Asosiasi Tradisi Lisan NTB Terbentuk

Mataram, NTB - Pengurus Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) bertambah satu lagi, dari 26 menjadi 27, menyusul terbentuknya ATL Nusa Tenggara Barat, yang para pengurusnya dilantik oleh Ketua Umum ATL, Prof DR Pudentia, Minggu (28/10/2012) malam, di Mataram.

Tradisi Lisan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, kata Prudensia, memuat berbagai aspek sosial: religius, nilai-nilai, adat-istiadat, seni, bahasa, dan lainnya, yang masih relevan dalam kehidupan dewasa ini.

Karena itu, terbentuknya ATL NTB, tradisi lisan yang ada di daerah itu, diharapkan mampu membangkitkan kandungan nilai masa lalu yang kemudian diterapkan dalam realitas kehidupan saat ini.

Pengurus ATL NTB 2012-2016 diketuai Sudirman, dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram, dilengkapi Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan bidang.

Dikatan Sudriman, ATL NTB segera membahas dan menentukan program kerja, di antaranya memetakan aktivitas tradisi lisan di NTB meliputi tradisi lisan Samawa (Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat) dan Mbojo (Dompu dan Bima).

Kemudian, mengusulkan ATL NTB mendapatkan subsidi dari APBD, kegiatan penelitian tentang tradisi lisan sebagai bahan muatan lokal di sekolah, selain usulan bagi seniman berkategori maestro, yang nantinya diberi tunjaangan hidup dari Pemerintah.

Saat ini, baru Amak Raya, seniman tradisi massal Desa Lenek, Lombok Timur, yang mendapat tunjangan Rp 1 juta sebulan, selama dia masih hidup.

Bahasa Indonesia Tidak Menjadi Tuan di Rumah Sendiri

Jakarta - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Mahsun, berpendapat, bahasa Indonesia saat ini hampir tidak menjadi tuan di rumah sendiri.

"Kita saksikan bagaimana kondisi bahasa Indonesia saat ini yang hampir tidak menjadi tuan di rumah sendiri," kata Mahsun pada Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2012, di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta, Selasa (30/10/2012).

Bahasa Indonesia sekarang sudah mengalami berbagai perubahan, terutama pada generasi muda yang muncul penggunaan baru di luar dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bahasa-bahasa yang digunakan generasi muda atau sering disebut bahasa "gaul" tersebut terus berkembang, misalnya pencampuran bahasa asing, pemenggalan huruf dan sebagainya, yang lebih dipilih untuk percakapan sehari-hari.

Menurut Mahsun, bahasa sebagai sarana komunikasi masyarakat yang menyepakatinya tidak ubahnya semacam organisme yang bisa hidup, tumbuh, dewasa, dan juga mencapai kematian.

Hal itulah yang menyebabkan banyak bahasa yang sudah lenyap di dunia ini, tambah Mahsun. Padahal, bahasa dan sastra mampu menyatukan perbedaan.

Mahsun menambahkan, bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam membentuk kerukunan hidup. Bangsa yang hidup rukun tidak hanya merupakan bangsa yang mampu memperlihatkan jati diri dan kepribadian yang kuat, tetapi juga bangsa yang penuh tanggung jawab, jujur berdisiplin, berkualitas, dan berkompetensi tinggi.

Melalui kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra 2012, kesempatan ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat terhadap bahasa dan sastra Indonesia dalam rangka mempererat kerukunan hidup kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bulan Bahasa dan Sastra 2012 dilaksanakan selama satu bulan sepanjang Oktober dengan tema "Bahasa Indonesia Perekat Kerukunan Hidup Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara".

Keris Bukan Benda Klenik

Jakarta – Mendengar kata "keris" seringkali yang terbayang dalam benak, benda itu terkait dengan hal-hal berbau klenik, dijadikan “pegangan” untuk mendatangkan keberuntungan, kesuksesan.

Benny Hatmantoro, Sekretaris Forum Bawa Rasa Tosana Aji Soedjatmoko, forum pecinta keris, mengungkapkan itu adalah pandangan keliru tentang keris yang telanjur melekat di masyarakat.

Keris dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Bila dilihat dari sisi mistis, menurut Benny, berarti keris dilihat dari muatan-muatan filosofis yang terkandung dalam bentuk dan nama-nama bagian keris.

“Kadang-kadang, orang yang belajar keris dari sisi mistis, melihatnya dari sisi mistis murni. Jadinya klenik,” kata Benny yang juga menjadi seksi pameran pada Festival Keris Kamardikan di Museum Nasional.

Fungsi keris pun sejak awal dibuat bukan untuk dijadikan benda klenik. “Keris itu konsepnya sebetulnya memang senjata tikam, senjata tajam,” cerita pria yang bermukim di Solo itu.

Pemerhati R. Adi Deswijaya, dalam tulisannya yang berjudul “Peranan Dhuwung Dalam Naskah-Naskah Jawa Klasik” yang dimuat dalam kumpulan artikel “Kebangkitan Kemballi Kejayaan Keris di Indonnesia” menulis kata “keris” sering digunakan dalam penyampaian pepatah di masyarakat Jawa.

“Yang utama dari seorang pria harus memiliki: keris, rumah, wanita, kuda, dan burung, dengan kata lain, keris itu menjadi syarat sebagai seorang pria Jawa,” kata Benny.

Selain sebagai senjata, keris pada juga memiliki aspek sosial budaya. “Contohnya, salah satu syarat berbusana adat Jawa, harus pakai keris. Diselipkan di bagian belakang,” jelasnya.

Ia mengakui cara pandang seseorang terhadap keris memang beragam.

Ia dan komunitasnya berusaha meluruskan pandangan-pandangan tersebut dengan mengenalkan keris sebagai benda yang memiliki nilai seni.

“Dalam perkembangannya, keris dikemas atau ditambahi dengan beberapa ornamen sehingga menjadi suatu benda seni,” kata Benny.

Ia menjelaskan dulu, dari segi estetika, keris dibuat hampir tanpa hiasan karena lebih dititkberatkan pada fungsinya sebagai senjata.

Keris yang dipamerkan di Festival Kamardikan tergolong keris hasil inovasi, yang ditonjolkan dalam keris-keris itu adalah unsur estetika.

“Ini adalah perkembangan dari keris, tanpa menghilangkan pakem-pakem lama,” jelasnya.

Pakem-pakem lama keris yang dimaksud Benny antara lain memiliki gonjo, bagian bawah bilah keris yang dekat dengan pendok (cincin yang menghubungkan keris dengan deder, gagang), dan harus dibuat dengan cara ditempa.

Adapun standar material yang digunakan untuk membuat keris adalah besi, baja, dan nikel. “Emas, perak, batuan mulia, itu tambahan saja,” katanya.

Dari segi bentuk bilah, keris ada yang berbentuk lurus, ada pula yang luk, berkelok. Jumlah lekukan dalam keris luk harus ganjil. “Keris kuno umumnya 3 hingga 13 kelokan,” katanya.

Sementara untuk keris hasil inovasi, jumlahnya lebih fleksibel asal tidak menyimpang dari pakem-pakem lama keris.

Ajang pameran keris seperti ini, menurutnya menjadi salah satu sarana untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang keris, mulai dari bentukny, fungsinya, hingga kriteria keris sekaligus upaya pelestarian keris.

“Kami memang sering membuat kegiatan yang sifatnya memancing respon seniman keris baru, supaya mau berinovasi,” tutur Benny yang juga menjadi koordinator wilayah Jawa Tengah Komunitas Panji Nusantara.

Benny pun mengutarakan dalam merawat keris, tidak ada bedanya dengan merawat senjata tajam lainnya, diminyaki secara rutin untuk mencegah timbulnya korosi.

Ia menyatakan sebenarnya tidak perlu diberi bunga atau pun wangi-wangian tertentu. “Kadang-kadang orang suka memprovokasi dengan hal-hal yang bersifat berlebihan, seperti ngasih kemenyan. Itu nggak perlu. Itu lebih ke klenik,” kata pria yang mengaku mempelajari keris secara otodidak.

