Eksistensi dan Budaya Masyarakat Dayak Terancam

Pontianak, Kalbar - Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat telah menghancurkan hutan, sungai, dan tanah di sejumlah wilayah yang ditempati masyarakat Dayak. Padahal, ketiganya merupakan prasyarat tetap bertahannya eksistensi dan budaya masyarakat Dayak.

Pada masa lalu, masyarakat Dayak dikenal sebagai kelompok suku yang mengandalkan penghidupan dari hutan, pertanian ladang, dan mencari ikan di sungai. Saat ini, sebagian besar hutan, sungai, dan tanah di Kalbar yang ditempati komunitas masyarakat Dayak sudah dikuasai perusahaan perkebunan.

"Jika tiga prasyarat itu tidak terpenuhi atau rusak, budaya Dayak tidak bisa tumbuh lagi. Saat ini, kebudayaan Dayak benar-benar sedang terancam," kata Direktur Institut Dayakologi John Bamba, Senin (21/5/2012), di Pontianak. Institut Dayakologi adalah lembaga yang melakukan studi dan penelitian mengenai berbagai hal menyangkut masyarakat Dayak.

John mengungkapkan, tanda-tanda keterpurukan budaya Dayak saat ini sudah terlihat jelas. Berbagai seni tradisi atau budaya hanya bertahan pada generasi tua.

"Ada banyak tradisi dalam pertanian masyarakat Dayak, ulai menanam hingga panen. Namun, sebagian besar generasi muda sudah tak mengetahui bagaimana tradisi itu dilakukan dan apa maknanya," ujar John.

Tanda lain yang juga kelihatan adalah makin banyaknya orang Dayak yang harus membeli beras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal, dahulu, orang Dayak terkenal sebagai penghasil padi ladang.

"Padi hasil tanaman sendiri sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama satu tahun karena lahan sudah berkurang drastis menjadi kebun sawit," ujarnya.

Namun, Gubernur Kalbar Cornelis masih optimistis masyarakat Dayak bisa berkontribusi besar dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional. Masih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan masyarakat Dayak untuk bertani.

Dalam beberapa kali kesempatan, Cornelis mengemukakan, sebagian masyarakat Dayak justru mulai mengadopsi teknologi pertanian sehingga bisa panen padi dua kali dalam setahun.

"Masyarakat Dayak yang bisa dua kali panen padi dalam setahun memang belum banyak, tetapi jumlahnya terus bertambah. Pemerintah Provinsi Kalbar juga terus menggulirkan berbagai program untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang pertanian," ujar Cornelis.

Bahkan, Kalbar bisa menjadi lumbung padi baru di tingkat nasional. Pulau Jawa sudah kesulitan mengembangkan pertanian karena kebutuhan untuk permukiman dan industri yang terus tumbuh. "Kalbar bisa mengambil alih peran itu," kata Cornelis.

-

Arsip Blog

Recent Posts