Kuliner Indonesia Muncul di Televisi Telemadrid

London, Inggris - Gastronomi Indonesia disiarkan secara live di televisi Telemadrid dalam program "Buenos días Madrid", dengan pembawa acara Dutabesar RI untuk Madrid Adiyatwidi Adiwoso A.

Pengambilan gambar program acara Buenos días Madrid yang dilakukan di Wisma Duta, Dubes menjelaskan secara singkat mengenai promosikan berbagai masakan Indonesia.

Kuliner Indonesia yang ditampilkan antara lain nasi Tumpeng, Soto Madura, Sate Pekalongan, Nasi Goreng, Sate Madura, Rendang Padang, Aneka Kerupuk, Ikan Asam Menado, Aneka Jajan Pasar, dan Agar-Agar Merah Putih dan Selasih.

Dubes Adiyatwidi menyampaikan Indonesia sangat kaya akan variasi kuliner Indonesia, ini hanyalah sebagian kecil dari kuliner Indonesia. Untuk mengenal lebih banyak lagi, agar dapat berkunjung ke Indonesia.

Telemadrid merupakan televisi yang digemari masyarakat Madrid, dengan disiarkan kuliner Indonesia diharapkan akan makin banyak masyarakat Spanyol mengenal kuliner Indonesia.

Sebelum penyajian berbagai kuliner Indonesia, ditampilkan di tempat yang sama cara memasak Nasi Goreng yang dilakukan oleh Angela Nugroho.

Dubes Adiyatwidi menyatakan momentum promosi gastronomi Indonesia akan dilakukan secara kontinyu baik melalui pekan gastronomi Indonesia yang diadakan dua kali pada bulan Januari 2012 di Hotel InterContinental Madrid. Sedangkan pada bulan Juni ¿ Juli 2012 dengan Hotel Melia Princesa di Madrid dan Hotel Melia Lebreros di Sevilla.

Direncanakan dalam waktu dekat akan diluncurkan Buku Resep Kuliner Indonesia dalam bahasa Spanyol.

Sumsel Tuan Rumah Dunia Melayu Dunia Islam

Palembang, Sumsel - Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) kembali dipercaya menjadi tuan rumah 'Dunia Melayu Dunia Islam' yang akan berlangsung 19-21 November 2012 di Palembang. Event ini rencananya akan diikuti oleh 16 negara dari Asia Tenggara dan Afrika Selatan.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Toni Panggarbesi, pertemuan ini merupakan bentuk kepercayaan dari negara-negara peserta kepada Sumsel, sebagai daerah yang dianggap kondusif. Dan dari pertemuan ini juga kreatif Sumsel untuk mengembangkan pariwisata.

”Dalam pertemuan ini banyak yang akan dibahas selain masalah budaya dan islam, juga terkait pendidikan, politik, ekonomi dari negara-negara peserta,” ujar Toni Panggarbesi, Rabu (25/7/2012) di Palembang.

Dituturkanya, dalam pertemuan ini nanti juga akan terjalin kerjasama dari bidang-bidang yang dibahas serta mempererat hubungan antara negara peserta yang sudah terjalin selama ini.

”Sebelum pertemuan dimulai, beberapa negara peserta akan melakukan kunjungan ke Palembang untuk melihat persiapan yang kita lakukan,” katanya.

Dijelaskannya. dengan adanya pertemuan ini kesempatan bagi Sumsel untuk memperkenalkan budaya dan juga produk sebagai pendukung pariwisata.

”Banyak yang bisa kita tampilkan dari pertemuan ini selain produk juga bisa memperkenalkan budaya,” ujarnya

Gamelan Bali Tembus Sekat Timur-Barat

Denpasar, Bali - Gamelan sebagai instrumen musik tradisional Bali dalam perkembangannya mampu menembus sekat-sekat budaya timur dan barat sekaligus menjadi kekuatan baru yang perlu mendapat perhatian serius.

"Kehadiran karya-karya baru dalam gamelan Bali tetap memperjuangkan prinsip kemandirian dan menyeimbangkan perspektif yang berbeda sehingga muncul banyak pilihan yang mendewasakan aspirasi masyarakat sebagai penikmat," kata Dewa Ketut Alit, alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, dalam seminar tentang seni musik di Denpasar, Senin.

Pengelola Sanggar Selukat di Pengosekan, Ubud, Kabupaten Gianyar, itu menilai, perkembangan seni gamelan yang pesat itu diacuhkan masyarakat.

Musik gamelan Bali secara elegan hidup berdampingan di atas kesetaraan dan bergelora sebagai musik yang mandiri di tengah-tengah dinamika musik global yang tiada batas.

Menurut Alit, upaya itu akan mampu memotivasi untuk bekerja keras merancang barungan gamelan, sekaligus diikuti penciptaan karya-karya komposisi musik baru dengan menggunakan barungan sebagai media ungkap, ujar Dewa Alit yang sukses menggelar pementasan kesenian Bali di mancanegara.

Ia menilai, dari perspektif musik, Bali sangat beruntung memiliki musik tradisional gamelan yang sangat kaya dan berbobot sehingga hendaknya dapat dipelihara dengan baik, sekaligus dijadikan dasar sebagai penopang pergerakan musik tradisi ke masa depan lebih gemilang.

Gamelan Bali sebagai penyangga budaya yang telah melahirkan karakteristik Bali sebagai daerah yang unik. Warisan tradisi itu tidak muncul begitu saja, namun melalui proses yang panjang dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Unsur seni itu juga merupakan pengendapan dari penemuan yang cocok antara musik dan masyarakat sebagai penikmatnya, ujar Dewa Alit.

Meskipun demikian hingga saat ini masih ada sikap diskriminasi terhadap musik gamelan, karena hanya dianggap sebagai media musik yang terbatas, selalu dikaitkan dengan kehidupan tradisi.

"Oleh sebab itu masih perlu perhatian dan perjuangan agar gamelan Bali yang sudah menyebar ke berbagai negara di belahan dunia itu mampu sejajar dengan musik-musik bergengsi di dunia internasional," ujar Dewa Alit.

Pemerintah Keluarkan Logo Batik Indonesia

Jakarta - Pemerintah telah mengeluarkan peraturan Menteri Perindustrian Nomor 74/M-IND/PER/9/2007 tentang penggunaan logo "Batikmark" sebagai batik Indonesia.

"Pelestarian batik harus dilakukan oleh setiap kalangan dan pemerintah telah melakukan upaya-upaya dalam bentuk perlindungan hukum, jaminan mutu, dan identitas terhadap batik Indonesia. Pemerintah telah mendaftarkan batik Indonesia dengan logo Batikmark," kata Menteri Perindustrian M.S Hidayat pada acara pembukaan pameran batik warisan budaya di Jakarta, Selasa.

Hidayat menuturkan, saat ini usaha batik menjadi sandaran hidup bagi banyak orang. Meskipun kebanyakan produk batik dikembangkan oleh pengusaha kecil, namun usaha batik justru menjadi kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peran strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang semakin berkembang.

"Kita harus bangga bahwa respons dunia terhadap batik Indonesia sangat baik dan sudah diakui dunia sebagai warisan budaya oleh UNESCO sejak tahun 2009," ujarnya.

Namun, industri batik terutama batik tulis, menurut dia, masih kekurangan tenaga kerja dan belum ada regenerasi. "Kemajuan dan perkembangan batik tidak diimbangi dengan regenerasi para pembatik itu sendiri, terutama batik tulis. Hal tersebut membuat sumber daya manusia di industri batik semakin menurun," paparnya.

Hidayat menambahkan, agar eksistensi batik Indonesia tetap terjaga di masa depan, pemerintah berharap kalangan generasi muda berperan aktif dalam pelestarian dan pembuatan batik. "Pemerintah tidak ingin ada pihak luar mengklaim batik sebagai warisan budaya dan bangsa Indonesia harus melestarikannya," katanya.

Jawa dan Wales Menyatu di Cardiff

London, Ingrgis - Paduan nuansa Jawa dan Wales mewarnai peringatan 15 tahun Gamelan Cardiff di Inggris Raya dalam acara tahunan Gamelan Cardiff Prom yang berlangsung di St David`s Hall Cardiff, Wales, Minggu.

Pengarah program kegiatan Pengabdian Masyarakat PPI United Kingdom, M. Fauzan Adziman kepada ANTARA, mengatakan acara "Cultural Olympiad" di Wales ini adalah rangkaian festival menyambut Oliampiade 2012 London.

Sejumlah diplomat, diantaranya Atase Pendidikan dan Kebudayaan, T. A. Fauzi Soelaiman menghadiri pertunjukan untuk peringatan 15 tahun Gamelan Cardiff itu.

Fauzi mengakui upaya pelestarian budaya Indonesia oleh grup musik di mancanegara seperti Gamelan Cardiff harus didukung.

Gamelan Cardiff adalah grup musik gamelan beraliran Jawa berawak sekitar 15 orang dan mayoritas anggota adalah penduduk asli Wales.

"Gamelan Cardiff dimulai sejak tahun 1998," ujar Helen Woods, ketua grup sekaligus komposer musik.

Tahun lalu mereka menyajikan lebih banyak tembang khas Jawa yang tahun ini hanya ditampilkan pada awal pertunjukan dengan sajian `Mugi Rahayu.

Komposisi gending jenis Ladrang mengiringi tembang besutan Gamelan Cardiff bertajuk `Clear River`, lalu alunan komposisi Ketawang dipadu dalam alunan lagu daerah Wales berjudul `Lisalan'. Tak heran, penonton tak henti bertepuk tangan.

"Iringan kontemporer Wales dalam gamelan Jawa sungguh membanggakan," ujar Elly Mills, penonton setia yang sudah empat tahun terakhir menikmati gamelan di Wales, negara bagian Inggris berpenduduk 3 juta jiwa ini.

Acara ditutup dengan paduan gamelan dan cerita saduran David Woods, terinspirasi cerita rakyat Wales yang diberi judul `Elemental`. Di sini, alunan gamelan diiringi cerita berdurasi sekitar 1 jam mendongengkan perjalanan seorang putri.

"Kami juga memperkenalkan gamelan untuk anak sejak usia dini dalam program Gamelan Gang, sampai dengan program workshop yang cocok untuk mahasiswa," ujar Rhian Workman, pemusik Gamelan Cardiff.

