Saman Summit 2012 di Jakarta Meriah

Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Saman Summit 2012. Perhelatan akbar ini diadakan pada 14 -15 Desember 2012 di Area Taman Fatahillah, Jakarta. Rangkaian kegiatan dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu Seminar, Pameran, dan Pertunjukan.

Acara ini merupakan upaya pemerintah membangkitkan semangat generasi emas Indonesia melalui pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan. Kebudayaan tari dari tanah Gayo ini tidak saja mempunyai pesona yang luar biasa dari kecepatan dan keterampilan gerak tubuh, tangan dan kakinya, tapi juga mempunyai kekuatan spritual.

Tari Saman dari Gayo resmi diakui dan masuk dalam daftar warisan budaya takbenda oleh UNESCO 24 November 2011 lalu.

"Saman ini satu-satunya intengible world heritage yang mewakili Sumatera saat ini. Sebelumnya ada wayang, keris dan batik. Ini menjadikan daftar intengible world heritage kita bervariasi," kata Risman Musa, panitia Saman Summit 2012.

Tari yang dikenal dengan sebutan tari ‘seribu tangan’ ini memiliki nilai budaya luhur serta sejarah yang dalam. Hal itu tak hanya dipaparkan lewat tarian semata di gelaran Saman Summit 2012.

Taman Fatahillah di kawasan Kota Tua, Jakarta Utara tadi malam (14/12) padat karena disuguhkan keindahan dan keluhuran nilai-nilai yang terdapat dalam tarian dan nyanyian Saman. Dipadukan dengan kecanggihan teknologi multimedia, lewat video pendek 2-3 menit, dihadirkan cerita melaui audio visual untuk memperdalam, bagaimana Saman bisa terjadi.

Selain menghadirkan 13 kelompok Tari Saman dari Gayo Lues (Aceh), juga akan ditampilkan Tari Saman dari berbagai daerah Saman Gayo (senior) dari Kampung Bukit, Kabupaten Gayo Lues, Saman Gayo (remaja) dari Kabupaten Aceh Tenggara, Saman Gayo (anak-anak) dari SD Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues.

Juga tampil Rabani Wahid dari Samalanga, Kabupaten Aceh Utara, Rapa’i Geleng dari kota Langsa, Aceh Timur, Tari Pukat dari kota Langsa, Idang dari Lubuk Alung, Kabupten Padang Pariaman, Saman (Rampai) dari Jakarta, Saman (Rampai) siswa dari Jakarta.

Disamping itu juga ditampilkan Rudat dari desa Bayalangu, Gegersik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Saman Gayo mahasiwa dari Jombang, Tari Rudat-Siiran dari desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan Rudat Sasak dari desa Terengean, Kabupaten Lombok Utara.

Tak hanya menampilkan seni tari berbalut teknologi multimedia, gelaran ini juga menyajikan seminar yang berjudul Kebudayaan/Kesenian Islam: Perannya Dalam/Terhadap Indonesia di Hotel Gren Alia, kawasan Kwitang dengan menampilan dua orang keynote speaker Prof Dr Syafii Maarif dan Goenawan Mohammad.

Diantara waktu pergelaran tari dan seminar tersebut diadakan pameran foto “Bejamu Besaman”, yaitu kegiatan perjamuan warga Gayo untuk warga diluar daerahnya dengan menampilkan foto-foto profil budaya dan lingkungan Gayo.

Selain itu panitia juga menyediakan Warung Kopi Gayo dan Kuliner bagi para pengunjung untuk menikmati kopi khas dari kawasan Gayo yang terkenal, di kawasan Taman Fatahillah untuk menambah kesan otentik.

-

Arsip Blog

Recent Posts