Kalaupun memang diberi wewangian, ia berpendapat wewangian itu bertujuan untuk memberi nilai tambah pada keris sebagai benda seni, bukan tujuan pemujaan.

Kecintaan Benny pada keris membuatnya mengoleksi sekitar 40 keris mulai tahun 1989.

Untuk mematahkan kesan klenik pada keris, ia kerap menjadikan keris sebagai pajangan di rumahnya.

“Kalau kita tidak mencoba mematahkan budaya klenik itu, orang akan terus merasa takut dngan budaya yang satu ini.”

Sukses, Pergelaran Seni Budaya Betawi di Jepang

Tokyo, Jepang - Ada yang berbeda di SokaUniversity, Tokyo. Dua keluarga pasangan pengantin berhadapan saling berbalas pantun, diteruskan dengan aksi main pukulan atau silat oleh dua jawara, merobohkan jawara dari pihak pengantin wanita yang jadi palang pintu bagi pengantin pria.

Itulah awal dari pagelaran Palang Pintu Betawi yang dipersembahkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta dan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), dalam misi kebudayaan bertajuk “Malam Budaya dan Persahabatan Indonesia – Jepang”.

Sebanyak 500 tamu yang terdiri dari para pemerhati budaya, mahasiswa, musisi Jepang, members dan para petinggi Soka Gakkai International, Soka Gakkai Jepang, Soka University serta perwakilan dari Soka Gakkai Indonesia, dibuat terpukau oleh rangkaian pertunjukan seni budaya Betawi, yang terdiri dari upacara pengantin, tarian dan musik pop bersama artis pop ibukota. Pada akhir petunjukan mereka memberikan standing applause.

Tari Semarak Jakarta dan Jakartaku Harapanku diiringi musik garapan Armen Suwandi, berhasil memadukan alat musik Betawi seperti kong ahyan, kromong dan gendang dengan biola, gitar, dan sampe dariKalimantan.

Musisi pop Dwiki Darmawan, mengiringi Ita Purnamasari membawakan lagu Bengawan Solo yang populer di Jepang.

Kejutan dari mahasiswa Soka University, selain mempersembahkan tarian Saat Musim Gugur Bunga mereka juga mempersembahkan tari Yapong, yaitu tarian Betawi yang mampu mereka kuasai dengan baik.

Terharu

Direktur Eksekutif Min-On Concert Association, Mr. Hiroyasu Kobayashi, menyatakan keharuan dan kebanggaannya saat menutup pertunjukan malam itu. “Saya melihat kesenian Betawi sebagai kesenian tradisional memiliki banyak kemajuan. Saya juga merasakan dalam musik Betawi ada kemiripan dengan musik Jepang.Adasemacam rasa persaudaraan di dalamnya,” ucapnya. Kobayashi pun berharap kelak kesenian tradisional Betawi bisa tampil di Min-On.

Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), H. Tatang Hidayat, SH, menyatakan, setelah sering bersinergi dengan Soka Gakkai Indonesia dalam berbagai event kebudayaan, LKB berharap bisa menjalin kerjasama dengan Soka Gakkai Internasional, untuk bersama-sama terlibat dalam pelestarian budaya, merawat warisan leluhur, membentuk karakter generasi yang berbudaya, dan sekaligus mewujudkan perdamaian dunia melalui misi kebudayaan.

Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, Sukesti Martono, yang ikut mengawal tim dari Indonesiajuga berharap, seniman Indonesiadapat tampil di Pusat Budaya Min-On. Tujuannya agar bersama-sama bisa menjaga kelestarian dan memacu berkembangnya seni budaya tradisional, serta meningkatkan apresiasi masyarakat dunia, kususnya warga Jepang, terhadap seni budaya Indonesia. Termasuk Betawi.

Museum Sri Baduga Bedah Naskah Kuno Siliwangi

Bandung, Jabar - Museum Sri Baduga Bandung menggelar bedah naskah kuno terkait Prabu Siliwangi dengan tema "Sri Baduga dalam Kajian Sejarah, Filosofi, dan Sastra Lisan" di Hotel Baltika, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu.

"Sebagian masyarakat Jawa Barat mengidentikkan tokoh Prabu Siliwangi adalah Sri Baduga Maharaja Raja Kerajaan Sunda. Dengan begitu, hal tersebut akan dibedah oleh para ahli sejarah, filosofi, dan sastra lisan sehingga akan diperoleh data yang akurat dan lengkap," papar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Nunung Sobari MM di Bandung.

Menurut Nunung, data tentang Kerajaan Sunda atau Padjadjaran hingga kini belum banyak diketahui dalam panggung sejarah Jawa Barat. Tokoh yang bergelar Prabu Siliwangi ini lebih banyak diungkap dalam cerita lokal atau legenda.

Saat ini, lanjutnya, sekitar 146 naskah kuno yang disimpan di museum sebagian besar ditulis di atas kertas media (bahan) kertas tradisional dan buatan pabrik. "Ada juga yang menggunakan media daun lontar dan nipah, kayu, serta logam tembaga," katanya.

Untuk aksara dan bahasa, menurut Nunung, yang terdapat dalam naskah kuno koleksi Museum Sri Baduga yang beragam, yaitu Pranagari, Jawa Kuno, Sunda Kuno, Cacarakan, Arab (Pegon), serta Latin. Sementara bahasa yang digunakan Jawa Kuno, Sunda Kuno, Jawa Cirebon, dan Arab.

Nunung memaparkan, kekayaan naskah kuno yang dimiliki masyarakat Jawa Barat jumlahnya banyak dan beragam, yakni aksara, huruf, bahasa, serta bahan. Akan tetapi, sebagian besar telah rusak dan bahkan disinyalir hampir punah.

"Sebagian besar khazanah naskah kuno belumlah terpelihara secara baik serta belum digali kandungan isinya secara optimal sehingga upaya penelitian, pengkajian, dan penyebarluasan perlu makin terus ditingkatkan termasuk melaksanakan kegiatan bedah naskah kuno," kata Nunung.

Salah satu program yang sedang dilaksanakan Balai Pengembangan Museum Negeri Sri Baduga ialah Transliterasi dan Reproduksi Naskah Kuno (Digitalisasi dan Penyalinan) melalui kegiatan peningkatan apresiasi permuseuman Jawa Barat.

Bengkulu Bersiap Gelar Festival Tabot

Bengkulu - Ratusan tenda disiapkan untuk disewakan kepada para pedagang pada Festival Tabot yang akan digelar di Bengkulu mulai 14 hingga 24 November 2012.

"Sebanyak 120 tenda untuk tempat berjualan para pedagang yang berasal dari dalam dan luar daerah telah disiapkan dengan biaya Rp2,5 juta untuk ukuran 3x4 meter dan Rp5 juta untuk ukuran 6x4 meter," kata Ketua Dewan Asyura Tabot Bengkulen selaku Event Organizer festival tabot 2012 Bengkulu, Ali Arifin, Rabu.

Ia mengatakan, pembayaran sewa tenda yang dilengkapi penerangan listrik tersebut melalui Bank Mandiri. Tenda mulai dibuka pada 11 November 2012.

"Untuk lapak-lapak kecil saya telah menunjuk koordinator lapangannya dengan biaya melihat kemampuan dan ekonomi pedagang karena kami tidak hanya ingin mengejar target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetapi juga meningkatkan ekonomi pedagang-pedagang kecil," ujarnya.

Selain itu, pedagang juga akan dikenakan biaya keamanan dan kebersihan yang akan dipungut perhari dengan jumlah bervariasi.

"Tenda dan kwh listrik itu akan menghabiskan biaya sekitar Rp40 juta. Saat ini tenda yang sudah disewa sekitar 50 persen sehingga kami berupaya untuk membayar PAD yang diminta Dinas Pariwisata sebesar Rp100 juta itu dibayar dua hari sebelum kegiatan dimulai," ujarnya.

