Dosa-dosa Para Pemimpin Melayu Nusantara

Dalam Pandangan Khalid Salleh


Oleh Imam Qalyubi

Khalid Salleh adalah budayawan dan aktor film maupun teater Malaysia, yang sering memerankan tokoh etnis Jawa, apalagi karena ia memang pernah nyantrik di Bengkel Teater WS Rendra.

Khalid Salleh bahkan pernah meraih aktor terbaik Festival Film Asia Pasifik ke 43 di Taipei sebagai pemeran imigran Jawa dalam film “Jogho” karya sutradara terkenal Malaysia generasi Garin Nugroho, yaitu U-Wei Haji Shaari.

Khalid Salleh juga suka menulis buku, yang kebanyakan dinilai keras dan kontroversial untuk ukuran Malaysia, yang memang lebih konservatif dibanding Indonesia. Dalam bukunya yang terbaru, Melayu Hilang di Dunia, Khalid Salleh menyoroti sejarah Nusantara dari sudut pandang nasib rumpun Melayu seluruh Nusantara, dengan penekanan pada Melayu Malaysia.

Kesimpulan yang dia ambil adalah, para pemimpin Melayu Nusantara mempunyai dosa-dosa besar yang akibatnya menghancurkan nasib pribumi Nusantara sendiri sejak dulu hingga sekarang.

Pribumi yang Dihancurkan
Nusantara dulu adalah kepunyaan pribumi Nusantara, dan itu meliputi Australia, Taiwan (waktu masih bernama Formosa), Kamboja, Thailand, Filipina, Ryukyu, dan banyak daratan Nusantara lainnya yang kini jatuh ke tangan bangsa asing.

Australia jatuh ke tangan bule kulit putih para narapidana buangan dari penjara Inggris. Formosa jatuh ke tangan China lalu diganti menjadi Taiwan. Kamboja-Laos-Vietnam dulu punya Melayu Nusantara bernama Champa, kini jatuh ke tangan China juga lalu di”china”kan. Filipina jatuh ke tangan Spanyol kemudian Amerika, lalu agama dan kebudayaannya di bule-kan full, meski wajah dan kulit mereka masih Melayu Nusantara . Ryukyu kini jatuh ke tangan Jepang dan dijepangkan, sisa-sisa Melayunya tinggal pada beberapa perkataan lokal misalnya “Matahari” dan sebagainya.

Semua itu, menurut Khalid Salleh, tentu karena kelemahan para pemimpin pribumi Nusantara zaman dulu, yang mudah menyerah kepada kejahatan para penjajah asing. Namun Khalid juga mencatat, perselisihan para pemimpin lokal Nusantara, menyumbang banyak kepada kelemahan Nusantara. Apalagi karena sebagian pemimpin Nusantara menjadi komprador yang berkhianat kepada bangsanya,lalu menjalin kerjasama dengan pemimpin penjajah, bahkan sampai sekarangpun hal semacam itu masih terjadi.

Yang masih agak baru adalah nasib Singapura. Dosa Sultan Hussein sebagai Raja Johor adalah menjual Singapura (salah satu wilayah Johor) kepada Inggris pada tahun 1824 seharga 33.200 dolar Spanyol.

Inggris lalu menghancurkan kehidupan pribumi Melayu dengan cara mengisi Singapura dengan imigran-imigran dari Cina dan India sebanyak-banyaknya, dan itulah bibit penyakit yang menghancurkan Singapura dan kini menjalar ke Malaysia.

Ketika Inggris memerdekakan Negeri-negeri Melayu, penyakit itu mulai menyeruak. Lee Kwan Yew mendirikan partai Cina ekstrem PAP, dan menghina Partai Cina MCA yang dianggapnya tempat puak Cina lemah dan menghamba kepada pribumi Melayu. Lee Kwan Yew memprovokasi orang-orang Cina dan India agar menghina Melayu, sampai terjadi perang antar-etnis yang menimbulkan banyak korban pada tahun 1964. Tunku Abdul Rahman yang panas hati lalu memisahkan Singapura, dengan tujuan agar kerusuhan tidak menjalar ke Semenanjung Malaya.

Tapi sebaliknya, justru Lee Kwan Yew tertawa mendapat “Singapura gratis” dan sejak itu Lee Kwan yew melanjutkan langkah penjajah Inggris mendesak rumpun Melayu Singapura hingga “Melayu hilang di dunia Singapura”, dan kini Singapura identik dengan Cina,India, Israel dan Zionis.

“Cina pengikut aliran Lee Kwan Yew” melanjutkan perjuangan Lee Kwan Yew dengan mendirikan partai DAP di Malaya Semenanjung, dan tetap menuntut pergantian nama Malaya menjadi Malaysia yang lebih berkonotasi “Malaysia milik bersama antara pribumi dan imigran pendatang”. Sedang nama Malaya mereka anggap berkonotasi milik pribumi Melayu”.

Para aktifis DAP, orang-orang Cina dan India terus menerus bikin pawai menghina Melayu di Kuala Lumpur,dan akhirnya puncaknya terjadi perang antar-etnis antara pribumi dengan pendatang di Kuala Lumpur, yang terkenal dengan nama Rusuhan Berdarah 13 Mei 1969 yang mengakibatkan korban meninggal ratusan orang dari berbagai pihak.

Maka para pemimpin Melayu mulai tegas, mereka mendirikan UMNO dan menerapkan politik garis keras dengan undang-undang ISA yang bisa dipakai untuk menangkap para pembangkang/oposan. Namun sebaliknya, tuntutan agar nama Malaya diganti menjadi Malaysia diwujudkan.

Dosa atau Bodoh?
Bagi Khalid Salleh, sekalilagi itu adalah dosa para pemimpin Melayu karena terlalu baik hati kepada imigran yang “meminta sepaha padahal sudah dikasih selutut”. Dan kini mereka minta lagi seperut bahkan sedada. Yaitu ketika Mahathir Mohammad, pemimpin UMNO paling ditakuti memilih pensiun tanpa sebab.

Dengan pensiunnya Mahathir, DAP kembali berani berulah, terutama ketika musuh utama Mahathir, yaitu Anwar Ibrahim berani mendirikan partai oposisi PKR.

Dengan dukungan Anwar Ibrahim, plus didukung Partai Islam “garis kacamata kuda” PAS, maka DAP memprovokasi agar para pendukung partai China MCA dan partai India MIC membelot ke partai DAP atau PKR. Gelombang pembelotan Cina dan india berlambak-lambak, akhirnya Oposisi menang lumayan dalam Pemilu Raya 2009.

Sejak itu, para pejabat baru dari partai oposisi Malaysia mulai bergerak menghancurkan kebudayaan Melayu Nusantara dan agama Islam sampai kini. Bahkan yang terbaru, Anwar Ibrahim berjanji, kalau Oposisi menang dalam Pemilu Raya 2013, akan mendukung Israel dan membawa masuk Neo-Liberalisme yang menghalalkan pembaratan total Malaysia.

Itulah, makanya Khalid Salleh dengan geram mengutuk para pemimpin Melayu yang justru mendorong “Melayu Hilang di Dunia” !!!
__________

Imam Qalyubi, budayawan yang mengkaji KeNusantaraan.

-

Arsip Blog

Recent Posts