DKA Aceh Utara Gelar Pentas Seni Budaya Aceh

Lhokseumawe, NAD - Para pelajar dari sejumlah desa di Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, unjuk kebolehan dalam event apresiasi seni budaya Aceh tingkat kecamatan yang dilaksanakan Dewan Kesenian Aceh (DKA) Aceh Utara di halaman kantor camat setempat, Sabtu-Minggu (22-23/9).

Dalam pagelaran bertajuk "Dengan Senin Kita Cerminkan Kebudayaan yang Heroik dan Islami" ini, para peserta bersaing ketat dalam lomba pagelaran busana islami yang menampilkan pelajar Sekolah Dasar (SD) dan SLTP.

Tarian-tarian Aceh juga dibawakan sejumlah sanggar dari beberapa desa, seperti tari rapa’i geurimpheng (tarian khas Aceh memakai beduk) yang memukau ratusan warga yang memadati lokasi.

Ketua Umum DKA Aceh Utara, Nurdin Ismail, mengungkapkan, tahun ini telah dicanangkan ajang pagelaran seni bernafaskan kebudayaan Islam yang diselenggarakan di 27 kecamatan di Aceh Utara.

"Sejauh ini, kita sudah bekerjasama dengan Dinas Syariat Islam dan Dinas Pendidikan untuk mengembangkan seni kebudayaan islami ini," ujarnya.

Dikatakan keragaman seni dan budaya yang dimiliki Aceh selama ini mulai tenggelam di tengah masyarakat, seperti tari seudati, biola Aceh, cara ayunan anak, tari ranup lampuan, rapa’i debus dan rapa’i pasee.

"Seni-seni ini perlu dihidupkan kembali. Karena DKA lahir atas permintaan insan seni yang berperan bukan hanya menari dan mengukir melainkan menjaga dan melestarikan seni, budaya dan adat-istiadat masyarakat agar tidak tenggelam ditelan zaman," jelasnya.

Selain itu, pihaknya akan mengembangkan seni yang bernafaskan Islam antara lain dalail khairat (membaca kitab dengan berirama yang menyampaikan pesan-pesan agama secara bersama-sama), nazam (syair) agama, hafiz Al-Quran, lomba azan, lomba membaca ayat suci dan menggalakkan membaca Al-Quran di kalangan remaja.

"Kita akan melakukan rekrutmen dari kalangan pelajar di masing-masing kecamatan untuk mengikuti pembinaan yang dilakukan qari dari Pase. Setelah mereka benar-benar mapan membaca Al-Quran akan dikembalikan ke kecamatan masing-masing,"sebutnya.

Menurut dia, upaya menggalakkan membaca Al-Quran di Aceh Utara karena berdasarkan survei pada bulan Ramadan lalu, terbukti minat membaca Al-Quran di tengah masyarakat menurun. Ini sangat berbeda dengan periode 1980-an di mana minat membaca Al-Quran khususnya di Aceh Utara sangat tinggi.

"Ini kita lakukan untuk menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat terutama remaja untuk membaca dan mempelajari Al-Quran sehingga generasi kita tetap berpegang teguh pada akidah yang benar dan tidak mudah terpengaruh ajaran-ajaran sesat," demikian Nurdin Ismail.

-

Arsip Blog

Recent Posts