Pada kegiatan tahunan tabot 2012 ini Pemerintah Kota Bengkulu menetapkan bisa memperoleh Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp150 juta dari dua Event Organizer (EO) yakni Dewan Asyura Tabot Bengkulen dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).

"Untuk mencegah tidak tercapainya target PAD sebelum tahun sebelumnya maka PAD tersebut harus disetorkan oleh EO dua hari sebelum hari H yakni dari Dewan Asyura Tabot Bengkulen sebesar Rp100 juta dan SPSI Rp50 juta," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Bengkulu, Kemas Zaini.

Jika kedua EO tersebut tidak sanggup membayar maka akan diganti dengan EO lain yang sanggup membayarnya.

Untuk pelaksanaan tabot tersebut, Dinas Pariwisata mendapat alokasi dana sebesar Rp175 juta. Selain itu terdapat dana hibah dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset (DPPKA) sebesar Rp300 juta yang nantinya langsung diserahkan kepada Kerukunan Keluarga Tabot sebagai tambahan biaya membuat tabot sakral dan tabot pembangunan.

Upacara tabot dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husien di Padang Karbala Irak.

Tabot yang berarti peti mati adalah lambang peti yang berisi jenazah Husien yang diarak masyarakat Bengkulu pada hari ke-10 menuju pemakaman Karabela yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.

Taman Sri Deli Akan Dilengkapi Panggung Budaya

Medan, Sumut - Taman Sri Deli Medan, Sumatera Utara, akan dilengkapi dengan panggung terbuka untuk acara seni dan budaya tradisional di daerah itu.

"Pada 2013 kami harapkan panggung tersebut sudah bisa digunakan untuk pagelaran seni dan budaya," kata Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan Agus Suryono di Medan, Selasa.

Menurutnya, pendirian panggung seni dan budaya di salah satu taman kota terbesar di Medan tersebut bertujuan menambah sarana rekreasi bagi masyarakat dan wisatawan domestik maupun mancanegara.

Disbudpar Kota Medan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan di daerah itu akan menyiapkan agenda pertunjukan seni dan budaya di panggung terbuka itu secara terjadwal.

Kegiatan pentas seni dan budaya, lanjutnya, merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan daya tarik wisatawan berkunjung ke Medan.

"Melalui panggung terbuka itu, para wisatawan bisa menyaksikan beragam seni dan budaya khas di Sumatera Utara," ujarnya.

Agus mengakui, di Ibu kota Provinsi Sumatera Utara (Sumut) itu selama ini tergolong sangat minim kegiatan pementasan seni dan budaya yang digelar secara rutin di tempat umum.

Taman Sri Deli yang berlokasi di pojok persimpangan Jalan Sisingamangara dengan Jalan Masjid Raya Medan dinilai salah satu lokasi strategis untuk acara pementasan seni dan budaya.

Sebab, di sekitar lokasi tersebut banyak terdapat hotel dan penginapan yang selama ini dihuni para wisatawan sebelum melanjutkan perjalanan ke berbagai objek wisata lain di Sumut.

Dikatakannya, Pemerintah Kota (Pemkot) Medan melalui Disbudpar akan terus berupaya meningkatkan kualitas penataan sarana pariwisata di daerah itu.

"Upaya ini kami lakukan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan di bidang industri pariwisata," katanya.

Disebutkannya, Pemkot Medan tahun 2012 menargetkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke daerah itu bisa mencapai sedikitnya 250 ribu orang.

Sementara itu, pengamat pariwisata Dedi Nelson Fahrurrozy menilai, Medan perlu segera dilengkapi sarana untuk kegiatan pementasan seni dan budaya secara rutin.

"Acara pementasan seni dan budaya ini juga hendaknya dikemas secara baik, sehingga dapat menberi daya tarik bagi wisatawan," ujarnya.

Penyebab Warisan Budaya Tak Benda RI Diklaim Negara Lain

Denpasar, Bali - Warisan budaya tak benda di Indonesia, seperti tradisi lisan, kesenian, adat hingga foklore, belum terinventarisasi dengan baik. Banyak potensi budaya lain mendesak didata.

Menurut Dosen Antropolgi Universitas Indonesia Dr Ir Yophie Septiady, belum optimalnya sistem pencatatan warisan budaya tak benda sangat ironis dengan kekayaan budaya yang dimiliki. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya warisan budaya tak benda, seperti tradisi lisan, kesenian, adat istiadat, ritus, cerita rakyat, praktek keagamaan, dan budaya.

"Kelemahan mendasar karena orang Indonesia menganggap semua warisan budaya tak benda sebagai satu hal yang biasa-biasa saja, tanpa makna berarti, apalagi mau dipelajari dan diteliti," ujarnya saat menjadi pembicara dalam Sosialisasi Pencatatan Budaya Tak Benda di Denpasar, Bali, Selasa (30/10/2012).

Selain itu, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui akar budaya dari warisan budaya tak benda tersebut. Menurutnya, mengetahui akar budaya sangat penting sebagai landasan soal kepemilikan, dan bisa dijelaskan bila terjadi pengklaiman dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Dia menilai, hingga saat ini proses pencatatan belum terintegrasi dengan baik dan masih banyak muatan kepentingan dan politik lainnya. Hal senada disampaikan Kasubdit Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Restu Gunawan. Dari pencatatan terakhir, saat ini baru sekira 2108 warisan budaya tak benda yang tercatat. Sementara, pencatatan warisan budaya benda sejumlah 11.627 benda tak bergerak dan 53.585 benda bergerak.

"Kekayaan budaya tak benda kita luar biasa biasa banyaknya, masih ada ribuan yang belum dicatat karena berbagai faktor, di antaranya tidak bisa diterjemahkan ke dalam konsep ilmiah," ujar Restu.

Dia mengatakan, banyak orangtua sebagai pelaku sejarah yang mengetahui asal muasal sejarah warisan budaya tak benda tidak menularkan pengetahuan yang dimiliki kepada generasi muda. Celakanya, generasi muda saat ini cenderung tidak tahu atau tidak mau tahu dengan peninggalan leluhur yang cukup penting. Juga, kondisi itu diakibatkan terputusnya informasi dan sejarah yang minim.

Untuk itu, mulai pencatatan secara sistematis menjadi penting sekarang, bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, namun juga semua pihak mulai dari masyarakat, LSM, pemerhati budaya, akademisi dan masyarakat pelosok.

Misi Seni dan Budaya Jabar ke Negeri Kiwi

Bandung, Jabar - Berdasarkan undangan dari Kedutaan Besar RI Selandia Baru untuk berpartisipasi pada acara Indonesia Fair 2012 di Kota Auckland, Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar mengirimkan tim promosi seni dan budaya. Tim yang terdiri dari penari Topeng dan Jaipong Anggraeni (24), lalu Gira Mayang Septantia (27) dan Tata Hendayana (39) dari Saung Angklung Udjo, dan Mojang Jabar 2011/Putri Indonesia 2012 Ryan Putri Astrini (22) berangkat menuju Negeri Kiwi tersebut pada pekan ketiga Oktober 2012 lalu.

Pada Indonesian Fair 2012 yang digelar di Gedung Olah Raga Auckland North Shore Event Centre itu, tim kesenian yang diundang berasal dari provinsi Jabar, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Timur, dan DKI Jakarta. Turut diputar pula dua film di bioskop dadakan di lantai dua, yaitu “Garuda di Dadaku” dan “Rumah Tanpa Jendela”.

Selain seni dan budaya, juga terdapat sejumlah stand aneka makanan dan minuman khas Indonesia, lalu stand dari KBRI, Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan juga stand travel, serta aneka produk khas Indonesia dan stand batik.

Dengan demikian selain melihat (seni dan budaya, serta film), pengunjung juga dapat merasakan (cita rasa) kuliner. Bahkan mereka juga mendapat dua bungkus mi instan ketika memasuki kawasan pameran, di mana salah satu petugas pembagi mi adalah putri dari Dubes RI.

