Patung Perunggu

Arca megalitik ditemukan di daerah Lampung (Baturaja, Pagerdewa, Muara Komering, Ranau dan Punggungraharjo), antara lain berupa arca bergaya patung nenek moyang seperti yang ditemukan di Jawa Barat. Arca-arca tersebut pada umumnya berukuran kecil (50-100 cm), berbentuk orang duduk, jongkok atau berdiri. Arca dari Ranau menggambarkan seorang laki-laki dengan kedua kakinya dibentangkan (gaya kangkang), dan jelas memperlihatkan alat kelaminnya.

Arca megalitik menggambarkan manusia dan binatang. Binatang-binatang yang digambarkan berupa gajah, kerbau, harimau, dan monyet. Arca-arca di daerah Sumatra Selatan menurut anggapan Von Heina Geldern bersifat “dinamik” dan “statik”. Bahan batu untuk membuat arca dipilih menurut bentuk-bentuk patung yang akan dipakai, kemudian bentuk patung yang akan dipahat disesuaikan dengan bentuk asli batunya.

Sebagian besar patung yang menggambarkan manusia berbentuk orang laki-laki dan kepalanya memakai tutup kepala yang menyerupai topi baja, matanya bulat menonjol dengan dahi yang menjorok, seperti tampak orang Negroid, memakai hiasan gelang pada tangan dan kalung, serta membawa pedang pendek yang tampak menyerupai golok lurus atau belati runcing dan tergantung pada pinggangnya. Bagian kaki tertutup oleh pembalut kaki. Arca megalitik banyak ditemukan antara lain di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Patung perunggu yang ditemukan di Indonesia mempunyai bentuk yang bermacam-macam, seperti bentuk orang atau hewan. Patung yang berbentuk orang antara lain berupa penari yang bergaya dinamis. Patung-patung ini ada yang berpakaian, ada pula yang tanpa pakaian. Pakaiannya berupa cawet; kadang-kadang badannya diberi penutup dada yang berbentuk pilin. Kedua kaki dan tangannya memakai gelang dan lehernya diberi kalung, sedangkan hiasan telingganganya berbentuk pilin. Boneka-boneka ini memiliki lingkaran di atas kepalanya sebagai tempat kaitan untuk menggantungkannya. Bentuk mukanya berbeda-beda, kadang-kadang seperti topeng yang digambarkan dengan bentuk muka lebar, mata besar, serta hidung dan mulut yang besar juga, dan ada juga yang bermuka monyong. Sikapnya berlain-lainan, ada yang bersikap lurus atau melompat dengan tangan ditarik ke belakang, ke samping atau ke depan. Semua gerakan ini seakan-akan menunjukan babak-babak sebuah tarian.

Patung-patung yang tergolong besar berukuran tinggi kira-kira 9,4 cm dan jarak antara ujung-ujung kedua tangan kira-kira 4,8 cm. Pada umumnya patung-patung ini berukuran lebih kecil daripada itu. Beberapa patung diantaranya berupa sepasang penari yang dihubungkan pada sebelah lengan, muka dan telinga, serta lingkaran di atas kepala. Patung-patung tersebut ditemukan di Bangkinang (Riau), dan gayanya memperlihatkan persamaan-persamaan dengan zaman besi awal di Kaukasia.

Sebuah patung yang berbentuk hewan ditemukan di Limbangan (Bogor). Patung yang menggambarkan seekor kerbau ini berukuran panjang 10,9 cm dan tinggi 7,2 cm. Kaki kiri depan dan ujung tanduk kiri telah hilang. Sebuah patung lain yang ditemukan di tempat yang sama menggambarkan seekor kerbau yang sedang berbaring (beristirahat).

Arca-arca perunggu berbentuk manusia dalam keadaan berdiri dengan sikap bertolak pinggang dengan kedua tangan di paha ditemukan di Bogor. Pakaiannya berupa celana yang panjangnya sampai ke lutut, dengan pola hiasan garis yang memanjang; pita (ikat pinggang) yang lebar disilangkan di muka, sedangkan di bagian belakang diikatkan. Lehernya memakai kalung manik-manik yang besar, dan kepalanya memakai destar berpola garis-garis. Telinganya panjang dan tangannya besar-besar. Ada beberapa orang yang digambarkan sedang naik kuda jantan. Keempat kaki kuda berada di atas sebuah landasan persegi empat dengan pipa-pipa kecil di setiap sudut untuk menempatkan roda. Kedua ini mempunyai surai panjang dan kaku (berdiri) serta ekor yang pendek. Telinganya panjang dan tegak, di lehernya digantungkan sebuah lingkaran. Di atas punggung tidak terdapat pelana dan sanggurdi, yang ada hanya alas duduk yang diikatkan pada perut kuda.

Seseorang yang digambarkan duduk di atas punggung kuda hanya menggunakan celana dengan ikat pinggang yang besar. Tangan kanan memegang tombak, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah kapak. Patung lain menggambarkan orang yang menggunakan tutup kepala berupa topi yang lebar dengan bagian tengah seperti pagoda. Kaki kiri terulur ke depan, sedangkan kaki kanannya hilang. Juga ada patung manusia yang digambarkan sedang memegang panah, sedangkan busurnya tergantung pada bahu kuda. Arca-arca ini ditemukan di Lumajang (Jawa Timur) dan Palembang (Sumatra Selatan).

Patung perempuan sedang menenun sambil menyusui anaknya, ditemukan di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, tetapi sudah dijual ke luar negeri dan sekarang mungkin berada di luar di Amerika Serikat atau Eropa.

***

Sumber: http://wacananusantara.org
-

Arsip Blog

Recent Posts