Jaga Budaya, Lestarikan Ondel-ondel

Jakarta - Siapa tak kenal ondel-ondel? Kesenian khas Betawi yang satu ini memang sempat menjadi yang termasyur di tahun 1980-an sampai 1990-an. Namun siapa kira di tahun 2000-an yang semakin maju ini boneka besar nan unik dengan tinggi lebih kurang 2,5 meter dengan segala pernak-perniknya itu mulai terlupakan.

Dahulu saat masa keemasannya, ondel-ondel dapat dengan mudah ditemui di acara khitanan, pernikahan khususnya yang digelar oleh masyarakat Jakarta. Tetapi saat ini ondel-ondel sudah sangat jarang ditemui keberadaannya, sesekali dapat dilihat di acara besar seperti HUT DKI Jakarta.

Tak patah arang, sebagian masyarakat Betawi yang masih peduli dan cinta terhadap kesenian budaya khas kotanya itu, berupaya kembali menghidupkan kesenian ondel-ondel. Seperti dilakukan anggota Sanggar Mamit CS yang berlokasi di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Dengan sebuah ide yang digagas, yaitu mengamen dengan ondel-ondel kini masyarakat Jakarta Timur, khususnya daerah Kramat Jati, dapat melihat kembali keberadaan ondel-ondel yang sudah hampir usang dan mulai terlupakan.

Bermodalkan dua ondel-ondel, gambang kromong, dan gamelan khas Betawi, Alif (27) bersama timnya dengan percaya diri melangkahkan kaki untuk memperkenalkan ondel-ondel, dengan cara mengamen.

"Keliling-keliling di sini biasanya hari Senin dan Jumat. Kalau Selasa dan Kamis di dekat Halim. Dari siang muter dulu ke PGC sampai Condet, malamnya di sini keliling Kramat Jati sampai jam 21.00 balik lagi ke dekat PGC Cililitan, baru pulang. Kalau yang di Halim tim yang satu lagi," kata Alif, pemimpin Sanggar Betawi Mamit CS kepada Kompas.com, Jumat (21/12/12) malam.

Sanggar Betawi tersebut terletak di RT 11 RW 03, Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat. Jumlah anggotanya kini tinggal 20 orang. Dua tahun sudah Alif dan anggota lain mengelola sanggar yang merupakan warisan budaya orangtuanya, sejak dua puluh tahun lalu.

Alif mengatakan, saat sepi dirinya dan ketujuh orang anggota sanggar yang mengamen mendapatkan uang sebanyak Rp 350.000 dalam satu minggu. Tak jauh berbeda dengan pengasilan saat ramai, mereka bisa mendapatkan uang Rp 400.000. Alif mengaku tidak terlalu mempermasalahkan hasil yang didapat yang penting bagaimana mereka kembali menghidupan kesenian khas Betawi itu.

"Mau kembangin budaya Betawi, maunya budaya Betawi tetap dikenal, dijaga, ya dengan cara begini kami bisa bantu, coba hidupkan kembali budaya Betawi lewat ngamen keliling. Setidaknya dengan begini kan masyarakat tahu dulu bagaimana bentuk ondel-ondel itu khususnya generasi muda, seperti anak-anak sama remaja," kata Alif dengan senyum harapnya.

Alif berharap, dengan upaya yang dilakukan bersama anggota sanggarnya mereka dapat membuka mata masyarakat, khususnya warga Jakarta untuk tetap menjaga kekhasan khasanah budaya yang ada. Hal itu semata-mata agar Indonesia tetap memiliki cerminan khas di mata dunia. Tidak lagi terjadi pengklaiman budaya oleh negara lain.

Ondel-ondel, salah satu bingkai budaya khas Jakarta yang mulai usang, dan mungkin terlupakan bagi sebagian masyarakat umumnya. Budaya dengan segala bentuk dan nilainya harus tetap dijaga dan dikembangkan, agar generasi selanjutnya tidak lagi melupakan jati diri bangsanya sendiri, bangsa Indonesia tercinta.

-

Arsip Blog

Recent Posts