Gamelan Cardiff diawali dari hadirnya Halle Gamelan kelompok dari Manchester Orchestra yang singgah di Wales 15 tahun lalu. Helen belajar langsung dari Maria Mendonza, tokoh Halle Gamelan.

Tidak hanya dari sini, salah satu kolega Helen pendiri Gamelan Cardiff, Betty Griffith bahkan sempat terbang ke Jogjakarta untuk mengamati gamelan di sana.

Kemudian, alat instrumen gamelan asli dari Indonesia pengadaannya didukung oleh St David's Hall and New Theatre Trust (sekarang Arts Active Trust), Cardiff.

Grup Tari Sumbar Wakili Indonesia di Prancis

Jakarta - Grup tari dan musik mumpuni asal Bukittinggi, Sumatera Barat, Syofyani Dance & Music Ensemble, terpilih mewakili Indonesia tampil pada ajang bergengsi 40th Festival of Montoire France 2012 di Prancis.

"Ini bukan merupakan undangan pertama kali bagi sanggar Syofyani untuk ikut terlibat dalam Festival Montoire. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan kepada sanggar Syofyani untuk menyajikan budaya tradisional yang bermutu," kata Kasubdit Promosi Tujuan Wisata I Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) Raseno Arya dalam Jumpa Persnya di Jakarta, Senin.

Ajang 40th Festival of Montoire, France 2012, merupakan festival seni tahunan bergengsi di kota Montoire, Prancis, yang tahun ini adalah Montoire Festival yang ke-40.

Montoire Festival dicetuskan oleh Henry Coursaget yang juga merupakan pengagas dari Confolens Festival.

Montoire Festival berinduk kepada CIOFF (Council of Organization for Foklore Festivals and Folk Art), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang dipandu oleh UNESCO untuk mengelola lebih kurang 250 kegiatan kesenian dan budaya di seluruh dunia.

"Festival ini melibatkan seniman dan pelaku seni tradisi profesional dari berbagai belahan dunia, yaitu Grup Tari, Seniman Musik, Koreografer, Pengamat Seni, dan Direktur Gedung-gedung Kesenian Dunia," kata Raseno.

Syofyani Dance & Music Ensemble, Bukittinggi, Sumatera Barat, adalah grup tari dan musik mumpuni yang terpilih untuk tampil di ajang yang bergengsi ini mewakili Indonesia.

"Rombongan kesenian ini terdiri dari 21 orang penari, pemusik dan penyanyi. Selain itu, peserta dari Indonesia pernah mendapat penghargaan sebagai penampil terbaik pada tahun 1984 dan 1991 pada Festival Of Montoire France ini," tambah Raseno Arya.

Pihaknya mendukung Tim Delegasi Seni Indonesia itu dan berharap mereka dapat bekerja maksimal untuk membawa nama Indonesia menjadi pusat perhatian dan menjadi terbaik di Festival tersebut.

Pada tahun ini Syofyani Dance & Music Ensemble, selain mengikuti Festival utama di Montoire, juga akan ikut dalam Festival Foklore di Mantenon dan Festival Foklore ke-35 di Felletin. Kedua Festival Folklore ini juga merupakan kegiatan festival budaya yang besar dan diperhitungkan di Prancis.

Festival itu akan berlangsung mulai 26 Juli - 20 Agustus 2012 atau bersamaan dengan bulan puasa. Sementara Festival Foklore di Mantenon pada 31 Juli - 7 Agustus 2012 dan Festival Foklore di Felletin dilaksanakan dari 8 Agustus 20 Agustus 2012

"Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Sumatera Barat. Pemerintah Sumbar telah memberikan dukungan dengan membantu menggalang dana untuk keberangkatan tim kesenian ini," kata Istri Gubernur Sumatera Barat, Nevi Zuairina Irwan Prayitno pada kesempatan yang sama.

Pada Festival Montoire 2012, kesenian yang akan ditampilkan di antaranya Tari Persembahan, Pencak Silat dan Tari Piring.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menyatakan turut mendukung kegiatan itu, sebagai salah satu bentuk dari kegiatan promosi pariwisata Sumatera Barat di kancah dunia Internasional sekaligus melestarikan budaya Minangkabau.

Pengamat: Nilai Keris Bisa Jadi Pedoman Hidup

Denpasar, Bali - Pengamat budaya, Prof I Nyoman Weda Kusuma menganggap bahwa keris bisa menjadi pedoman hidup masyarakat dunia sehingga kelestariannya sebagai warisan budaya perlu dijaga.

"Keris telah mendapat apresiasi lintas generasi yang diakui oleh UNESCO sehingga memiliki arti dan makna yang esensial terkandung di dalamnya dalam kehidupan manusia," kata Guru Besar Universitas Udayana (Unud) Denpasar itu, Jumat.

Dia berharap makna yang esensial itu dapat direvitalisasikan sesuai perkembangan budaya masyarakat pewarisnya dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.

Organisasi Dunia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) telah mengakui keris sebagai warisan budaya masyarakat Indonesia.

Weda menjelaskan bahwa perkembangan keris di Indonesia dipengaruhi oleh peradaban Kerjaan Majapahit yang pernah berkuasa di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai ke Thailand, Malaysia, Singapura dan Malaysia.

Ragam dan jenis keris yang ada di negara tetangga itu tidak jauh berbeda dengan keris yang diwarisi di Indonesia. Bentuk, fungsi, dan teknik penggarapannya tidak berbeda secara estetik.

Bahkan keris yang cukup melegenda ke seluruh Nusantara di antaranya keris karya Empu Gandring yang menyebabkan terbunuhnya tujuh keturunan raja, termasuk Ken Arok.

"Kekayaan dan keragaman keris nusantara diyakni memiliki fungsi dan makna yang identik dengan budaya masyarakat setempat sehingga tidak keliru UNESCO memutuskan keris Indonesia sebagai peninggalan peradaban dunia," kata Weda.

Kujang akan Diajukan sebagai Kekayaan Budaya Dunia ke UNESCO

Bandung, Jabar - Pemerintah provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat (Disparbud Jabar) diharapkan segera melakukan upaya untuk mendaftarkan kekayaan seni budaya tradisi Jawa Barat ke UNESCO. Senjata kujang menjadi salah satu dari 10 kekayaan seni budaya yang rencananya dalam waktu dekat akan diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

“Pemerintah sangat merespon setiap upaya yang dilakukan elemen masyarakat untuk menyelamatkan dan melestarikan seni budaya tradisi. Apalagi ada upaya bersama untuk mendaftarkan kekayaan seni budaya tersebut ke badan dunia (UNESCO),” ujar Staf Ahli Gubernur, Dede Maryana, dalam dialog Usulan Tim Gugus HAKI dan Bahan Usulan World Heritage Warisan Budaya Jawa Barat, Jumat (20/7) bertempat di Operation Room, kantor Disparbud Jabar.

Bahkan menurut Dede Maryana, Tim Gugus HAKI yang dibentuk Disparbud Jabar terdisi dari Prof. Yesmil Anwar, DR. Miranda Risang Ayu dan DR. Boeki Wikagoe, tidak hanya mendaftarkan kekayaan budaya tradisi ataupun masa lalu saja, tetapi juga temuan budaya pada jaman modern. “Selain Kujang, Topeng, Kendang dan juga jargon silih asah silih asih silih asuh, perlu untuk didaftarkan,” ujar Dede Maryana.

Dosen Seni Rupa ITB, Aris Kurniawan yang juga pernah meneliti kujang selama tujuh tahun, mengatakan bahwa kujang layang diajukan sebagai warisan budaya dunia. “Kujang bukan hanya dikenal sebagai perkakas ataupun senjata tapi juga simbol sebagaimana keris yang dibuat oleh empu,” ujar Aris.

Kujang dikatakan Aris, merupakan budaya luhur yang diciptakan masyarakat jaman dulu dengan proses sangat rumit dan waktu sangat lama. “Karenanya kujang sangat layang diajukan ke UNESCO sebagai kekayaan budaya dunia dari Jawa Barat,” ujar Aris.

Sementara DR. Miranda Risang Ayu, dati Tim Gugus HAKI Jabar, mengatakan bahwa pihaknya telah menyusun dan memilih 10 budaya yang akan diajukan sebagai kekayaan budaya dunia ke UNESCO. “Tapi karena setiap daerah hanya mendapat kesempatan mengajukan satu untuk diajukan maka kita akan mengajukan kujang diantara benda budaya yang sudah di inventarisir,” ujar Miranda.

Untuk mendapatkan pengakuan UNESCOpun, menurut Miranda bukan perkara mudah. Karena senjata kujang yang akan diajukan harus bersaing dengan daerah atau provinsi lain di Indonesia dan setelah itu bersaing dengan negara lainnya.

Kuliner Khas Gorontalo

Binthe Biluhuta, Makanan Khas Gorontalo

Binthe Biluhuta merupakan makanan khas Gorontalo yang ada sejak masa lampau. Makanan ini diwariskan secara turun temurun oleh teteua Gorontalo. Pada masyarakat Gorontalo, Binthe Biluhuta atau yang sering dikenal dengan sebutan “milu siram” merupakan makanan yang sangat unik. Sebenarnya, bicara masakan khas Gorontalo, tidak sebatas pada binthe biluhuta atau milu siram saja, karena banyak makanan khas Gorontalo, yang perlu dikenal secra luas, tetapi mungkin yang lebih fokus ke binthe biluhuta saja.


Kita coba analisa kata “binthe biluhuta,” binthe artinya jagung, biluhuta artinya disiram atau siraman, dalam analisa luas, artinya jagung siram atau lebih popuoler dimayarakat Gorontalo dan sulawesi utara adalah milu siram. Makanan ini berbahan dasar jagung dan beberapa rempah-rempah sebagai penyedap.

Bagi masyarakat Gorontalo, makanan ini bukanlah makanan yang asing, tetepi makanan ini merupakan salah satu daftar makanan yang paling digemari di Gorontalo. Dibeberapa daerah, mungkin jagung bakar atau rebus merupakan makanan camilan malam, tetapi di Gorontalo jika sudah dibuat milu siram, bukan lagi sebagai camilan melainkan termasuk makanan pokok.

Tentang makanan ini, tentu saja ada yang bertanya, jika binthe biluhuta merupakan makanan khas maka pasti cara membuatnya pun sangat mudah. Ya, benar cara membuatnya pun muda dan bahan dasarnya pun gampang didapat apalagi didaerah yang memiliki lahan jagung seperti Gorontalo.

