Rumah Budaya, Agar Indonesia Lebih Dikenal Dunia

Ankara, Turki - Hari pertama, Senin 3 Desember 2012, setibanya di Istanbul dan dilanjutkan perjalanan ke ibukota Turki, Ankara, rombongan misi kebudayaan dari Indonesia langsung melakukan tugas-tugasnya, yakni menemui Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki, Nahari Agustini, di kantornya yang terletak dui Abdullah Cedvet Sokak No. 10, Ankara, Turki; serta mengadakan tatap muka dengan masyarakat Indonesia yang bermukim di Ankara.

Tepat pukul 03.00 waktu Ankara, Dubes Nahari Agustini menyambut rombongan dengan hangat. Dia memaparkan, siap memfasilitasi kegiatan rombongan yang dipimpin oleh DR. Restu Gunawan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Dalam perkenalannya, DR. Restu Gunawan mengungkap, ada dua hal yang akan dijalankan oleh rombongan yang dipimpinnya. "Yang pertama, kami ingin menjajagi bagi berdirinya Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Turki. Yang kedua, kami bermaksud mengkampanyekan penyelenggaraan World Culture in Development Forum (WCF) di Bali pada November 2013 kepada negara-negara sahabat, di antaranya Turki," papar Restu Gunawan.

Dubes Nahari pun menyambut niat rombongan dengan memberikan gambaran, betapa sekarang ini hubungan Indonesia dengan Turki sedang dalam kondisi yang sangat baik. Presiden Republik Turki Abdullah Gul sangat mengapresiasi setiap kegiatan Indonesia di forum Internasional. "Turki memiliki kemitraan strategis dengan Indonesia. Kemitraan itu disepekati saat kunjungan Presiden Turki ke Indonesia pada bulan April 2011. Dari segi ekonomi selalu meningkat dari tahun ke tahun, ditandatangani berbagai MoU di semua bidang, termasuk bidang pendidikan, budaya, pertukaran informasi, dan lain-lain. Di bidang pendidikan, pemberian beasiswa Pemerintah Turki kepada mahasiswa Indonesia juga semakin meningkat, sekarang sudah mencapai 600 lebih mahasiswa Indonesia yang belajar di Turki," ungkap Dubes Nahari.

Selanjutnya, Nahari juga optimistis dengan rencana pengembangan RBI di Turki. Menurut Nahari, selain aset-aset yang dimiliki oleh KBRI berupa peralatan kesenian berupa gamelan, angklung, serta kemampuan menari tradisi dari mahasiswa Indonesia yang tergabung di organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki; KBRI Turki juga memiliki sebidang tanah dan bangunan di Ankara yang bisa dipergunakan sebagai embrio RBI.

Di akhir acara ramah tamah, Dubes Nahari juga berjanji akan segera mempertemukan rombongan misi kebudayaan Indonesia dengan para pejabat terkait setempat untuk memberi dukungan bagi terselenggaranya acara WCF tahun depan.

Selanjutnya, pada hari yang sama, mulai pukul 17.00 hingga pukul 20.00 waktu Turki sekira seratusan orang warga Indonesia dan warga Turki yang mencintai Indonesia hadir dalam acara Diseminasi Pengembangan Rumah Budaya Indonesia yang berlangsung di Park Hotel, Ankara, Turki.

Tujuan penyelenggaraan acara tersebut adalah untuk memberi pemaparan mengenai konsep Rumah Budaya Indonesia di mancanegara, termasuk Turki. Melakukan uji petik kondisi, kelayakan dan kesiapan wilayah sasaran untuk mengembangkan Rumah Budaya Indonesia (RBI) di mancangeara. Serta menguatkan citra dan eksistensi kekaytaan dan keragaman budaya Indonesia pada dunia.

Kelak, diharapkan RBI dapat difungsikan sebagai tempat bagi ekspresi kebudayaan Indonesia, tempat pembelajaran budaya Indonesia, serta tempat untuk melakukan promosi dan advokasi kebudayaan Indonesia di dunia internasional.

Bertindak sebagai narasumber adalah Ir. Harjana Soeroer, M.Arch. Menurut Harjana, pentingnya pengembangan Rumah Budaya Indonesia di mancanegara menjadi bagian dari upaya membangun peradaban dunia melalui kebudayaan. Dalam hal ini, RBI sebagai alat diplomasi budaya guna mendukung eksistensi negara dalam konstelasi dunia internasional.

Rumah Budaya dikembangkan guna memperkenalkan keragaman warisan budaya Indonesia pada dunia. Dengan demikian, citra serta apresiasi masyarakat internasionalk terhadap Indonesia akan semakin meningkat.

Saat diberi kesempatan bertanya dan memberi masukan, yang hadir pun langsung berebut unjuk jari. Zainuddin Lubis, salah seorang warga Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Ankara misalnya, mengaku dirinya telah membuat konsep semacam Rumah Budaya Indonesia. Menurutnya, target RBI model yang digagasnya itu masuk ke kampus-kampus lantaran dia meyakini bahwa mahasiswa itu adalah agen perubahan. "Kalau perlu, budaya Indonesia masuk kurikulum sekolah di Turki," ujar Zainuddin seraya meyakinkan bahwa orang Turki sangat menggemari seni tari Indonesia, sehingga mereka pasti akan senang jika bisa mempelajari tarian Indonesia sejak di bangku sekolah.

Sementara Yaumil yang menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Ankara mengaku, dirinya dan kawan-kawan anggota PPI Ankara siap membantu program RBI. "Selama ini puyn kami sudah mempromosikan Indonesia di sini (Turki) melalui seni tari Indonesia," tutur Yaumil.

"Asal jangan membawa serta kebudayaan yang negatif seperti korupsi! Rumah Budaya Indonesia harus dikelola secara transparan," tutur Chadi yang kini menuntut ilmu di Bilkent University, Ankara.

"Saya akan membantu semampu saya. Pokoknya saya akan membalas 'utang-utang' saya ke Indonesia melalui rumah budaya ini," ujar Faruk Ozkan, warga Turki yang pernah menetap selama 11 tahun di Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, hadir Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Turki Nahari Agustini beserta staf KBRI Turki.

-

Arsip Blog

Recent Posts