perjalanan ke Simanindo melewati tepian Danau Toba yang indah. Kawasan perbukitan dengan hutan yang mulai gundul di sana-sini menjadi pemandangan di sepanjang perjalanan.

Sejarah kelam Tidak berapa lama sampailah di perkampungan tua Huta Bolon Simanindo. Gapura sebagai penanda nama perkampungan itu catnya sudah kusam. Beberapa makam berbentuk rumah milik keluarga Raja Simanindo berderet di pinggir jalan.

Bentuk perkampungan Huta Bolon Simanindo berbeda dengan perkampungan Tomok yang sekelilingnya dibatasi pagar batu. Untuk menahan serangan musuh, Raja Simanindo membangun dinding tanah dengan rumpun hutan bambu yang ditanam rapat di atas dinding tersebut.

Hanya ada dua pintu gerbang untuk keluar-masuk perkampungan itu. Menurut Onsan Naibaho, penjaga museum, dulu penjaga di pintu gerbang itu bersenjatakan tombak beracun.

Di dalam perkampungan tadi ada dua deret rumah yang dibangun berhadap-hadapan. Satu deret merupakan rumah raja dan keluarganya, sementara deretan rumah yang lainnya adalah lumbung, rumah pengawal, dan ruang keluarga raja.

Di bagian tengah tertancap kayu tonggak untuk mengikat kerbau yang dipakai dalam ritual persembahan. Menurut Naibaho, dulu ketika turis masih banyak berkunjung ke Danau Toba, di Huta Bolon Simanindo sering digelar seni tradisional, seperti tarian sigale-gale dan tor-tor tunggal panaluan. Pertunjukan itu merupakan rekonstruksi ritual yang diadakan masyarakat Batak Toba kuno.

Pada papan pengumuman di depan museum tertulis pertunjukan diadakan setiap hari, yaitu pada pukul 10.30-11.45 dan pukul 11.45-12.10. Namun, sekarang, karena turis masih sepi, pertunjukan lebih banyak diadakan berdasarkan pesanan.

Sekarang mari kita ke bagian terkelam dari sejarah orang Batak, yaitu di perkampungan tua Huta Siallagan di Desa Ambarita, Samosir. Di perkampungan itu, sebelum orang Batak mengenal agama Kristen, Raja Siallagan menghukum pancung musuh-musuhnya.

Perkampungan itu dikelilingi tembok yang dibangun dari susunan batu-batu alam. Di tengah kampung,terdapat meja batu dengan kursi batu yang tertata melingkar. Situ itu disebut batu sidang. Menurut Bagus Simatupang, pemandu di museum itu, batu sidang yang tertata melingkar di bawah pohon beringin itu usianya sudah lebih dari 200 tahun.

Di masa lalu, sebelum menghukum penjahat atau musuh, Raja Siallagan dan tetua desa mengadakan sidang di batu sidang. Setelah disidang, musuh atau penjahat dibawa ke tempat eksekusi yang berada di belakang perkampungan.

Tempat eksekusi itu tata letaknya mirip dengan batu sidang. Hanya saja di situ ada satu batu besar yang bentuknya memanjang dan batu besar dengan cekungan di tengahnya. Batu besar yang memanjang itu untuk membaringkan musuh raja sebelum disayat-sayat tubuhnya untuk menghilangkan ilmu kebal yang dimiliki sang musuh. Setelah disayat, kepala musuh dipenggal di batu cekung.

”Dulu saking bencinya terhadap musuh, Raja Siallagan rela memakan jantung korban,” kata Simatupang. Ritual itu hilang setelah Nommensen menyebarkan agama Kristen di wilayah Samosir.

Batik asli dari Jawa : Jangan hanya pakai batik ketika resepsi

Yogyakarta - Batik memperoleh pengakuan internasional hari ini. Dari penelusuran sejarah, banyak bukti yang menunjukkan batik memang asli dari Jawa. Meskipun belum disebut membatik, seperti disampaikan Guru Besar Arkeologi UGM Timbul Haryono, teknik pengolahan kain tersebut telah dikenal sejak sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara sekitar Abad IV Masehi. Bukti-buktinya tertuang di sejumlah prasasti dan arca kuno.