Resep Masakan-Resep Masakan Gorontalo Binthe Biluhuta (Milu Siram)
Bahan – bahan yang harus disediakan (Resep Milu Siram)
Bahan :
• 5 bonggol Jagung Segar
• Ikan cakalang / Tuna / Tenggiri
• Udang kecil segar
• 10 bh cabe rawit (banyak terserah yg suka pedes yaa)
• 10 bawang merah di iris kasar..
• 3 bh jeruk lemon / nipis
• 2 batang bawang daun , daun kemangi secukupnya.
• Kelapa parut segar dari 1 buah kelapa…

Kemudian Cara Membuat Milu Siram :
1. Ikan dibakar kemudian dicabik-cabik kecil.
2. Jagung dipipil kemudian direbus.
3. Bawang daun dan daun kemangi iris halus.
4. Iris-iris kasar cabe merah, bawang merah, bawang daun, dan daun kemangi.
5. Masukkan cabe rawit, bawang merah, bawang daun, daun kemangi, jeruk lemon, udang kecil dan parut kelapa.
6. Campurkan ikan yang sudah dicabik-cabik dengan bumbu yang lain.
7. Masukkan parutan kelapa ke dalam campuran bahan lain.
8. Tambahkan sedikit garam sesuai selera.
9. Siap dihidangkan.

Sabongi, Kue Tradisional Gorontalo

Kue Sabongi, tentu saja bukan hal yang asing bagi masyarakat Gorontalo, sebab kue ini merupakan salah satu warisan nenek moyang masyarakat Gorontalo sejak dahulu kala. Dot Gorontalo belum bisa menuliskkan sabongi pengertiannya apa, tetapi yang jelas jenis kue tradisional ini telah ada sejak zaman raja-raja Gorontalo hingga saat ini.

Bagaimana sejarah pemberian nama sabongi itu sendiri dan juga cara membuatnya, mungkin akan dibahas di posting selanjutnya. Satu hal yang mungkin sangat menarik dari kue tradisional sabongi ini adalah cita rasanya yang khas kedaerahan.
Meski berbahan dasar pisang dan singkong, kue sabongi sendiri memberikan kenikmatan tersendiri, tidak heran masyarakat Gorontalo sangat menyukai jenis kue ini. Selain itu, cara membuatnya pun sangat mudah, tidak membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi kembali seperti diatas, cara membuatnya nanti diposting dilain waktu, saat ini hanya berfokus pada informasi saja.
Kue sabongi sendiri saat ini, meski kue sangat tradisional bukan berarti kue ini tidak diminati lagi, justru jenis kue ini masih menjadi pilihan pavorit masyarakat Gorontalo, baik itu kalangan biasa maupun kalangan pejabat, tentu saja hal yang digaris bawahi adalah, selain kue khas Gorontalo, kue ini juga merupakan kue legenda, karena jauh Indonesia belum merdeka, masih berbentuk kerajaan-kerajaan kue ini telah ada di Gorontalo, dan merupakan salah satu kue yang digemari oleh raja-raja Gorontalo.

Bagi anda yang datang ke Gorontalo, tidak ada salahnya menikmati kue sabongi kue tradisional khas Gorontalo. Memang, sebenarnya tidak ada toko kue yang resmi menjual sabongi, karena ditiap-tiap rumah warga Gorontalo, ada yang pandai membuat kue ini, dan anda bisa meminta bantuan mereka untuk membuatkan kue sabongi

Obyek Wisata Manado

Masyarakat Manado dikenal memiliki adat istiadat yang unik, sama seperti ratusan suku di daerah-daerah Nusantara. Daya tarik tempat wisata di Manado adalah keramahan masyarakat setempat yang selalu siap menerima kunjungan wisata dari turis asing maupun domestik. Selain itu, tempat wisata di Manado telah dilengkapi fasilitas penunjang liburan.

Beberapa tempat wisata di Manado yang terkenal antara lain:

1. Taman Nasional Bunaken: Pantai Indah Pada Tempat Wisata di Manado

Taman Nasional Bunaken adalah tempat wisata di Manado dan sekitranya yang paling terkenal di Indonesia dan dunia. Obyek wisata di Manado ini berupa wilayah konservasi lautan yang meliputi area seluas kawasan Pulau Bunaken, Pulau Nain, Pulau Mantehage, Pulau Manabotua dan beberapa pulau kecil lainnya. Lokasi Taman Nasional Bunaken tepat di pantai kota Manado. Anda tidak akan kesulitan mencapai Pulau Bunaken karena tersedia banyak perahu yang disewakan untuk jalan-jalan keliling kepulauan Bunaken.


Keindahan Pulau Bunaken dihasilkan dari terumbu karang yang tumbuh secara alami di pulau-pulau kecil sekitar Bunaken. Laut Bunaken juga kaya akan satwa dan tumbuhan laut sehingga wisatawan dunia berlomba-lomba menjelajahi keindahan tempat wisata di Manado yang satu ini. Menelusuri area wisata alam Laut Bunaken bisa diisi dengan jalan-jalan santai di pesisir pantai, diving, snorkeling, memancing maupun berkeliling pulau dengan perahu motor. Setelah puas liburan di pantai, saatnya Anda mencicipi cita rasa khas masakan laut tempat wisata di Manado ini.

2. Danau Tondano: Danau Indah di Tempat Wisata di Manado

Tempat wisata di Manado dan sekitarnya berikutnya adalah Danau Tondano. Danau Tondano terletak di Kabupaten Tondano dan diapit oleh kabupaten Tomohon dan Kawangkoan. Inilah obyek wisata di sekitar Kota Manado yang harus Anda kunjungi saat liburan ke propinsi Sulawesi Utara. Danau Tondano menyimpan keindahan alam yang tidak terkira. Gambar tempat wisata alam yang menarik tersaji di Danau Tondano. Oleh karena itulah, danau indah ini menjadi tujuan wisata keluarga favorit di kota Manado dan sekitarnya.

Liburan ke Danau Tondano diawali dengan penerbangan menuju Bandara Sam Ratulangi. Setelah sampai di Manado, tour wisata mengarah ke selatan dengan tujuan kabupaten Air Mamidi dan berlanjut ke kota Tondano. Bila Anda menyukai bepergian ke tempat wisata di Manado dan sekitarnya memakai transportasi kapal laut, Anda bisa memilih jalur kapal laut ke pelabuhan laut Bitung. Dari Bitung di timur kota Manado, Anda akan menempuh perjalanan ke selatan melewati Air Mamidi dan Tondano. Selanjutnya, silakan menikmati pemandangan indah Danau Tondano yang tersohor itu.

3. Gunung Klabat: Pesona Alam Tempat Wisata di Manado
Gunung Klabat merupakan satu-satunya gunung berapi yang aktif di propinsi Sulawesi Utara. Gunung setinggi 1995 meter dpl ini terletak Kota Bitung. Gunung Klabat merupakan tempat wisata alam di sekitar kota Manado. Liburan ke tempat wisata di Manado dan sekitarnya jadi lebih lengkap bila dihabiskan ke kaki Gunung Klabat yang indah. Udara segar pegunungan sangat tepat untuk menyegarkan badan dan pikiran dari pekerjaan sehari-hari yang melelahkan.

Wilayah dataran tinggi di sekitar Gunung Klabat adalah lokasi perkemahan yang nyaman. Meski Gunung Klabat termasuk gunung berapi yang masih aktif, kita bisa mengadakan acara camping dan outbond pada tempat wisata di Manado dan sekitarnya tersebut dengan aman. Kota Bitung merupakan wilayah yang maju, sama seperti ibukota Manado. Berbagai keperluan penunjang tur wisata telah disediakan oleh Pemerintah setempat agar para wisatawan betah berlama-lama berlibur ke obyek wisata di dekat Kota Manado ini.

Daya Tarik Tempat Wisata di Manado Dan Sekitarnya
Bisnis pariwisata di propinsi Sulawesi Utara berkembang dengan pesat akhir-akhir. Pembangunan iklim pariwisata bukan hanya ditujuan kepada tempat wisata di Manado dan sekitarnya. Perbaikan akses tempat wisata juga merambah kabupaten dan kota kecil lain di ujung utara Pulau Sulawesi ini. Sebut saya Festival Bunga Tomohon. Acara karnaval tahunan ini menjadi obyek wisata yang menarik di kabupaten Tomohon dan Tondano. Beragam bunga berwarna-warni yang indah disajikan dalam karnaval jalanan di jalan kota Tomohon.

Tempat wisata di Manado lain yang perlu Anda kunjungi adalah Kepulauan Sangihe di arah timur laut kota Manado. Kepulauan Sangihe terdiri dari puluhan pulau besar dan kecil yang berjajar dari utara sampai selatan. Sebut saja Pulau Biaro, Pulau Siau, Pulau Sangihe, Pulau Tagulandang dan lain-lain. Tempat wisata di Manado dan sekitarnya tersebut memiliki terumbu karang yang tidak kalah indah dibanding Pulau Bunaken. Kepulauan Sangihe adalah tempat wisata di Manado yang sesuai untuk mengasingkan diri sejenak dari kepenatan hidup.

Jalan-jalan ke tempat wisata di Manado dan sekitarnya tidak lengkap rasanya bila belum mencoba masakan khas Manado. Ada banyak jajanan dan kuliner Manado yang menarik untuk dicoba. Salah satu olahan khas Manado adalah ikan asap. Masyarakat nelayan Manado mengawetkan ikan hasil tangkapan mereka dengan melakukan pengasapan yang berlangsung lama. Hal ini menjadikan cita rasa ikan asap terasa lezat dan terkenal di seluruh Indonesia. Penasaran ingin tahu kelezatan ikan asap yang sebenarnya? Ayo kita berlibur ke tempat wisata di Manado!

Sumber http://tempatwisata.web.id

Obyek Wisata Kebanggaan Indonesia

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keindahan alam yang luar biasa. Banyak keindahan alam tersebut sudah dikelola menjadi obyek wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi, seperti obyek wisata berikut ini :

Pulau Komodo

Komodo ini biasa disebut wisatawan asing sebagai The Real Life Dragons.Bentuk permukaan pulau Komodo juga unik, ada padang gurun, rumput, maupun perbukitan.Sekitar 1200 spesies komodo hidup di pulau ini.


