Batik Belum Diakui di Jerman

Jakarta - Masyarakat Eropa khususnya Jerman sampai saat ini masih belum mengakui batik sebagai karya seni, kata seniman batik asal Berlin Joachim Blank.

"Hingga sekarang, ’fibre art’ seperti batik belum diakui sebagai karya seni. Pemerintah Jerman menggolongkannya pada kerajinan tangan, itu sebabnya saya tidak punya galeri di Berlin, saya hanya punya ’show room’ di studio saya sebagai ruang pameran," kata Blank di Jakarta, Kamis.

Meski demikian, Joachim Blank mengatakan bahwa batik memiliki makna ekspresif dan eksploratif.

Joachim Blank mengaku dia dapat menemukan kebebasan berkespresi dalam mengeksplorasi batik. "Ada banyak kemungkinan untuk berekspresi dalam batik, oleh karena itu saya memilih untuk menekuni seni batik sejak pertama kali saya mengenalnya pada awal tahun 80an dulu," kata dia.

Pria berusia 60 tahun tersebut menjelaskan bahwa dia dapat melakukan teknik-teknik luar biasa dalam "fibre art" atau seni serat dengan cara membatik.

"Saya selalu menggunakan teknik alami dalam membatik misalnya dengan mengecapkan kayu yang saya temukan di pinggir pantai, lalu setelah jadi, saya sedikit membakar material kain sehingga membentuk pola artistik," kata pria lulusan Art Academy di Stuttgart yang mengajar di Universitas Mainz tersebut.

"Dalam membatik, yang perlu diperhatikan adalah bahan media untuk membatik, bahan-bahan seperti katun hingga sutra tenun memiliki struktur yang berbeda sehingga menimbulkan kesan mengkilap atau kusam, struktur kasar atau halus adalah ekspresi dari karakter dalam lukisan batik," kata dia.

"Saya berharap kedepannya, generasi muda Indonesia dapat mengapresiasi batik yang merupakan warisan hidup bangsanya."

Joachim yang kini menjabat sebagai kurator di Walter Spies Society dan Takhta-International Batik Art tersebut mulai mengembangkan kekagumannya terhadap batik, teknik ikat, dan cara pewarnaan alami selama ia melakukan perjalanan keliling Asia Tenggara pada masa 1985-1992.

Saat ini, karya-karya Joachim dipamerkan dalam pameran Batik indonesia "Warisan yang Hidup" yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat selama dua belas hari, mulai 25 Januari jingga 6 Februari 2012.

-

Arsip Blog

Recent Posts