TImseni dan budaya Jabar mendapat kesempatan tampil enam kali, yaitu tari Topeng dua kali, tari Jaipong dua kali, dan bermain angklung interaktif dua kali.

Sektor panggung menjadi bagian penampil tari Anggareni, dan angklung yang dipandu Gira dengan iringan keyboard oleh Tata. Sedangkan stand Disparbud Jabar dan satu-satunya provinsi yang mendapat stand pameran dikawal Ryan Putri yang juga menjadi Duta Pariwisata Jabar.

Stand Jabar menampilkan sejumlah foto kekayaan alam dan kuliner, lantas dipajang pula satu set angklung dua oktaf, kain dan baju batik, wayang golek, miniatur kendang dan angklung, kelom geulis, beubeur (sabuk) awi, dll.

Sedangkan untuk mengabarkan event tersebut, selain melalui iklan di media cetak, Dubes RI untuk Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga, Agus Sriyono sempat tampil di acara “Good Morning” stasiun televisi lokal TV1, Jumat (19/10/12) pagi.

Pada kesempatan tersebut seorang chef, Petrus Verona Purwoko, memperagakan pembuatan Nasi Goreng. Sementara pemandu acara sesekali berbicara dengan Dubes.

Pada sore hari, Dubes Agus Sriyono sempat menjamu para pengisi acara di Angie’s Kitchen, Auckland. Hadir pula jajaran kedubes RI, konjen kehormatan di Auckland, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Menurut Agus, selain hubungan bilateral Indonesia - Selandia baru sedang baik, terbukti dari kunjungan Perdana Menteri Selandia baru John Key ke Jakarta pada April lalu, ada peluang untuk meningkatkan hubungan lewat perdagangan, investasi, dan pariwisata.

"Mari kita mengangkat Merah Putih. Tahun depan kita akan kembangkan lagi destinasi, sehingga warga setempat yang melihat tarian (di pameran) akan datang ke tempat asalnya," ujarnya.

Pada keesokan harinya, Sabtu (20/10/12) pagi rombongan sudah harus berada di lokasi untuk mempersiapkan stand pameran, termasuk latihan beberapa jam sebelum tampil. Pameran dibuka siang hari dengan sambutan dari Dubes, dan para penampil mulai beraksi di atas panggung.

Acara yang diselenggarakan KBRI dan Komunitas warga Indonsia di Auckland itu menampilkan Tari Cendrawasih dari Bali, Tari Njot-njotan dari Betawi, Tari Saman Aceh, Sajojo dan Poco-poco, dan Tari Piring dari Sumatra Barat dibawakan rombongan penari asal Jakarta yang dibawa Kemenparenkraf. Sedangkan delegasi Jabar menampilkan Tari Jaipong dan Tari Topeng, serta bermain angklung interaktif. Sementara wakil dari Nusa Tenggara Timur membawakan lagu “Tanah Air” dan “Mana Lolo Banda” dengan iringan alat musik Sasando.

Sisa udara dingin yang menyergap Auckland yang seharusnya sudah mulai hangat di bulan Oktober seakan sirna ketika tim dari Jabar dan dari provinsi lain tampil di atas pentas. Gerakan gagah dari penari Topeng, Anggraeni dengan iringan musik menghentak setelah upacara pembukaan mampu memukau penonton.

Acara bermain angklung interaktif yang dipandu Gira dan diiringi Tata mengisi penggalan waktu berikutnya setelah tarian Njot-njotan. Sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Selandia baru turut membantu membagi-bagikan angklung.

Gira memandu para pemegang angklung, dari anak-anak hingga dewasa, untuk mengenal cara menggoyangkan angklung, yaitu goyangan pendek-pendek, lalu goyangan panjang, dan goyangan agak panjang.

Kemudian materi ditambah dengan memberikan kode-kode tangan tertentu untuk setiap nada. Hingga akhirnya mulai membawakan sejumlah lagu dengan iringan keyboard oleh Tata.

Dalam tempo 10 menit, para pemula pemain angklung sudah bisa memainkan lagu dengan apik, antara lain “Burung Kakak Tua", “Twinkle-twinkle Little Star”, dan "Heal The World".

“Moodnya dapet,” ujar Gira ketika melihat antusiasme pengunjung dengan berkerumun di dekat panggung.

Demikian pula saat tarian Jaipong dengan musik berirama riang dan gerakan yang lincah dari Anggraeni bisa membuat pengunjung betah menyaksikannya.

Pada pertunjukan angklung interaktif kedua, para pengunjung bisa membawa pulang angklung yang mereka mainkan. Bahkan banyak yang sengaja mendatangi stand Jabar di bagian ujung panggung karena tidak mendapat angklung. Sungguh antusiasme yang menyenangkan dan seakan memupus kerepotan saat membawa ratusan angklung dari Bandung ke Auckland.

Pertunjukan Budaya, Siswa SMAN 5 Bandung Pukau Penonton di AS

Jakarta - Sepuluh siswa SMA Negeri 5 Bandung yang sedang mengikuti program belajar di Senior Height High School, di kota Fort Worth, sekitar 500 km utara Houston, Sabtu malam lalu (27/10/2012) memukau masyarakat penonton di Houston dan sekitarnya.

Mereka menampilkan pertunjukkan lagu, presentasi dan tarian Indonesia di Konsulat Jenderal RI Houston antara lain tari Merak, Kuda Lumping dan Selendang. Sejumlah penari dari masyarakat Indonesia di Houston juga ikut memeriahkan malam budaya Indonesia itu.

Pertunjukan seni budaya Indonesia itu disaksikan sekitar 200 orang, termasuk pejabat pemerintah setempat, Konsul Jenderal dan Konsul negara sahabat, antara lain Korea, Belanda, Swiss, perwakilan kantor Senator dan tokoh masyarakat Houston lainnya.

Konsul Jenderal RI di Houston, Al Busyra Basnur mengatakan bahwa pertunjukan pelajar SMA itu tidak hanya dalam rangka mempromosikan seni dan budaya Indonesia di luar negeri. Mereka juga sekaligus menunjukkan kepada masyarakat Amerika Serikat, khususnya Houston dan sekitarnya bahwa generasi muda Indonesia sangat mencintai, menghargai dan mampu menampilkan seni budayanya dengan baik didepan publik.

“Pertunjukan mereka sangat bagus, bahkan memukau masyarakat Houston”, kata Konjen Al Busyra Basnur dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Senin(29/10/2012).

Sekitar dua minggu mereka di Arlington Height High School, Fort Worth, mereka tidak hanya belajar di kelas bersama murid-murid AS lainnya. Mereka juga mempromosikan seni dan budaya Indonesia dalam berbagai pertunjukan seni dan budaya Indonesia di kota berpenduduk hampir 800.000 itu.

Pelajar SMA Negeri 5 Bandung itu didampingi oleh dua guru, yaitu Benny Amran Hamid dan Sri Kurniatin Setiawati.

Sejumlah 50 orang masyarakat Indonesia yang tergabung dalam Kerukunan Masyarakat Indonesia (KMI) di Dallas, sekitar 500 km di utara Houston, juga datang ke KJRI Houston untuk menyaksikan malam budaya Indonesia tersebut dan bersilaturahmi dengan KJRI Houston. Mereka datang bersama keluarga masing-masing.

“Kami senang sekali diundang oleh KJRI Houston, apalagi karena sebagian besar dari kami belum pernah berkunjung ke KJRI”, kata Donny Tigor Hardono, Ketua KMI Dallas.

“Pameran foto di KJRI Houston menambah pengetahuan dan wawasan kami pula”, tambah Donny mengomentari pameran foto keindahan Indonesia dan kegiatan KJRI yang diselenggarakan KJRI di ruang utama gedung itu.

Minggu pagi (28/10/2012), masyarakat Indonesia di Dallas itu makan pagi dan beramah tamah dengan Konjen RI di kediaman Konjen. Mereka antara lain membicarakan kegiatan KMI ke depan bersama KJRI Houston.

“Masyarakat Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan berbagai program dan kegiatan KJRI Houston”, kata Konjen Al Busyra Basnur.

Gelar Budaya Nusantara Berlangsung Meriah

Jakarta - Gelar Budaya Nusantara 2012 yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berlangsung meriah. Kebudayaan dari berbagai daerah disajikan dengan begitu indah.

Gelar Budaya 2012 yang mengambil tema 'Ritus-ritus Pangan Nusantara' itu diikuti oleh delapan komunitas adat di Indonesia. Acara dimulai pada 27 Oktober lalu dan dibuka langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti.

"Tujuan Gelar Budaya Nusantara ini selain untuk seni tradisi yang kita miliki hidup lestari dan terus berkembang, saya percaya dari senilah benteng tradisi bisa dipertahankan," kata Wiendu saat pembukaan di Monumen Tugu Api Pancasila, TMII, Jakarta Timur, Sabtu (27/10).

Hari pertama, acara dibuka dengan pertunjukkan seni dan berbagai daerah. Ada Reog Ponorogo asal Jawa Timur dan Topeng Ireng asal Gunung Merapi Jogjakarta. Banten pun tak ketinggalan dengan memamerkan pertunjukkan keseniannya lewat Upacara Saren Taun.

Upacara Saren Taun dilakukan oleh komunitas adat dari Kasepuhan Cisungsang, Banten. Dan mendapatkan apresiasi yang meriah dari penonton.

Acara yang diselenggarakan Direktorat pembinaan Kesenian dan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan TMII ini digelar selama 3 hari, mulai 27-29 Oktober 2012.

Kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia ditampilkan. Sebut saja Upacara Randang Lingko dari Manggarai, NTT, Upacara Adat Dumaan dari Suku Dayak Kayaan Bahau di Kalimantan Timur, dan Ritual Kebo-keboan dari

Acara dimulai dari pagi sampai magrib di Tugu Api. Malam harinya, dilanjutkan dengan pertunjukkan seni di arena panggung, tak jauh dari Tugu Api TMII. Acara ditutup, Senin (29/10) dengan pertunjukan Angklung dari Banten, Rego dari Sulawesi Tengah dan Wayang Kampung Sebelah.

Jokowi Jalin Kerja Sama Budaya dengan Malaysia

Jakarta - Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Syed Munshe Afdzaruddin Syed Hassan pada pukul 10.00 WIB berkunjung ke Balaikota untuk bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. "Kita mau berbincang-bincang khusus dahulu," kata Datuk Syed Munshe Afdzaruddin Syed Hassan kepada wartawan yang bertanya tentang maksud kedatangannya di Balaikota, Jakarta, Senin (29/10/2012).

Pertemuan tertutup itu berlangsung selama lebih kurang 45 menit. Seusai pertemuan, Jokowi memaparkan, pertemuannya dengan Dubes Malaysia membicarakan soal kerja sama budaya dengan negeri jiran itu.

"Kita ingin menggerakkan warga Jakarta dan Malaysia karena pada Juni 2013 akan ada banyak festival kebudayaan di Jakarta, seperti Jakkarnaval dan Monas Performing Art. Banyak delegasi karnaval dari Malaysia dan beliau menyanggupi waktunya. Kita juga akan mengirim delegasi ke Malaysia," katanya.

Menurut Jokowi, kerja sama antara dua negara tetangga ini sangatlah penting, terutama dari sisi kebudayaan. Indonesia dan Malaysia adalah bangsa serumpun. "Membangun sisi pariwisata, itu yang paling mendesak. Ada yang khusus, tapi enggak usah disampaikanlah," kata Jokowi.

Syed Munshe Afdzaruddin Syed Hassan datang bersama sejumlah staf kedutaan. Ia datang menggunakan mobil dinas Kedutaan Besar Malaysia, Mercedes Benz dengan nomor polisi CD 47 01. Menerima Duta Besar Malaysia, Jokowi didampingi Sekretaris Daerah Fadjar Panjaitan dan Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Sukesti Martono.

Kemedikbud Akan Bangun Rumah Budaya Indonesia di 8 Negara

Yogyakarta - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI akan mendirikan rumah budaya Indonesia di delapan negara yang dianggap strategis di dunia, diantaranya Amerika, Belanda dan Perancis. Rumah budaya ini untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat dunia.

"Tahun 2013 mendatang akan kita mulai di delapan negara. Pendirian rumah budaya ini dimaksudkan untuk membangun citra positif kehidupan budaya Indonesia di negara-negara strategis," kata wamendikbud bidang kebudayaan, Prof Dr Wiendu Nuryati usai membuka Grand Strategy Meeting Dalam Rangka Persiapan World Culture for Development Forum 2013, Sabtu (27/10/2012), di Inna Garuda Yogyakarta.

Wiendu menambahkan, adanya rumah budaya tersebut semakin menegaskan Indonesia sebagai satu-satunya tempat bagi dunia dalam membangun dialog kebudayaan, di samping memberikan dampak citra positif tentang kehidupan budaya Indonesia, pada masyarakat di negara-negara yang dipandang strategis tersebut.

"Rumah budaya ini kian memperkuat jaringan kita ke dunia luar," katanya.

Kekayaan geografis dan budaya Indonesia yang memiliki ratusan etnis, bahasa, dan budaya menjadi pilihan bagi pengembangan kemajuan kebuadayaan dunia. "Bila negara maju berorientasi pada politik dan ekonomi, maka Indonesia akan menjadi rujukan untuk dialog kebuadayaan," katanya.

Lebih lanjut Wiendu menambahkan, selain membangun rumah budaya di luar negeri, di dalam negeri pun akan dibangun pusat-pusat kebuyaan. Selain sebagai bahan kajian dan berbagai penelitian kebudayaan, diharapkan juga menjadi pusat pariwisata. Salah satu pusat kebudaayaan yang akan dibangun tersebut adalah pengembangan museum budaya gunung di berbagai daerah di Indonesia.

"Saat ini kita tengah mendisain museum budaya gunung Merapi di DIY. Dalam museum budaya gunung Merapi itu nantinya akan kita sajikan budaya dan kesenian masyarakat di sekitar gunung sebelum terjadi erupsi, situasi dan budaya yang berkembang di masyarakat saat erupsi dan pasca erupsi. Tahun 2013 kita harapkan pembangunan sudah dapat dimulai," kata Wiendu.

Warga Tenggarong nikmati "fashion art carnival"

Tenggarong, Kaltim - Ribuan warga Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, Sabtu, menyaksikan acara Kutai Kartanegara Fashion Art Carnival (KFAC) dengan tema "Exploring Borneo" yang dilepas Bupati Rita Widyasari di halaman Kantor Bupati Kukar.

Beraneka ragam kostum unik dan menarik memberikan hiburan berbeda bagi ribuan warga dan pengunjung Tenggarong, yang sudah menantikan aksi tersebut dari Kantor Bupati Kukar Jalan Wolter Monginsidi hingga depan Sekretariat Gerbang Raja Jalan KH Akhmad Mukhsin.

KFAC dengan kegiatan "Fashion On The Street" atau peragaan busana di jalan raya itu diawali dengan penampilan atraktif anggota Jember Fashion Carnaval (JFC), yang diiringi Marching Band JFC.

Sedangkan KFAC, diikuti 89 orang yang merupakan hasil binaan melalui workshop KFAC yang dilaksanakannya beberapa waktu lalu, dengan instruktur dari JFC. Ke-89 orang tersebut terdiri dari 60 pelajar SLTA dan 29 lainnya peserta umum.

Peserta KFAC dibagi tiga grup, yaitu merah dengan tema Hudoq, hijau bertema tameng, serta grup kuning yang mengusung tema kipas.

Dalam sambutannya, Bupati Kukar Rita Widyasari mengaku bangga atas terlaksananya KFAC yang baru pertama kali dilaksanakan di Kaltim itu, serta kegiatan tersebut memang harus dikemas secara spektakuler.