TANGKUBAN PERAHU

Salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia.Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung,dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter.Bentuk gunung ini adalah Maar atau perisai yang telah meletus 400 tahun lalu.
Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit,hutan Dipterokarp Atas,hutan Montane,dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.Gunung Tangkuban Parahu merupakan Kawasan Gunung merapi yang masih aktif.
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang,yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi.

PANTAI PANGANDARAN

Pantai Indah Pangandaran adalah salah satu objek wisata pantai di Jawa Barat.Pantai ini terletak di Desa Pananjung,Kecamatan Pangandaran dengan jarak ± 92 km arah selatan kota Ciamis.
* Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan kita untuk berenang dengan aman
* Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih dan juga tersedia tim penyelamat wisata pantai
* Terdapat taman laut dengan ikan-ikan dan kehidupan laut yang mempesona
Banyak event unik yang berada di Pangandaran, salah satunya adalah Festival Layang-layang Internasional (Pangandaran International Kite Festival) dengan berbagai kegiatan pendukungnya yang bisa kita saksikan pada tiap bulan Juni atau Juli.

TAMAN MINI INDONESIA INDAH

Taman Mini Indonesia adalah suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Berbagai macam rumah daerah dan berbagai macam kebudayaan Indonesia terangkum disini, sehingga memudahkan wisatawan untuk melihat overview dari Indonesia.

TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL

Sebagai kawasan wisata, Taman Impian Jaya Ancol ternyata sudah berdiri sejak abad ke-17. Waktu itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Adriaan Valckenier, memiliki rumah peristirahatan sangat indah di tepi pantai. Seiring perjalanan waktu, kawasan itu kemudian berkembang menjadi tempat wisata.
TIJA merupakan Taman hiburan terbesar di Indonesia. Berbagai Arena hiburan tersedia di kawasan Ancol. Tidak kalah hotel² pun berada di kawasan Ancol untuk melengkapi fasilitas hiburan di Ancol.

BUNAKEN

Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi, Indonesia.
Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kelautan Manado Tua. Taman laut ini memiliki biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia. Selam scuba menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Secara keseluruhan taman laut Bunaken meliputi area seluas 75.265 hektar dengan lima pulau yang berada di dalamnya, yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen. Meskipun meliputi area 75.265 hektar, lokasi penyelaman (diving) hanya terbatas di masing-masing pantai yang mengelilingi kelima pulau itu.

PANTAI SENGGIGI

Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali.
Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah ditengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis.

BOROBUDUR

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

DANAU TOBA

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100km x 30km di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

KUTA (BALI)

Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di kabupaten Badung.
Daerah ini merupakan sebuah destinasi turis mancanegara yang sangat termasyhur. Di Kuta sendiri banyak terdapat pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai Sunset Beach atau pantai matahari terbenam sebagai lawan dari pantai Sanur. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.

Sumber http://palingseru.com

Museum Rudana Bali

Museum Rudana Bali, yang lokasinya tepat di pusat seni Ubud, Bali, memiliki pemandangan sawah yang sejuk, nyaman, serta memberikan kesan yang asri. Museum seni lukis ini berdiri atas prakarsa Presiden RI Soeharto dan sang istri, Tien Soeharto.

Koleksi Museum Rudana terdiri dari lukisan tradisional 108 buah, lukisan modern 216 buah, patung 55 buah, topeng 10 buah, wayang kulit dan dilengkapi juga dengan senjata Nawa Sanga 9 buah.

Pada struktur bangunannya, Museum Rudana mempersembahkan arsitektur asal Bali dengan tiga lantai sesuai dengan filosofi Bali, “Tri Angga”. Yaitu, tiga bagian tubuh manusia yang terdiri dari kepala, badan dan kaki. Hal ini disesuaikan juga dengan “Tri Mandala” yang merupakan tiga bagian halaman museum, Jeroan, Jaba Tengah dan Jaba Isi.

Lalu juga ada “Tri Loka” yang merupakan tiga tingkatan alam semesta yaitu Bhur, Bwah, dan Swah. Atau dengan “Tri Hita Karana” yaitu tingkatan/hubungan manusia hidup di dunia seperti manusia dengan alam (palemahan), manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia dengan Tuhan (parahyangan).

Konsep filosofi tersebut erat kaitannya dengan perkembangan seni rupa yang dapat memberikan regenarasi seniman dari zaman ke zaman, layaknya benang emas yang tidak dapat putus.

Museum secara resmi dibuka pada 26 Desember 1995 oleh Presiden Soeharto yang juga berbarengan dengan memperingati ulang tahun Republik Indonesia ke 50. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti yang dihadiri oleh para menteri, seniman beserta masyarakat.

Museum Rudana ini merupakan tempat bagi kritikus seni, kolektor dan pencinta seni dimana mereka sangat mengerti dan menghargai apa itu seni. Koleksi lukisan dan benda seni yang ada di Museum Rudana ini dikumpulkan oleh Nyoman Rudana dan Ni Wayan Olasthini yang berasal dari seniman Bali, luar Bali dan luar negeri, Museum Rudana mencoba menyuguhkan bentuk-bentuk seni rupa yang tidak hanya aktraktif, namun juga memiliki nilai yang penting untuk perkembangan seni baik di Bali maupun di Indonesia. Di Museum Rudana dipamerkan berbagai lukisan terbaik yang dibuat oleh Sriehadi Soedarson , Affandi, Gusti Nyoman Lempad, Arie Smit, Nyoman Gunarsa dan lain-lain.

Akomodasi

Untuk sampai ke Museum Rudana ini memerlukan waktu kira-kira 35 menit atau kurang lebih 20 km dari Kota Denpasar. Museum yang berdiri di Jl. Cok Rai Pudak no 44, Kelurahan Paliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, itu beroperasi setiap hari dari Senin hingga Minggu, pukul 08.00-17.00 WITA. Sedangkan pada hari raya atau hari besar lainnya, museum ini tutup.

Harga tiket masuknya, museum ini memasang tarif untuk dewasa sebesar Rp 20.000 dan anak-anak, Rp10.000. Bila Anda datang ke Museum Rudana bersama rombongan, pihak pengelola Museum memberikan diskon 50%.

***

Sumber: http://www.pesonaindonesia.com

Cetik: Alat Musik Tradisional Lampung

Alat musik tradisional Lampung “Cetik” kini mulai digemari masyarakat Lampung. Alat musik yang terbuat dari bambu itu kini tidak saja dipelajari di sekolah-sekolah formal di Lampung, menjadi kurikulum di Sekolah Tinggi Agama Hindu, melainkan juga sudah berkembang kepada pemakaian sebagai alat musik pengiring ibadah di pura.

Syafril Yamin, Seniman Cetik Lampung, Kamis (4/2/2010) mengatakan, alat musik cetik atau dalam bahasa Lampung dikenal sebagai gamolan pekhing, merupakan alat musik tradisi Lampung yang sangat lambat perkembangannya. Sebelum 1990, cetik hanya dikenal sebagai alat musik yang dimainkan saat upacara adat atau upacara penyambutan tamu.

Selain itu, alat musik cetik juga belum memiliki peraturan baku dalam memainkan nada-nadanya. Sehingga generasi muda Lampung enggan belajar memainkan cetik.

Hal itu menyebabkan pemain cetik terbatas pada seniman-seniman cetik saja. Pemain-pemain tersebut juga hanya ada di sanggar-sanggar kesenian Lampung saja.

Dewasa ini, pemakaian cetik sudah berkembang, tidak saja untuk adat atau penyambutan tamu melainkan sudah berkembang menjadi alat pengiring tarian ataupun pengiring ibadah di pura. Faktor pendukungnya adalah kini notasi atau aturan nada memainkan cetik sudah dituliskan sehingga memudahkan pemain pemula belajar.

Syafril mengatakan, selain itu, upaya-upaya Dewan Kesenian Lampung yang terus menerus melakukan pelatihan permainan cetik bagi pelajar dan mahasiswa di Lampung turut mendukung perkembangan pelestarian alat musik cetik. “Sekarang ini perkembangannya mengembirakan. Meski baru sebatas bisa memainkan, namun gairah memainkan cetik itu ada dimana-mana,” ujar Syafril.

Safril menyontohkan, cetik yang semula dipakai dalam acara tradisi, mengiringi kedatangan tamu, hingga mengiringi warga dewasa menuturkan sastra lisan, kini cetik sudah masuk dalam ranah musik kontemporer. Cetik sudah diikutsertakan dalam musik dengan band.

***

Sumber: kompas.com

Museum Le Mayeur

Museum Le Mayeur, berasal dari nama pelukisnya Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880-1958) adalah pria berkebangsaan Belgia yang konon juga merupakan keturunan keluarga bangsawan. Le Mayeur menginjakkan kaki di Bali pada tahun 1932 di usia-nya yang ke 52. Rencana awalnya adalah tinggal di Bali selama 8 bulan saja sekedar untuk menggali ide dan insipirasi dalam berkarya. Le Mayeur bertemu dengan seorang gadis Bali belia bernama Ni Pollok, penari Legong yang berasal dari Desa Kelandis yang kala itu masih berusia 17 tahun (beberapa cerita bahkan menyebutkan usia Ni Pollok adalah 15 tahun waktu mereka bertemu).

Setelah menjadi model lukisannya selama kurang lebih 2 tahun mereka akhirnya menikah dan Le Mayeur memutuskan untuk membangun tempat tinggal di tepi pantai Sanur yang waktu itu masih merupakan desa nelayan yang sunyi. Ni Pollok-pun diajarinya membaca dan menulis dan ditempa menjadi wanita Bali yang mandiri. Rencana awal untuk tinggal selama 8 bulan saja akhirnya menjadi 26 tahun.

Wisatawan bisa melihat banyak lukisan yang menjadikan Ni Polok sebagai model tunggalnya, sebut saja “Pollok” yang dibuat tahun 1957 diatas kanvas 75x90cm, warnanya sangat indah dan berani. Lain lagi adalah “Disekitar rumah Pollok” (1957, kanvas 75x90cm) atau “Memetik Bunga untuk sembahyang / Picking flowers” (1957, 100x120cm). Konon beberapa cerita menyebutkan selama menjadi modelnya Ni Pollok harus rela berjemur selama berjam-jam dalam kondisi cuaca yang panas tanpa boleh menggerakkan anggota tubuhnya apalagi mengeluh, padahal beberapa lukisannya dilakukan dalam keadaan bertelanjang dada. Tidak semua lukisan dibuat dengan cat minyak, ada pula yang dibuat dengan cat air dan pensil pada kanvas dan tikar jerami yang halus. Mungkin pelukisnya ingin menunjukkan masa-masa dimana kanvas juga sulit untuk diperoleh, terutama pada saat pendudukan Jepang.