Sejumlah prasasti dari Abad IX menyebutkan jenis-jenis kain yang diolah dengan teknik mirip batik. Salah satunya adalah Prasasti Balitung yang mengisahkan pesta di sebuah kerajaan. Setiap tamu kehormatan mendapat hadiah kain yang disebut bebet.

Deskripsi kain ini mirip dengan yang teknik yang sekarang disebut batik. "Dari bukti-bukti ini saya yakin batik asli budaya Jawa," tutur Timbul. Bukti-bukti itu dikuatkan dengan busana pada arca-arca kuno. Motif pada busana arca tersebut mirip dengan motif batik kawung yang dikenal saat ini.

Namun, asal usul kata "batik" hingga saat ini belum terlacak. Dari kemiripan bunyi, sejumlah kalangan menduga "batik" berasal dari gabungan dua kata Jawa, yakni amba dan titik, yang artinya membuat titik. Namun, belum ada bukti penguat dugaan tersebut.

Budaya membatik juga erat dengan perkembangan keraton dan kerajaan di Jawa sebagai pusat budaya. Pembatik di Giriloyo dan Karangtengah Imogiri, Bantul, mengaku keahliannya diwariskan turun-temurun. Keterampilan nenek moyang mereka didapat dari Keraton Yogyakarta. Ini tak lepas dari faktor daerah yang dekat dengan Makam Raja-raja Imogiri. "Mereka diajari orang keraton saat berziarah," kata Partinem (33), perajin di Karangrejek, Karangtengah.

Saat ini ada 30-an perajin di Karangtengah. Mereka menggunakan pewarna alam dengan dua metode, yakni batik tulis dan cap. Batik cap baru muncul belakangan karena konsumen keberatan dengan harga batik tulis. Batik tulis, misalnya, dijual minimal Rp 250.000, batik cap hanya Rp 50.000-Rp 100.000 per lembar.

Tak pengaruhi kesejahteraan

Perajin batik tradisional di Banaran, Kulon Progo, berpendapat, pengakuan batik dari UNESCO belum memperbaiki kesejahteraan. Hari ini, baik pemerintah maupun murid sekolah diminta mengenakan pakaian batik. Akan tetapi, semua ini bagi Widodo, perajin Banaran, tak akan banyak berarti bagi kesejahteraannya. Karena selama ini pasar batik di Yogyakarta dan sekitarnya lebih banyak dipenuhi kain produk Pekalongan, Solo, dan yang belakangan ini dari luar negeri, China. Semua itu dikarenakan harga yang lebih murah dibandingkan dengan batik Yogyakarta.

Yang lebih parah lagi, pasar juga dipenuhi dengan batik printing. Menurut Murdijati Gardjito, Sekretaris Umum Paguyuban Pencinta Batik Sekar Jagad Batik, batik printing akan menghancurkan industri batik tradisional, juga mencoreng wajah Indonesia.

Harga murah merupakan daya tarik batik printing, seperti banyak dijual di sepanjang Malioboro. Wisatawan, terutama domestik, banyak membelinya sebagai oleh-oleh.

Murdijati mengemukakan, agar masyarakat mencintai batik, mereka harus diusahakan agar setiap waktu bersentuhan dengan batik. Hal ini bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya sebagai seragam di kantor-kantor, instansi, sekolah, kelompok masyarakat, hingga paguyuban trah. Perlu dibiasakan juga mengenakan batik tak hanya saat resepsi.

Eka Wahyu Hidayat (30), karyawan swasta berpendapat, jika bisa dikemas lebih ngetren dan tidak terlalu formal, busana batik pasti disukai. "Baju batik, kan, tidak harus 100 persen batik. Misalnya, kemeja biasa namun ada sentuhan batik di beberapa bagian," ujarnya. Ia sendiri memiliki lima kemeja batik, yang terdiri atas empat kemeja batik cap dan satu batik tulis.

Sebagai bentuk pelestarian, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY tengah mempersiapkan 150 guru batik. Setelah memperoleh pelatihan, mereka akan diterjunkan ke sejumlah sekolah, mulai dari jenjang SD hingga SLTA, untuk mengenalkan teknik membatik kepada para pelajar. (IRE/ENY/YOP/PRA)

Sumber: kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts