Pekan Budaya Sumatra: Randai dan Palanta Lapau Pukau Warga

Solok, Sumbar - Memasuki hari ketiga, Selasa (4/9), Pekan Budaya Sumatera Barat (Sumbar) yang berlangsung di halaman eks Kantor Bupati Solok, Kotobaru, Kecamatan Kubung dihiasi pementasan kesenian tradisional dan hiburan rakyat. Salah-satu kesenian mengundang simpatik adalah randai, serta dramatisasi palanta lapau.

Kegiatan ajang promosi budaya dan pariwisata ta­hu­nan yang digagas Pemerintah Provinsi Sumbar hingga 8 September mendatang bekerjasama dengan Pemkab Solok ini cukup ramai dibanjiri pengunjung. Tanpa terkecuali para pelaku usaha ikut andil memanfaatkan momentum tersebut untuk mengais rezeki, sehingga hampir setiap sudut yang lowong terisi penuh. Secara ekonomi, perputaran uang dalam sehari ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Mereka umumnya menggelar berbagai produk hasil karya seni dari berbagai daerah, kerajinan, serta beraneka cen­dra mata hasil industri rumah­tangga.

Sebagai hiburan, kemarin dilang­sungkan Festival Randai dari sejumlah daerah, diantaranya tampil randai dari Group Kesenian Alang Babega asal Silaing Bawah, Kota Padang­panjang. Group dikoordinatori Gefniwati ini memainkan randai dengan alur cerita berjudul “sabai nan aluih”. Para pemain terlihat begitu menguasai karakter ketokohannya, membuat ratusan pasang mata penonton tidak berkedip.

Selain randai, juga tampil Pestival Dramatisasi Palanta Lapau dalam bahasa minang, topik bebas, diperagakan sekitar lima pemain. Masing-masing pemain mengenakan kostum tradisional sesuai karakter tokoh yang diperagakan.

Terpisah, pada waktu bersamaan diselenggarakan festival lagu minang antar daerah, dengan kategori dua lagu wajib dan dua bebas.

Bupati Solok Syamsu Rahim didampingi Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata, Jasman Rizal, menuturkan sebagai tuan mengapresiasi kebolehan para peserta di pentas Pekan Budaya Sumbar, para pemain terlihat cukup berkarakter. Selain untuk hiburan, kesenian tradisional juga merupakan salah-satu asset budaya lokal yang harus dipertahankan dan dipelihara, ke depannya mesti tetap dilestarikan.

“Seperti halnya kesenian randai yang telah ditampilkan sejumlah daerah kota/kabupaten se-Sumbar, ternyata dalam pementasannya mereka terlihat cukup berkarakter, hingga mampu memikat perhatian pengunjung. Ini adalah asset, mesti tetap dilestarikan dan dipertahankan,” ujar Syamsu Rahim.

Dijelaskan Syamsu, meski ilmu pengetahuan dan teknologi kian berkembang, kesenian dan budaya lokal tidak boleh ditinggalkan, sebab ini merupakan kekayan negeri warisan para leluhur. Bahkan ikon tradisi lokal dan budaya itu sendiri sesungguhnya memiliki nilai jual yang tidak ternilai, mengundang gairah wisatawan manca negara untuk datang ke Sumbar.

“Seperti halnya pulau dewata (Bali), negeri tersebut ramai dikunjungi wisatawan tidak terlepas karena kekayaan budayanya. Saya yakin Sumbar khususnya Kabupaten Solok juga bisa menjadi daerah tujuan wisatawan, tergantung keseriusan pihak terkait untuk memberdayakannya,” imbuh Jasman.

Senada, Ketua Kamar Dagang dan Isdustri (KADIN) Kab Solok, H.Syafrizal Ben menuturkan Pekan Budaya Sumbar patut menjadi ujung tombak pemberdayaan budaya, sebab selama berlangsungnya perhelatan seluruh daerah se-Sumbar menampilkan kebolehan kesenian tradisional dan budaya, termasuk daerah Kepulauan Mentawai.

Selain promosi budaya, tanpa dipungkiri Pekan Budaya Sumbar turut memberikan efek ganda secara positif terhadap sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Buktinya sampai-sampai produk kerajinan batu giok/batu akik Asal Solok Selatan digelar Heledra Putra.SS laris manis diserbu pengunjung.

“Pekan Budaya ini terasa bernilai positif terhadap UKM, harga satu buah cincin bisa laku terjual Rp3 juta, bahkan lebih. Belum lagi aneka hasil kerajinan lainnya digelar para pedagang, terlihat juga laris manis,” terang Syafrizal mengakhiri.

-

Arsip Blog

Recent Posts