Hasil lukisan yang menggunakan Ni Pollok sebagai modelnya sempat dipamerkan di Singapura dan menuai sukses pada kala itu. Selain sebagai pelukis, Le Mayuer juga pandai menarik minat pembelinya. Setelah melukis seharian pada pagi dan siang hari, malam harinya ia mengadakan beberapa pertunjukan tari-tarian untuk menarik minat pembelinya. Itu sebabnya ada bagian rumah berupa pendopo yang dijadikan tempat menerima tamu dan bersosialisasi dengan pembeli, seniman lokal atau kunjungan dari kawan dan sanak saudara. Tak dipungkiri tahun-tahunnya menetap di Bali merupakan tahun yang paling produktif dalam hidup Le Mayeur. Dikabarkan ia sempat memberikan donasi untuk Perancis, Belgia dan Inggris setelah ketiga negara itu mengalami kebangkrutan akibat perang yang berkepanjangan di tahun 1941.

Museum Le Mayeur berupa bangunan dengan arsitektur Bali yang menampung kurang lebih 88 buah lukisan yang dibagi menjadi lima jenis koleksi berdasarkan media yang dipakai, yaitu Bagor (22 lukisan), Hard Boeard (25 lukisan), Trilek (6 lukisan), Kertas (7 lukisan) dan Kanvas (28 lukisan). Sebagian besar tema lukisannya adalah wanita Bali dengan bertelanjang dada. Bahkan ada yang menyebut bahwa Le Mayeur adalah Gaugin-nya Indonesia.

Tidak semua lukisan yang dipamerkan merupakan hasil karyanya selama sang pelukisanya tinggal di Bali, beberapa bahkan merupakan lukisan impresionis Le Mayeur setelah melakukan perjalanan dari Eropa, Afrika, India, Italia dan Perancis sebelum tiba di Bali. Tengok saja beberapa diantara-nya “Canal of Gindecca”, “Early Morning in the Harbour of Marseille”, “Istambul (Turkey)”, “Jaipur, India”. Dua lukisan terakhir dibuat tahun 1929.

Akomodasi

Museum Le Mayeur ini terletak ditepi pantai Sanur.

***

Sumber : http://www.navigasi.net/goart.php?a=mumayeur

Lukisan Gua Maluku

Di Maluku penemu lukisan dinding gua adalah J. Roder pada tahun 1937, Roder menemuan lukisan gua sebanyak 100 buah di Pulau Seram, pada dinding karang di atas Sungai Tala. Lukisan yang ditemukan berupa gambar-gambar rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, dan mata.

Penemuan lain di lima tempat berlainan dekar Ramasokat, ditemukan lukisan pada dinding karang yang terdiri dari dua kelompok yang berlainan. Pertama, kelompok lukisan dengan warna merah yang sudah rusak, Kedua adalah lukisan berwarna putih dengan keadaan masih baik. Menurut pendapat Roder, lukisan ini mengindikasikan bahwa warna ini mengindikasikan tua mudanya lukisan. Roder berpendapat bahwa lukisan yang berwarna merah lebih tua dari lukisan yang berwarna putih. Lukisan-lukisan ini berupa cap tangan, gambar kadal, manusia dengan perisai, dan orang dalam keadaan sikap jongkok sambil mengangkat tangan, yang semuanya berwarna merah. Sedangkan lukisan yang berwarna putih adalah lukisan-lukisan yang berupa lukisan burung dan perahu.

Selain ditemukan di Pulau Seram, di Maluku lukisan cadas juga ditemukan di Kepulauan Kei, pada tebing batu karang dengan ketinggian 5-10 meter dari atas permukaan laut. Lukisan-lukisan yang ditemukan di Kepulauan Kei pada umumnya hanya berupa garis lurus saja, tetapi ada yang diberi warna pada bagian dalamnya, khususnya untuk gambar manusia. Kecuali manusia dengan berbagai adegan (menari, berperang, memegang perisai, dan jongkok dengan kedua tangan terangkat), ada pula pola topeng, burung, perahu, matahari, dan bentuk geometrik. Gaya lukisan yang ditemukan mirip dengan lukisan yang ditemukan di Pulau Seram, Papua Barat, dan Timor, bahkan lukisan di Australia bagian selatan.

Di Kampung Dudumahan, pantai utara Pulau Nuhu Rowa, yang masih satu gugusan dengan Kepulauan Kei, ditemukan lukisan dengan pola berbeda jika dibandingkan dengan pola yang pernah dilaporkan Heekeren sebelumnya. Situs lukisan gua di Dudumahan tidak saja menampilkan pola manusia, tetapi juga ikan, kura-kura, topeng, perahu, matahari, dan bentuk geometrik. Salah satu yang dianggap unik adalah pola manusia berjenis kelamin wanita dengan alat kelamin mencolok. Lukisan seperti ini biasanya memiliki makna unsur kesuburan, sama halnya dengan lukisan kelamin perempuan di Gua Wa Bose, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.

Gambar-gambar pada umumnya dibuat garis luarnya saja, tatapi untuk gambar yang menyerupai manusia terisi sepenuhnya dengan cat merah. Lukisan-lukisan terdiri dari cap-cap tangan berlatar belakang merah, topeng, atau wajah manusia, lambing matahari, manusia da perisai, manusia berjongkok dengan tungkai terbuka lebar dan tangan terangkat, orang-orang berkelahi atau menari, orang dalam perahu, burung dan gambar geometrik. Lukisan gua seperti ini ditemukan di Tutuala, yaitu Lene, Hara, dan Ili Kere-kere, di bagian di bagian pantau utara Timor Timur (Sekarang Timor Leste). Lukisan serupa juga ditemukan di dataran tinggi Baucau, serta gua-gua Lie Kere dan Lie Siri.

Lukisan prasejarah atau praaksara yang berupa lukisan pada dinding gua merupakan salah satu hasil kebudayaan masnuia masa praaksara yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa itu manusia bertempat tinggal digua-gua alami yang dalam atau gua-gua paying atau gua dangkal (Ceruk). Lukisan tersebut mereka buat pada dinding-dinding gua tempat tinggal mereka, seperti apa yang telah dibahas di atas.

Lukisan gua-gua merupakan gambaran sebuah pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup manusia pada masanya. Hal ini di dasarkan pada sumber inspirasi dari cara hidup yang serba bergantung pada alam lingkunganya, yaitu hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Lukisan yang selama ini ditemukan selalu menggambarkan kehidupan social ekonomi dan alam kepercayaan masyarakat pada masa itu.

Lukisan prasejarah sering dikaitkan dengan aspek kesenian, sehingga dianggap pula sebagai cikal bakal seni lukisan. Selama tinggal di gua, selain mengerjakan alat-alat, juga menggambar dinding gua yang menunjukan aktivitas berburu dan mengumpulkan makanan. (Soejono, 1993: 156-157).

Dengan membuat gambar-gambar binatang yang akan di buru, maka para pemburu merasa menguasai binatang buruannya (sympathetic magic). Hal ini antara lain ditunjukan oleh gambaran sejumlah besar binatang yang terkena panah atau terluka (Howe, 1985: 148-149).

Reinach

Berusaha menganalisis pada sympathetic magic, yakni keyakinan akan adanya keuatan dalam berburu (hanting magic), dan keyakinan akan adanya kekuatan dalam aspek kesuburan (fertility magic). Lukisan yang dapat dilihat berdasarkan Sympathetic Magic yang ada di kepulauan Maluku adalah lukisan yang ada di Di Kampung Dudumahan, pantai utara Pulau Nuhu Rowa. Salah satu lukisannya dianggap unik adalah pola manusia berjenis kelamin wanita dengan alat kelamin mencolok. Dari sini berdasarkan Sympathetic Magic bisa dikatakan berhubungan dengan masalah kesuburan. Kesuburuan menjadi salah satu harapan manusia dalam hidupnya, manusia selalu mencari kesuburan baik dari segi alam amupun kelahiran. Kesuburan ini menjadi sala satu indicator manusia mampu bertahan hidup di dunia.

Begeuen

Menganalisis dari segi rites magic yaitu kekuatan gambar-gambar binatang dan manusia dalam satu ritual upacara magis. Berusaha lukisan-lukisan dari rites magic dimana manusia selalu mengadakan ritual-ritual upacara yang berhubungan dengan sebuah keyakinan kepada sang pencipta. Luksian gua yang menggambarkan tentang rites magic terdapat dalam gua Pulau Seram dan Kepulauan Kei, di gua ini banyak gambar-gambar manusia, binatang, matahari dll. Pembuatan lukisan ini menunjukan bahwa manusia pada masa itu berusaha untuk menujukan tingkat kecerdasan kemampuan mereka dalam melaksanakan kepercayaannya. Kepercayaan merupakan sebuh dasarnya merupakan suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Kepercayaan ini menjadi sebuah landasan manusia untuk menjalankan hidupnya, maka untuk itu manusia pada masa itu berusaha untuk mengabadikan hal-hal yang berhubungan dengan sebuah kepercayaan masyarakat.

Semua yang digambarkan dalam lukisan gua pada masa pra aksara merupakan sebuah bentuk refleksi dari kehidupan yang di jalani pada masa prasejarah. Kehidupan mereka selalu tergantung pada alam dan alam merupakan tempat bagi mereka untuk menggantukan hidupnya. Gua sebagai tempat mereka berteduh dan beristirahat atau sebagai tempat tinggal dijadikan sebuah sebagai salah satu tempat untk mengekpresikan perjalanan hidup. Lukisannini merupakan sebuah perwakilan kata-kata manusia pada masa itu yang ingin disampaikan kepada segenap masyarakatnya dan akhirnya menjadi bukti bagi manusia sekarang untuk mempelajarinya sekaligus merupakan inspirasi bagi seniman-seniman lukis untuk membuat sebuah karya lukisan dalam bentuk dan bahan yang berbeda.

***

Sumber: http://wacananusantara.org

Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.