"Saya harap dengan KFAC ini pariwisata Kukar semakin dikenal. Banyak hal yang kami garap untuk mendongkrak kunjungan wisata ke Kukar, dengan harapan untuk menggantikan ketergantungan pendapatan daerah dari sumberdaya alam," paparnya.

Usai melihat penampilan peserta secara keseluruhan, Rita mengaku senang dan bangga atas kreativitas putra-putri Kukar.

"Memang keren, aku suka. Tinggal percaya diri saja lagi yang perlu diasah," ujarnya saat ditanyai usai kegiatan tersebut.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kukar, Sri Wahyuni, selaku pelaksana kegiatan tersebut mengatakan KFAC akan dihelat tiap tahun dengan tema yang berbeda.

Menurut dia, kegiatan tersebut diharapkan menjadi event monumental yang menghibur dan mendidik.

"Ini untuk menumbuhkembangkan fashion sebagai ekonomi kreatif serta mendidik talenta lokal dibidang fashion," ujar Sri.

Sri juga berharap KFAC diharapkan dapat mewakili Kaltim pada festival Archipelago pada Novemeber tahun depan di Jakarta.

Heboh Video Mesum Sejoli Siswa SMP di Belakang Stasiun

Pasuruan, Jatim - Gara-gara malu karena video mesum yang memuat adegan tak pantas dilakukan oleh anak seusianya menyebar luas, dua siswa-siswi SMP negeri di Kecamatan Nguling, Pasuruan, Jawa Timur terpaksa harus putus sekolah.

"Kedua orangtua pasangan murid sekolah pertama telah menyerahkan surat pengunduran diri anak mereka seminggu yang lalu,"ujar Wakil Kepala Sekolah SMPN 3 Nguling, Zamroni, Senin(15/10/2012).

Menurut Zamroni pihak sekolah sudah berupaya untuk berdialog dengan orangtua serta kedua pelaku guna menemukan solusi terbaik. "Namun kedua murid tersebut akan dibina oleh orangtua masing-masing dan akan dimasukkan ke Ponpes, " tambah Zamroni.

Peristiwa yang membuat prihatin para orangtua tersebut terjadi ketika liburan sekolah beberapa waktu lalu, AM siswa kelas VIII yang berpacaran dengan kakak kelasnya SNK siswi kelas IX, melakukan adegan mesum di belakang stasiun lama Grati.

Perbuatan keduanya direkam oleh seseorang yang diduga teman mereka menggunakan kamera Handphone. Alhasil video yang berdurasi 11 menit 57 detik tersebut langsung menyebar dengan cepat di kalangan pelajar maupun masyarakat di Kecamatan Grati serta Kecamatan Nguling.

Dalam rekaman video tersebut tampak kedua ABG bau kencur itu beradegan mesra dengan pakaian bagian atas terbuka atau topless. Keduanya tampak tidak malu meskipun melakukannya di tempat terbuka karena suasana di belakang stasiun tersebut memang sepi. Entah sadar atau tidak perbuatan mereka sedang direkam, keduanya terus saja berasyik masyuk.

Setelah tersebar luas dan meresahkan masyarakat, pihak sekolah akhirnya memanggil para pelaku beserta orangtuanya guna klarifikasi. Namun dengan kesadaran akibat perbuatan memalukan tersebut, sejoli itu telah mengundurkan diri dari sekolah sejak tanggal 10-10-2012 lalu dengan menyertakan surat pernyataan bermeterai.

Menghadapi semakin memprihatinkannya kelakuan para remaja saat ini, pihak sekolah mengimbau agar para orangtua lebih memperhatikan dan mengawasi anak remaja mereka agar terhindar dari perbuatan negatif dan terpengaruh oleh film porno maupun adegan-adegan yang tak pantas ditiru oleh anak seusia mereka.

Dua ABG di Kalimantan buat video porno di pinggir sungai

Polres Kutai Kartanegara dan Polresta Samarinda menangani tiga kasus video mesum, yang dua di antaranya diperankan pelaku yang masih berstatus pelajar sebuah SMP di Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Video mesum yang melibatkan pelajar sebuah SMP di Kecamatan Loa Kulu, kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Kutai Kartanegara, Inspektur Satu Suwarno mengatakan, sudah dalam proses penuntutan di Pengadilan Negeri setempat.

"Kasus itu sudah lama dan saat ini prosesnya sudah dalam tahap penuntutan di Pengadilan Negeri Tenggarong, Kutai Kartanegara. Pemeran pria pada video itu kami telah jerat Undang-undang Nomor 32 tahun 2012 tentang Perlindungan Anak. Sementara, pemeran wanitanya hanya sebagai saksi karena dia adalah korban dan masih di bawah umur," ungkap Suwarno seperti dikutip antara, Minggu (21/10).

Pada video mesum yang direkam melalui kamera telepon genggam tersebut terlihat, keduanya melakukan adegan tak senonoh di pinggir sungai di atas kendaraan roda dua.

Pada video berdurasi sekitar tiga menit itu juga terlihat pemeran wanita yang masih belia mengenakan seragam olah raga yang bertuliskan nama sekolah.

Sementara, pada video kedua berdurasi sekitar enam menit yang juga diduga dilakukan di wilayah hukum Polres Kutai Kartanegara menunjukkan seorang wanita dan seorang pria terlihat melakukan adegan intim.

Pada adegan yang dilakukan di sebuah pondok dengan latar belakang semak-belukar itu juga terlihat beberapa pria termasuk yang merekam adegan tersebut menggunakan telepon genggam.

"Walaupun bahasanya terdengar menggunakan dialek dan logat etnis tertentu di sini tapi kita belum tahu apakah adegan itu dilakukan di wilayah hukum Polres Kutai Kartanegara atau bukan. Tapi yang jelas, kami masih melakukan penyelidikan terkait merebaknya video mesum yang dilakukan seorang wanita dan beberapa pria tersebut," kata Suwarno.

Sementara, video mesum lainnya yang melibatkan dua pelajar sebuah SMP di Samarinda juga saat ini tengah ditangani Polresta Samarinda.

"Dua orang yang diduga sebagai perekam dan yang menyebarluaskan adegan mesum yang dilakukan dua pelajar itu telah kami tahan dan tetapkan sebagai tersangka. Keduanya yakni, Ms (25) dan Rd (25), keduanya warga Jalan Merapi, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara dijerat pasal 29 dan 35 Undang-undang RI No 44 Tahun 2008 tentang pornografi dengan ancaman hukuman diatas lima tahun penjara," ungkap Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal Polresta Samarinda, Ajun Komisaris Sekar Wijayanti yang dihubungi Minggu petang.

Sementara, pemeran pria video mesum berdurasi 52 menit, 17 detik yang masih berusia 15 tahun itu, lanjut Sekar Wijayanti, juga terancam ditetapkan tersangka dan dijerat pasal 81 dan 82 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

"Kasus ini dilaporkan keluarga korban yang masih berusia 13 tahun kemudian kami kembangkan dan berhasil menangkap dua perekam adegan mesum itu. Sementara, pemeran pria yang juga masih di bawah umur yakni berusia 15 tahun pada Senin, pekan depan akan kami lakukan pemeriksaan lanjutan," kata Sekar Wijayanti. [ian]

Tiga Video Porno Pelajar Goncang Kutai Kertanegara

PERGAULAN bebas di Kutai Kartanegara (Kukar) semakin memprihatinkan. Tiga video porno mencuat bulan ini, jelas menggoncang masyarakat di kabupaten yang kaya dengan hasil tambang batu bara serta minyak dan gas bumi (migas) ini. Terlebih pemeran video layak sensor itu diduga oknum pelajar SMP.