Sarkofagus merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai penting dan dapat menceritakan sejarah kehidupan masa lalu. Sumatera Utara tepatnya di Pulau Samosir ternyata banyak memiliki peninggalan sejarah berupa Sarkofagus yang oleh penduduk setempat dinamakan Parholian (tempat tulang belulang) ataupun paromasan (tempat barang berharga), karena menurut masyarakat setempat bahwa yang memiliki kubur batu adalah seorang raja ni huta (pemimpin kampung) dan pembuatan kubur batu ini dibuat jauh sebelum raja meninggal, dengan kata lain sebelum raja meninggal kubur batu tersebut telah tersedia.

Dalam pengerjaan kubur batu ini, masyarakat bergotong royong untuk membuat kubur batu ini, mulai dari pemilihan batu sampai pembentukan, menurut cerita masyarakat sekitar batu yang digunakan diambil dari gunung dengan jenis batu yang khusus dan waktu pelaksanaannya memakan waktu hingga 5 bulan.

Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan.Dari hasil pengamatan di lapangan, temuan sarkofagus memiliki berbagai jenis bentuk dan tipe dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. ada yang memiliki motif seperti kepala manusia dengan rambut panjang, ada yang berbentuk kepala manusia memiliki sanggul, bentuk wajah menyeramkan, dan semua bentuk tersebut terdapat patung pria di bawah dagunya dan patung wanita di belakangnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita terdahulu telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi, panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm – 180 cm.

Dengan banyaknya keanekaragaman sarkofagus yang berada di Samosir tentunya sangat memiliki nilai penting untuk mengungkap sejarah dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Untuk mencapai hal tersebut, perlunya usaha yang maksimal dan nyata dalam penanganan dan penanggulangan demi lestarinya peninggalan tersebut mengingat masyarakat setempat juga sudah mulai kurang memperhatikan peninggalan leluhur mereka, dan kalau ini dibiarkan maka perlahan-lahan seluruh peninggalan sejarah yang ada akan hilang dan raib ditelan jaman.

Di Kalimantan, Sarkofagus ditemukan di daerah aliran sungai Long Danum dan Long Kajanan. Di Kalimantan juga ditemukan beberapa peninggalan megalit lainnya berupa dolmen ditemukan di daerah Apo Kayan (Kalimantan Timur), di sebuah pulau di Sungai Kayandan tepi kakan sunga tersebut, di Data Gerayan. Di daerah Sungai Long Pura, ditemukan kubur batu berbentuk bejana persegi yang dipahatkan wajah manusia bermulut lebar dan memakai hiasa-hiasan pada telinga.

Di Sumbawa Barat di temukan empat buah sarkofagus dengan ukiran-ukiran manusia dan binatang. Selain wajah orang, yang menarik adalah pahatan yang berbentuk manusia dan binatang melata dengan gaya kangkang. Pola hiasan banyak memperlihatkan persamaan dengan pola hiasan bangunan megalit di besuki.

Ksadan Fatubesi memiliki tiga buah sarkofagus dan sebuah sumur batu. Sebuah baturan dari tumpukan batu berbentuk bulat setinggi 1,75 m berdiri di samping kubur-kubur tersebut. Pintu masuk terdpat disebelah barat daya timur laut, diapit oleh dua buah menhir.

Menurut kepercayaan masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis atau gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam. Sarkofagus paling banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus seperti juga dolmen adalah sebagai peti mayat dari batu. Di dalmnya ditemukan tulang-tulang manusia bersama dengan bekal kuburnya periuk-periuk, beliung persegi, perhiasan dari perunggu dan besi. Di Bali sarkofagus dianggap sebagai benda keramat. Sarkofagus adalah peti mayat dari batu (batu padas) berbentuk seperti lesung yang tertutup.

Sarkofagus di bali pada umunya berukuran kecil (antara 80-140 cm) dan ada pula beberapa yang berukuran besar yaitu lebih dari 2 meter. Sebagai seorang peneliti Soejono berhasil membuat klasifikasi dan tipologi sarkofagus-sarkofagus yang ditemukan di seluruh Bali. Berdasarkan penelitiannya yang dilakukan sejak tahun 1960, dapat dipastikan bahwa sarkofagus di Bali berkembang pada masa manusia sudah mengenal bahan logam, mengingat benda-benda bekal kuburnya yang terdapat di dalamnya kebanyakan dibuat dari perunggu.

Soejono membagi sarkofagus Bali atas tiga tipe, yaitu Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Tipe A berukuran kecil (dengan variasi 80-148 cm) serta bertonjolan di bagian depan dan dibidang bagian belakang wadah dan tutup; tipe B berukuran sedang (dengan variasi antara 150-170 cm), tanpa tonjolan; tipe C berukuran besar (dengan variasi 200-268 cm), bertonjolan di tiap-tiap bidang wadah dan tutup. Sesuai dengan batas-batas daerah perkembangan tiap-tiap tipe, oleh Soejono tipe A disebut tipe Bali, tipe B disebut tipe Cacang, dan tipe C disebut tipe Manuaba. Atas dasar pengamatan bahwa tipe A ditemukan tersebar disebagian besar pulau Bali, tipe B banyak ditemukan di daerah pengunungan Bali Tengah terutama disekitar Cacang, dan tipe C banyak ditemukan di daerah Manuaba.

Tipe A meliputi banyak sekali bentuk sarkofagus yang dapat dikelompokan dalam beberapa subtipe yang keseluruhanya berjumlah 6 buah. Tiap-tiap subtipe memperlihatkan gaya bentuk tertentu. Berikut adalah sub-subtipe tersebut;

Gaya Celuk; berukuran kecil, wadah atau tutup berpenampang lintang trapezium sama kaki dan bertonjolan (antara lain berupa kepala manusia/topeng, polos)
Gaya Bona; berukuran kecil, wadah, atau tutup berpenampang lintang setengah lingkaran atau setengah bulat panjang, bertonjolan sepasan di bidang-bidang depan dan sepasang di bidang-bidang belakang tutup dan wadah.
Gaya Angantika; berukuran kecil, wadah, atau tutup berpenampang lintang setengah lingkaran atau setengah bulat panjang, bertonjolan sepasan di bidang-bidang depan dan sepasa di bidang-bidang belakang tutup dan wadah.
Gaya Bunutin; berukuran kecil, bertonjolan berbentuk kepala di bidang-bidang depan wadah dan tutup. Tonjolan berbentuk ekor terdapat di bidang-bidang belakang tubuh. Lengan serta tungkai dalam sikap kangkang dipahatkan di bidang atas tutup dan dibidang bawah dari wadah.
Gaya Busungbiu; berukuran kecil, berpenampang lintang setengah lingkaran atau setengah bulat panjang; sebuah tonjolan terdapat di bidang depan wadah dan tutup, dan sepasang tonjolan di bidang belakang.
Gaya Ambiarsari; berukuran kecil, atau tutup berpenampang lintang persegi panjang dengan sisi atas berbentuk susunan kurawal, bertonjolan segi empat gepeng dengan sisi atas berbentuk susunan kurawal.
Jumlah sarkofagus tipe B dan C sangat terbatas dan belum dapat di beda-bedakan sub-subtipenya. Tipe C berukuran besar dapat memuat lebih dari satu mayat dalam posisi membujur, sedangkan tipe A dan tipe B yang berukuran kecil dan sedang hanya dapat memuat satu mayat dalam posisi terlipat.

Sarkofagus & Jambangan di Simbolon

Sebagian besar sarkofagus dibuat dari batu padas yang relative lunak. Pola-pola pahat berupa wadah manusia, manusia dalam sikap kangkang dan kemaluan perempuan mungkin merupakan lambing harapan akan kemakmuran, kesuburan, keselamatan dan kelahiran kembali, khususnya untuk para arwah. Tonjolan yang dipahatkan misalnya dalam bentuk kepala manusia yang menjulurkan lidahnya, dianggap memiliki daya pengusir roh jahat yang mungkin mengganggu roh yang telah meninggal disimpan dalam sarkofagus.

Letak sarkofagus selalu mengarah kehadapan sebuh gunung. Terutama di Bali arah gunung atau yang disebut “kaja” merupakan arah yang memberikan berkah dan disanalah dianggap tempat bersemayam nenek moyang dalam kepercayaan Bali asli. Desa-desa yang masih kuat pada kepercayaan Bali aslinya atau sering disebut “Bali Aga” adalah Trunyan, Setulung, Sembiran, dan Tenganan. Di desa-desa Bali Aga tersebut masih banyak ditemukan bangunan-bangunan megalitik seperti menhir, pelinggih batu, batu berundak.

Peninggalan megalitik kini belum begitu banyak diteliti. Para peneliti antropologi budaya pada umumnya masih kurang sekali mengaitkan masalah bangunan megalitik dengan kehidupan masyarakat sederhana meskipun di tempat-tempat tersebut banyak terdapat bangunan-bangunan yang dimaksud.

***

Sumber: http://wacananusantara.org

Kubur Peti Batu

Kubur batu bentunya tidak berbeda dengan peti mayat dari batu. Keempat sisinya berdindingkan papan-papan batu, begitu juga bidang alas dan atasnya terbuat dari batu. Mungkin banyak makna dan maksud dari bentuk seperti itu, namun yang pasti unsur seni, kenyaman dan keamanan tetap menjadi perhatian dalam pembuatan peti batu.

Kubur peti batu adalah kubur berupa sebuah peti yang dibentuk dari enam buah papan batu, sebuah penutup peti. Papan-papan batu tersebut disusun secara langsung dalam lubang yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Peti kubur sebagian besar membujur dengan arah timur-barat.

Di Sumatra Selatan, temuan peti kubur batu paling penting terdapat di Tegurwangi, sebuah tempat memang kaya akan peninggalan dari zaman megalitik seperti dolmen, menhir, dan patung-patung. Selain Hoop, penelitian tentang kubur batu di daerah Sumatra Selatan juga dilakukan oleh C.C. Batenburg dan C.W.P. de Bie.

Hoop sendiri telah menggali sebuah peti yang berada di Tegurwangi, yang dianggap paling besar di antara peti-peti lainnya. Ia berhasil menemukan benda-benda penting yang dianggap sebagai bukti peninggalan penduduk tradisi peti kubur batu. Permukaan peti kubur batu berada 25 cm di bawah muka tanah, dan tutupnya terdiri dari beberapa papan batu. Sela-sela antara batu penutup dan antara penutup dengan peti tersebut diisi dengan batu-batu kecil. Di antara papan-papan batu penutup, yang paling besar berukuran panjang 2,5 m. Lantai peti yang agak melandai dengan arah timur-barat, terdiri dari tiga papan batu. Ukuran bagian dalam peti ialah 2,35 x 1,37 m dengan tinggi 1,30 m. Sisa-sisa tulang tidak terdapat dalam peti yang penuh tanah dan pasir. Lapisan tanah setebal 20 cm dari alas peti berisi temuan-temuan seperti berikut; empat butir manik-manik merah berbentuk silindris, sebuh manik berwarna hijau transparan berbentuk heksagonal tangkup, sebuah manik-manik berwarna kuning keabuan, dua buah manik-manik berwarna biru, sebuah paku emas berkepala bulat dan ujung tumpal, dan sebuah fragmen perunggu. Selain itu, ditemukan manik-manik dalam berbagai bentuk sebanyak 63 buah. Baterburg pernah membuka peti kubur batu lainnya, didalamnya ditemukan beberapa buah manik-manik berwarna kuning dan sebuah mata tombak besi yang telah berkarat.

Di dalam peti batu yang pernah ditemukan Bie, terdapat sebuah lempengan perunggu berbentuk segi empat yang mengembung dibagian tengah. Selanjutnya, peti kubur batu rangkap di Tanjungara, yang terdiri dari ruangan yang sejajar berdampingan, yang dipisahkan oleh dinding yang berlukiskan warna hitam, putih, merah kuning, dan kelabu. Lukisan ini menggambarkan manusia dan binatang yang distilir, antara lain tampak gambar sebuah tangan dengan tiga jari, kepala kerbau dengan tanduknya, dan mata kerbau yang digambarkan dengan sebuah bulatan. Penggambaran kerbau dan manusia dengan lambang-lambangnya, mempunyai hubungan dengan konsepsi pemujaan nenek moyang.

Penemuan kubur batu di daerah Wonosari, Cepu dan Cirebon ditemukan kubur batu yang berisi rangka-rangka yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi dan manik-manik. Kuburan itu menyerupai yang ada di Paseman.

Di Sumatera Utara tepatnya di Pulau Samosir ternyata banyak memiliki peninggalan sejarah berupa kubur batu yang oleh penduduk setempat dinamakan Parholian (tempat tulang belulang) ataupun paromasan (tempat barang berharga), karena menurut masyarakat setempat bahwa yang memiliki kubur batu adalah seorang raja ni huta (pemimpin kampung) dan pembuatan kubur batu ini dibuat jauh sebelum raja meninggal, dengan kata lain sebelum raja meninggal kubur batu tersebut telah tersedia.

Dalam pengerjaan kubur batu ini, masyarakat bergotong royong untuk membuat kubur batu ini, mulai dari pemilihan batu sampai pembentukan, batu yang digunakan diambil dari gunung dan waktu pelaksanaannya memakan waktu hingga 5 bulan.

Peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan, masyarakat setempat menyebut batu sada, Parholian ataupun Paromasan. Dari hasil pengamatan dilapangan, tampak memiliki berbagai jenis bentuk dan type dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita terdahulu telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi, panjang berkisar antara 148 cm-307 cm, lebar 60 cm-125 cm, tinggi 96 cm-180 cm.

Dengan banyaknya keanekaragaman kubur batu yang berada di Samosir tentunya sangat memiliki nilai penting untuk mengungkap sejarah dan nilai budaya yang terkandung didalamnya. Untuk mencapai hal tersebut, perlunya usaha yang maksimal dan nyata dalam penanganan dan penanggulangan demi lestarinya peninggalan tersebut mengingat masyarakat juga kurang memperhatikan peninggalan leluhur, dan kalau ini dibiarkan maka perlahan-lahan seluruh peninggalan sejarah yang akan hilang dan raib ditelan jaman.

Peti Kubur Batu Kalang di Desa Kawengan, Kecamata Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saat ini masih bisa di temui setidaknya di Sembilan titik. Jumlah hasil temuan sekitar 100 lebih, dengan jarak antartitik kelompok peti kubur batu bervariasi antara 150 meter dan 1 kilometer.

Kubur batu terletak di lereng perbukitan, tepatnya di bukit Sumur 70 Kedewan. Selain itu, peti kubur juga ditemukan di bukit Gunung Mas yang merupakan area tandus. Hasil penemuan menunjukan bawa rata-rata kubur batu itu berukuran 1 x 2 meter. Juga ada lima kubur batu yang berukuran 3 x 1,5 meter. Kedalaman Kubur batu yang ditemukan rata-rata sekitar 60 cm. Di sekitar kubur batu tersebut juga ditemukan benda peninggalan prasejarah lainnya berupa manic-manik, gelang perak untuk tangan dan kaki, senjata semacam golok dan gerabah halus. Selain itu juga ditemukan tengkorak yang bagian kepalanya berada di timur.

Arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, Menjelaskan Peti kubur batu merupakan tradisi megalitik tua yang sudah ada sejak masa bercocok tanam zaman prasejarah. Khusus Peti Kubur Batu Kawengan, tidak harus berasal dari masa bercocok tanam karena temuan lain dari masa bercocok tanam karena temuan lain dari hasil ekskavasi ditemukan benda lain seperti golok, gelang tangan, gelang kaki, manic-manik dan fragmen gerabah yang berasal dari pascaprasejarah.

Dengan demikin bisa dikatakan bahwa situs tersebut sudah berlangsung sejak zaman prasejarah yaitu pada masa perundagian, bahkan diperkirakan masih berlanjut tradisi prasejarah pada masa hindu-budha. Hal ini diperkuat dari hasil temuan yang berasal dari zaman yang berbeda.

Penemuan kubur batu di Cipari, Ciamis, Jawa Barat menunjukan bertapa besarnya pengaruh kehidupan masa prasejarah di nusantara. Situs yang berada di area 700 meter persegi dilengkapi dengan museum berada di taman purbakala Cipari, Desa Cipari Kecamatan Cigugur Kuningan di bawah kaki gunung Ciremai. Jarak situs dari Kota Kuningan kira-kira 4 km n dari Cirebon jaraknya sekitar 35 km. Lokasi situs dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan empat.

Peninggalan-peninggalan manusia prasejarah zaman megalitikum yang dapat kita temui di sini salah satunya yaitu, Peti Kubur Batu yang terbuat dari jenis batuan andesit. Peti kubur batu yang berorientasi ke timur laut barat daya, menggambarkan konsep kekuasaan alam seperti matahari dan bulan yang menjadi pedoman manusia-manusia jaman prasejarah dalam kaitannya sebagai salah satu bagian kepercayaan manusia pada jaman tersebut. Hanya, menurut kang Jaya, sayangnya tidak ditemukan kerangka manusia, karena kondisi geografis situs dengan tingkat keasaman yang tinggi tidak memungkinkan pengawetan kerangka manusia.

***

Sumber: http://wacananusantara.org

Patung Perunggu

Arca megalitik ditemukan di daerah Lampung (Baturaja, Pagerdewa, Muara Komering, Ranau dan Punggungraharjo), antara lain berupa arca bergaya patung nenek moyang seperti yang ditemukan di Jawa Barat. Arca-arca tersebut pada umumnya berukuran kecil (50-100 cm), berbentuk orang duduk, jongkok atau berdiri. Arca dari Ranau menggambarkan seorang laki-laki dengan kedua kakinya dibentangkan (gaya kangkang), dan jelas memperlihatkan alat kelaminnya.

Arca megalitik menggambarkan manusia dan binatang. Binatang-binatang yang digambarkan berupa gajah, kerbau, harimau, dan monyet. Arca-arca di daerah Sumatra Selatan menurut anggapan Von Heina Geldern bersifat “dinamik” dan “statik”. Bahan batu untuk membuat arca dipilih menurut bentuk-bentuk patung yang akan dipakai, kemudian bentuk patung yang akan dipahat disesuaikan dengan bentuk asli batunya.

Sebagian besar patung yang menggambarkan manusia berbentuk orang laki-laki dan kepalanya memakai tutup kepala yang menyerupai topi baja, matanya bulat menonjol dengan dahi yang menjorok, seperti tampak orang Negroid, memakai hiasan gelang pada tangan dan kalung, serta membawa pedang pendek yang tampak menyerupai golok lurus atau belati runcing dan tergantung pada pinggangnya. Bagian kaki tertutup oleh pembalut kaki. Arca megalitik banyak ditemukan antara lain di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Patung perunggu yang ditemukan di Indonesia mempunyai bentuk yang bermacam-macam, seperti bentuk orang atau hewan. Patung yang berbentuk orang antara lain berupa penari yang bergaya dinamis. Patung-patung ini ada yang berpakaian, ada pula yang tanpa pakaian. Pakaiannya berupa cawet; kadang-kadang badannya diberi penutup dada yang berbentuk pilin. Kedua kaki dan tangannya memakai gelang dan lehernya diberi kalung, sedangkan hiasan telingganganya berbentuk pilin. Boneka-boneka ini memiliki lingkaran di atas kepalanya sebagai tempat kaitan untuk menggantungkannya. Bentuk mukanya berbeda-beda, kadang-kadang seperti topeng yang digambarkan dengan bentuk muka lebar, mata besar, serta hidung dan mulut yang besar juga, dan ada juga yang bermuka monyong. Sikapnya berlain-lainan, ada yang bersikap lurus atau melompat dengan tangan ditarik ke belakang, ke samping atau ke depan. Semua gerakan ini seakan-akan menunjukan babak-babak sebuah tarian.

Patung-patung yang tergolong besar berukuran tinggi kira-kira 9,4 cm dan jarak antara ujung-ujung kedua tangan kira-kira 4,8 cm. Pada umumnya patung-patung ini berukuran lebih kecil daripada itu. Beberapa patung diantaranya berupa sepasang penari yang dihubungkan pada sebelah lengan, muka dan telinga, serta lingkaran di atas kepala. Patung-patung tersebut ditemukan di Bangkinang (Riau), dan gayanya memperlihatkan persamaan-persamaan dengan zaman besi awal di Kaukasia.

Sebuah patung yang berbentuk hewan ditemukan di Limbangan (Bogor). Patung yang menggambarkan seekor kerbau ini berukuran panjang 10,9 cm dan tinggi 7,2 cm. Kaki kiri depan dan ujung tanduk kiri telah hilang. Sebuah patung lain yang ditemukan di tempat yang sama menggambarkan seekor kerbau yang sedang berbaring (beristirahat).