TERIK siang tak mengurangi hasrat dua sejoli yang bukan pasangan sah, memadu kasih ke sebuah hamparan semak belukar di Kecamatan Sebulu, Kukar. Yang pria menggunakan sepeda motor Suzuki Shogun, sedang yang perempuan menggunakan Yamaha Mio. Pasangan ini belakangan diketahui masih duduk di bangku SMP di Sebulu. Mereka terinspirasi sebuah video dewasa. Lahan kosong pun menjadi sasaran mereka untuk melancarkan aksi terlarang.

Tak ingin kehilangan momen, mereka merekamnya dalam sebuah telepon seluler yang dilengkapi kamera video. Film biru yang pernah ditontonnya ditiru. Belakangan video porno berdurasi 6,36 menit yang mereka buat itu tersebar, setelah ponsel tempat rekaman itu jatuh ke tangan orang lain. Begitulah rata-rata awal beredarnya video semacam ini.

Suatu ketika hal itu ketahuan orangtua pemeran perempuan. Diadukanlah, pemeran laki-laki itu ke kepolisian setempat dan diproses secara hukum. Beberapa pekan berlalu, seolah masalah asusila itu telah berakhir. Tapi, nyatanya tidak demikian. Warga kembali heboh dengan tersebarnya video porno tersebut.

Selain di Sebulu, video mesum lainnya berdurasi 3 menit 34 detik mencuat di Tenggarong. Modus operandinya, seorang perempuan digauli secara bergiliran oleh beberapa lelaki. Lebih memilukan lagi, komunikasi di antaranya cukup nyaring dengan dialek suku tertentu.

Sebelum video Sebulu dan Tenggarong ini mencuat, ada satu video memilukan muncul bulan ini. Pemeran video ini disebut-sebut adalah pelajar SMP di Sangasanga. Beredarnya video porno di Sangasanga itu juga bukan kali pertama. Tahun lalu, video porno yang diperankan dua perempuan (lesbian) itu sempat menggegerkan Kota Wisata Juang. Hubungan sesama jenis itu direkam dalam sebuah telepon genggam selama 15 menit. Pelakunya berasal dari Sangasanga dan Samarinda.

Pada tahun yang sama penyebaran video porno terjadi di Kecamatan Muara Jawa. Polsek Muara Jawa pun ketika itu dengan cepat mengendus keberadaan pelakunya. Tak butuh waktu lama, kedua pelaku diamankan di Mapolsek Muara Jawa.

Penyebaran film porno yang diperagakan oleh warga di Kukar, sepertinya terus terulang. Mayoritas pemeran dalam video itu dilakukan oleh anak di bawah umur. Umumnya mereka adalah pelajar di sebuah SMA dan SMP.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar Jantje Taroreh mengatakan, saat ini zaman sudah semakin modern. Anak hingga remaja dengan mudahnya mengakses internet. Tak sedikit pula anak usia dini sudah memiliki telepon genggam. Zaman yang terus bergulir, membuat rada sulit untuk menangkal hal yang negatif. Apalagi dengan ponsel sudah bisa mengakses video porno. Bahkan, ponsel kerap kali menjadi alat untuk mengabadikan hubungan intim.

Semakin canggihnya elektronik, membuat anak di bawah umur dengan mudahnya melihat tayangan dewasa. Itu yang membuat anak-anak pada usia labil atau masa puber, punya rasa keingintahuan cukup tinggi. Hal yang negatif kerap kali dicoba, meski hanya karena rasa penasaran.

Menurut dia, pembinaan orangtua kepada anak yang kurang intensif, pemahaman agama yang minim, dan pendidikan di sekolah turut memengaruhi anak untuk melakukan tindakan tak senonoh.

Palang pintu terakhir supaya anak tidak melakukan hal-hal buruk seperti pergaulan bebas, perlu ditingkatkan pemahaman agama dan perhatian orangtua. Orangtua harus bisa memastikan anak berangkat sekolah pada pukul berapa, begitu juga dengan saat waktu pulang sekolah.

Sebab, selepas pulang sekolah, banyak anak yang tak langsung balik ke rumah. Melainkan mereka bermain dengan teman-temannya. Tindakan negatif biasanya muncul pada saat seperti ini.

Yang tadinya si anak memiliki perilaku yang baik, karena bergaul dengan teman berperilaku buruk, akhirnya tertular. “Kalau pemahaman agamanya tinggi dan perhatian orangtua juga besar. Saya rasa hal negatif tidak akan masuk ke diri anak-anak,” jelasnya.

Diskes memiliki program pencegahan seks bebas dengan melibatkan Puskesmas dan rumah sakit di Kukar. Biasanya melakukan penyuluhan tentang bahaya seks bebas yang bisa mengakibatkan HIV/AIDS. Bahkan virus ini bisa mengakibatkan kematian.

Sedangkan di sekolah, pihaknya membuat program Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Biasanya ada tim penyuluhan yang memberikan pemahaman seputar pergaulan bebas. Hanya, semua tergantung dari pribadi siswa masing-masing. Jika mereka memahami sosialisasi dan penyuluhan, kemungkinan besar siswa tak akan melakukan tindakan tak senonoh.

Kepala Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKBP3A) Kukar Aji Lina Rodiah mengatakan, selama ini belum ada laporan adanya peredaran video porno kepada pihaknya.

Kendati begitu, sejumlah cara sudah dilakukan oleh BKBP3A Kukar untuk mencegah anak usia dini melakukan tindakan tidak senonoh. Pihaknya sejak 2010 telah membentuk Forum Anak Kukar. Perkumpulan ini sejenis komunitas yang anggotanya merupakan anak usia dini.

Kini perkumpulan forum anak ini tak hanya di tingkat kabupaten. Tapi sudah mulai menyebar hingga kecamatan dan kelurahan. Tiap bulan biasanya forum anak ini memiliki aktivitas, seperti mengenalkan perilaku hidup yang baik, mencegah pergaulan bebas, hingga bahaya HIV/AIDS.

Selain itu, pihaknya juga sudah sering kali menyosialisasikan bahaya seks bebas di kalangan pelajar. Lina mengatakan, seorang anak di bawah umur yang menjadi pelaku video porno, sejatinya diberlakukan sesuai usianya. Jika ada pihak tertentu atau polisi yang mengasarinya, itu melanggar hukum. “Kami siap mendampingi anak itu (pelaku video porno, Red). Meski anak itu adalah pelakunya, tapi tetap dia adalah anak usia dini, yang butuh perlindungan dan bimbingan,” jelasnya. (rom/kri/far/fuz/jpnn)

Pengkang Pontianak

Ketan, sejak lama menjadi primadona bahan dasar untuk pembuatan penganan. Teksturnya yang liat menyebabkan ketan bisa dibuat berbagai macam penganan, baik yang berasa manis maupun asin. Di Kalimantan Barat, pengkang menjadi salah satu makanan khas berbahan dasar ketan yang kini banyak diburu para pendatang.

Pengkang sebetulnya oleh orang Tionghoa digunakan untuk menyebut segala makanan yang dipanggang. Dan, pengkang yang ada di Kalimantan Barat ini juga memang dipanggang sebelum disajikan.

Rasa gurih ketan dan ebi menjadi makin nikmat karena aroma daun pisang yang meresap setelah dipanggang.

Pengkang sebetulnya tidak jauh berbeda dengan lemper yang sudah dikenal banyak orang. Hanya saja, kalau lemper biasanya isinya daging ayam giling atau parutan kelapa, pengkang menggunakan udang kering dan masih harus dipanggang pula
Seperti lemper, bahan baku ketan juga harus dimasak dulu lalu diaduk dengan santan. Setelah diisi dengan udang kering dan dibungkus menggunakan daun pisang, pengkang lalu dikukus hingga masak.

Yang khas dari pembuatan pengkang adalah cara pemanggangannya. Dua bungkus pengkang yang sudah dikukus kemudian dijepit menggunakan bilah bambu yang setiap ujungnya diikat menggunakan bundung, sejenis tanaman menjalar yang tahan panas.