Arca-arca perunggu berbentuk manusia dalam keadaan berdiri dengan sikap bertolak pinggang dengan kedua tangan di paha ditemukan di Bogor. Pakaiannya berupa celana yang panjangnya sampai ke lutut, dengan pola hiasan garis yang memanjang; pita (ikat pinggang) yang lebar disilangkan di muka, sedangkan di bagian belakang diikatkan. Lehernya memakai kalung manik-manik yang besar, dan kepalanya memakai destar berpola garis-garis. Telinganya panjang dan tangannya besar-besar. Ada beberapa orang yang digambarkan sedang naik kuda jantan. Keempat kaki kuda berada di atas sebuah landasan persegi empat dengan pipa-pipa kecil di setiap sudut untuk menempatkan roda. Kedua ini mempunyai surai panjang dan kaku (berdiri) serta ekor yang pendek. Telinganya panjang dan tegak, di lehernya digantungkan sebuah lingkaran. Di atas punggung tidak terdapat pelana dan sanggurdi, yang ada hanya alas duduk yang diikatkan pada perut kuda.

Seseorang yang digambarkan duduk di atas punggung kuda hanya menggunakan celana dengan ikat pinggang yang besar. Tangan kanan memegang tombak, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah kapak. Patung lain menggambarkan orang yang menggunakan tutup kepala berupa topi yang lebar dengan bagian tengah seperti pagoda. Kaki kiri terulur ke depan, sedangkan kaki kanannya hilang. Juga ada patung manusia yang digambarkan sedang memegang panah, sedangkan busurnya tergantung pada bahu kuda. Arca-arca ini ditemukan di Lumajang (Jawa Timur) dan Palembang (Sumatra Selatan).

Patung perempuan sedang menenun sambil menyusui anaknya, ditemukan di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, tetapi sudah dijual ke luar negeri dan sekarang mungkin berada di luar di Amerika Serikat atau Eropa.

***

Sumber: http://wacananusantara.org

Merari Siregar

Merari Siregar lahir di Sipirok, Tapanuli, Sumatra Utara, 13 Juli 1896. Masa kecil dilalui penulis berdarah Batak ini di kampung halamannya. OIeh karena itu, sikap, perbuatan, dan jiwanya amat dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat Sipirok. Saat itu, ia kerap menjumpai kepincangan-kepincangan khususnya mengenai adat, salah satunya kawin paksa.

Setelah beranjak dewasa dan tumbuh menjadi orang terpelajar, Merari Siregar melihat keadaan sebagian masyarakat yang mempunyai pola berpikir yang sudah tak sesuai dengan tuntutan zaman. Oleh sebab itu, ia mulai tergerak untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang dinilainya masih kolot, terutama penduduk Sipirok.

Perubahan itu dilakukannya lewat goresan pena. Azab dan Sengsara menjadi karya tulisnya yang paling tersohor. Prosa berbentuk roman itu muncul saat pemerintah kolonial Belanda sedang gencar-gencarnya melaksanakan politik etis yang ditandai dengan berdirinya Conunissie Voor Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) di tahun 1908. Komisi itu bertugas menyelenggarakan dan menyebar bacaan-bacaan, seperti terjemahan, saduran, dan karangan ash kepada rakyat dan para pelajar sekolah bumi putera. Yang dimaksud dengan karangan ash adalah cerita-cerita rakyat yang berbentuk hikayat, syair, dan pantun.

Seiring berjalannya waktu, prosa Indonesia mulai berkembang menjadi lebih modern karena semakin banyaknya pengarang yang ‘bergaul’ dengan karya sastra barat, terutama Belanda, yang ditandai lewat penerjemahan dan penyaduran. Perkembangan itu semakin tampak saat Commissie Voor de VoLfcslectuur berubah nama menjadi Balai Pustaka. Perubahan itu juga disertai penambahan tugas, yaitu melatih para pengarang dalam gaya bahasa dan bentuk baru.

Selain sebagai pengarang, Merari juga dikenal sebagai penyadur. Karya sadurannya yang paling tersohor berjudul Si Jamin dan Si Johan dengan mengadaptasi “Jan Smees” buah karya Justus van Maurik. Judul “Jan Smees” ini terdapat dalam kumpulan cerpen Justus van Maurik yang berjudul Lift het Volk ‘Dan Kalangan Rakyat’ dengan subjudul Ainsterdamche Novel/en ‘Novel Amsterdam’ yang terbit tahun 1879.

Salah satunya dengan menampilkan kemandirian pada tokoh-tokoh cerita. Yang dimaksud dengan istilah kemandirian di sini adalah, para tokoh itu dapat menentukan nasibnya sendiri dan tidak tergantung pada lingkungan dan ikatan masyarakat. Kemandirian itulah yang tercermin dalam roman karya Merari Siregar, Azab dan Sengsara, dengan tokoh utamanya seorang gadis Batak bernama Mariamin. Kesadaran Mariamin terlihat ketika ia mengakhiri penderitaan yang menimpa dirinya akibat kawin paksa lewat pengajuan cerai. Penonjolan kesengsaraan tokoh Mariamin ini dimaksudkan Merari untuk menggugah para pembaca tentang penderitaan akibat kawin paksa. Walau begitu, kesadaran susila dalam roman ini digambarkan tetap teguh. Hal ini tercermin pada peristiwa ketika Mariamin dianiaya oleh suaminya karena menerima tamu laki-laki, sementara suaminya tidak di rumah.

Dalam roman ini, Merari menyisipkan nasihat-nasihat langsung kepada pembacanya. Nasihat ini tidak ada hubungannya dengan kisah tokohnya karena maksud pengarang menyusun buku itu sebetulnya untuk menunjukkan adat dan kebiasaan yang kurang baik kepada bangsanya. Seperti penuturannya berikut ini yang dikutip dari situs Laman Badan Bahasa, “Saya mengarang ceritera ini, dengan maksud menunjukkan adat dan kebiasaan yang kurang baik dan sempurna di tengah-tengah bangsaku, lebih-lebih di antara orang berlaki-laki. Harap saya diperhatikan oleh pembaca. Hal-hal dan kejadian yang tersebut dalam buku ini meskipun seakan-akan tiada mungkin dalam pikiran pembaca. Adalah benar belaka, cuma waktunya kuatur, artinya dibuat berturut-turut supaya ceritera lebih nyata dan terang.”

Secara keseluruhan, Azab dan Sengsara memiliki ciri-ciri seperti Angkatan 20-an pada umumnya. Selain diwarnai dengan menguatnya kesadaran individu dan menipisnya kesadaran adat, roman ini juga menonjolkan penggambaran alam dan pengungkapan perasaan. Pengungkapan perasaan itu, antara lain tercermin dalam penggunaan pantun dan syair.

Selain sebagai pengarang, Merari juga dikenal sebagai penyadur. Karya sadurannya yang paling tersohor berjudul Si Jamin dan Si Johan dengan mengadaptasi “Jan Smees” buah karya Justus van Maurik. Judul “Jan Smees” ini terdapat dalam kumpulan cerpen Justus van Maurik yang berjudul Lift het Volk ‘Dan Kalangan Rakyat’ dengan subjudul Ainsterdamche Novel/en ‘Novel Amsterdam’ yang terbit tahun 1879.

Ide cerita Si Jamin dan Si Johan ialah ajakan untuk menjauhi minuman keras dan candu karena kedua benda itu mengakibatkan kerusakan mental dan kemerosotan bagi kehidupan manusia. Ide cerita itu sejalan dengan usaha pemerintah Hindia Belanda untuk memberantas pemabuk. Walaupun secara umum Belanda berusaha memberantas pemabukan, mereka masih mengizinkan adanya tempat-tempat tertentu, misalnya di Glodok, yang merupakan tempat terbuka untuk menjual candu.

Ketika menyadur Si Jamin dan Si Johan, Merari sempat menemui hambatan saat memindahkan suasana Eropa ke dalam suasana Indonesia. Hal ini disebabkan oleh ukuran kemiskinan di Eropa berbeda dengan ukuran kemiskinan di Indonesia, begitu pula dengan kehidupan spiritualnya. Orang miskin di Eropa melarikan diri dari penderitaan dengan meminum minuman keras sedangkan di Indonesia orang yang meminum minuman keras adalah orang kaya. Pria Eropa pergi ke gereja bersama anak istrinya, sedangkan pria Indonesia yang soleh pergi ke masjid tanpa istri dan anak perempuannya.

Selain Azab dan Sengsara serta Si Jamin dan Si Johan, masih ada beberapa karya Merari lainnya meski tidak semasyur dua karya tadi, karya-karya itu adalah Binasa Karena Gadis Priangan, Cerita Tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi, serta roman Cinta dan Hawa Nafsu.

Selain dikenal sebagai sastrawan, dalam kesehariannya ia bekerja sebagai guru. Profesinya sebagai guru sedikit banyak berpengaruh pada gaya bercerita dan karya sastranya, baik karya asli maupun saduran. Penggunaan bahasa yang lancar dan rapi, ia tonjolkan dalam setiap karyanya untuk menarik pembaca. Di samping bahasa yang enak dibaca, Merari juga memberi nasihat, mengecam ketidakadilan, serta memberi pujian pada tindakan yang tidak menyalahi aturan ataupun norma yang berlaku dalam masyarakat.

Merari merintis karirnya sebagai pendidik dengan terlebih dahulu bersekolah di sekolah guru yang dulu dikenal dengan istilah Kweekschool kemudian dilanjutkan ke Oosr en West, ‘Timur dan Barat’ yang berlokasi di Gunung Sahari, Jakarta. Selanjutnya pada tahun 1923, pendidikan keguruannya dilanjutkan di sekolah swasta yang didirikan oleh sebuah organisasi bernama Vereeniging Tot Van Oost En West.

Setelah menyelesaikan studinya, Merari mengawali kiprahnya di dunia pendidikan dengan bekerja sebagai guru bantu di Medan. Dari ibukota provinsi Sumatera Utara itu, ia kemudian pindah bekerja di Jakarta, tepatnya di Rumah Sakit CBZ atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Terakhir, ia bekerja di Opium end Zouregie di daerah Kalianget, Madura, hingga akhir hayatnya.

Merari Siregar meninggal pada 23 April 1941. Ia meninggalkan tiga orang anak, yaitu Florentinus Hasajangu MS yang lahir 19 Desember 1928, Suzanna Tiurna Siregar yang lahir 13 Desember 1930, dan Theodorus Mulia Siregar yang lahir 25 Juli 1932. eti | muli, red

© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA

-

Arsip Blog

Recent Posts