Bahan:
-Beras ketan 200 gram, cuci, rendam 2 jam
-Santan 130 ml
-Garam 1/2 sendok teh
-Daun pandan 1 lembar
-Daun pisang secukupnya, untuk membungkus

Isi :
-Ebi 300 gram, rendam, haluskan
-Bawang putih 2 siung, potong tipis, goreng
-Cabe merah 2 buah, potong tipis panjang, goreng
-Daun jeruk 3 lembar, potong halus
-Air asam 1 sendok teh
-Minyak goreng 2 sendok makan

Bumbu Halus:
-Bawang merah 3 butir
-Cabe merah 2 buah
-Cabe rawit 2 buah
-Gula merah sisir 1 sendok teh
-Garam secukupnya

Cara Membuat:
1. Campur santan, garam dan daun pandan, rebus hingga mendidih, angkat.
2. Kukus ketan hingga 1/2 matang. Angkat dan pindahkan ke dalam panci, lalu tuang
santan sedikit demi sedikit ke dalam ketan, aduk hingga rata.
3. Kukus ketan selama 30 menit hingga matang. Angkat.
4. Isi: Sangrai ebi hingga kering, sisihkan. Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun
jeruk hingga harum. Tambahkan air asam, masukkan ebi. Aduk rata. Tambahkan bawang
putih goreng dan cabe merah. Aduk rata dan masak hingga matang dan kering. Angkat.
5. Siapkan selembar daun pisang, bentuk kerucut, lalu masukkan sedikit adonan ketan dan
beri isi ebi ditengahnya, bungkus bentuk kerucut dan rapikan.
6. Bakar hingga agak kecokelatan dan harum, angkat dan sajikan.

***

Sumber: http://langsungenak.com ; http://www.lezatgrup.com | Foto: http://www.banyumurti.net

Sejarah Singkat Lukisan Kaca Cirebon

Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pula Jawa. Pada jamannya pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan berupa Lukisan Kaca Wayang. Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon.

Mengapa Lukisan Kaca disebut sebagai produk spesifik? hal itu dikarenakan Lukisan Kaca Cirebon dilukis dengan teknik melukis terbalik, kaya akan gradasi warna dan harmonisasi nuansa dekoratif serta menampilkan ornamen atau ragam hias Motif Mega Mendung dan Wadasan yang kita kenal sebagai Motif Batik Cirebon. Selanjutnya perkembangan Lukisan Kaca Cirebon boleh dikatakan “Booming” ketika pada kurun waktu 1980-1990 Sang Maestro Lukisan Kaca Cirebon TOTO SUNU menggebrak dengan Lukisan Kaca Super Besar bahkan tidak hanya besar ukurannya tetapi Nuansa Dekoratifnya demikian hidup dan terlihat sangat menawan. Banyak sekali karya-karya TOTO SUNU yang menjadi koleksi para Kolektor Lukisan, sehingga sangatlah wajar apabila Gaya dan Teknik lukisannya menjadi kiblat para Pelukis Muda hingga saat ini.

Kalau Toto Sunu mengusung Gaya Dekoratif Modern, maka lain lagi halnya dengan RASTIKA yang mengusung Gaya Dekoratif Klasik. Kedua maestro Lukisan Kaca Cirebon tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam penuangan kreatifitasnya, justeru dengan perbedaan pada Gaya yang dianutnya membuat Lukisan Kaca Cirebon terkenal diseantero Nusantara bahkan Mancanegara. Kedua Kutub dengan Gaya berbeda telah melahirkan puluhan Pelukis Muda yang berbakat dalam dunia seni lukis kaca bahkan dari kedua tokoh tersebut sangat menentukan dalam melahirkan regenerasi Pelukis Kaca Cirebon.

Terlepas dari semua itu, saat ini Lukisan Kaca Cirebon banyak dijadikan sebagai objek pembinaan dan pengembangan program peningkatan Usaha Produk Etnik yang diharapkan dapat mendongkrak Indeks Daya Beli. Beberapa diantaranya Lukisan Kaca Cirebon saat ini diarahkan kepada pembuatan produk massal yang lebih memungkinkan dalam peningkatan kapasitas produksi, peningkatan teknik produksi berorientasi pasar serta peningkatan diversifikasi produk untuk melahirkan Produk Cinderamata yang berbasis etnik.Seperti tak pernah kenal lelah Pemerintah Kota Cirebon melalui Disperindag dan Dekranasda Kota Cirfebon terus berupaya untuk meningkatkan Perkembangan Lukisan Kaca Cirebon.

Kendala klasik yang menjadi halangan perkembangan Lukisan Kaca Cirebon adalah perluasan pangsa pasar, karena tidaklah mudah mengalihkan masyarakat konsumen dari kebutuhan secunder ke kebutuhan primer. Kuncinya hanyalah ada pada ketersediaan produk Lukisan Kaca yang bermutu baik, berharga murah dan terjangkau , serta mudah dibawa dan mudah mencarinya. Hal ini membutuhkan keseriusan, ketelatenan dan kesabaran dalam menyikapi perkembangan Lukisan Kaca Cirebon.

Akhirnya , setelah sekian abad Lukisan Kaca Cirebon dikenal orang, masih banyak yang harus dilakukan dalam mempromosikan produk tersebut. Salah satunya melalui Promosi Internet yang kini menjadi sasaran dalam dunia perdagangan produk baik seni maupun kerajinan, sementara para pengguna internet telah mewabah diseantero jagat ini dan bukan mustahil Promosi Internet lebih banyak mamfaatnya bagi produsen barang seni dan kerajinan termasuk Produk Lukisan Kaca Cirebon.

Kehadiran DURIAN 19 ARTS bersama situsnya yang bernama durian19-arts.com memiliki banyak peluang dalam promosi Produk Lukisan Kaca Cirebon , walaupun memang bukan yang pertama dalam melakukan promosi melalui internet. Namun setidaknya kehadiran durian19-arts.com akan melengkapi wahana promosi bagi Pelukis Kaca Cirebon lainnya. Mudah-mudahan dengan kehadiran situs ini akan memberikan mamfaat bagi perkembangan Lukisan Kaca Cirebon yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para Pelukis Kaca Cirebon. Semoga.

***

Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata ‘Ma Hyang’ yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna ‘bayangan’, hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Jenis-jenis Wayang Kulit Berdasar Daerah

Wayang kulit dilihat pada sisi bayangannya.
Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
Wayang Kulit Gagrag Surakarta
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
Wayang Bali
Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
Wayang Betawi (Jakarta)
Wayang Cirebon (Jawa Barat)
Wayang Madura (sudah punah)
Wayang Siam
Pembuatan

Wayang kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.

Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan pemasangan bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerak bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan lebih lama dibandingkan dengan yang bront.

Dalang Wayang Kulit

Dalang-dalang wayang kulit yang mencapai puncak kejayaan dan melegenda antara lain almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo), almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang, gaya Solo), almarhum Ki Surono (Banjarnegara, gaya Banyumas), Ki Timbul Hadi Prayitno (Yogya), almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Jogjakarta),Ki Soeparman (gaya Yogya), Ki Anom Suroto (gaya Solo), Ki Manteb Sudarsono (gaya Solo), Ki Enthus Susmono, Ki Agus Wiranto. Sedangkan Pesinden yang legendaris adalah almarhumah Nyi Tjondrolukito.

Dalang adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Dalam terminologi bahasa jawa, dalang (halang) berasal dari akronim ngudhal Piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, informasi. Jadi keberadaan dalang dalam pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh.

***

Sumber: Wikipedia

Wayang Golek

Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan. Pertunjukan ini mulai dipopulerkan di Tanah Jawa oleh Sunan Kudus.

Wayang
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.

Perkembangan
Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll.

Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; Perang raket; dan 9) Tutug.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

***

Sumber: Wikipedia.

Wayang Purwa

Wayang purwa atau wayang kulit purwa. Kata purwa (pertama) dipakai untuk membedakan wayang jenis ini dengan wayang kulit yang lainnya. Banyak jenis wayang kulit mulai dari wayang wahyu, wayang sadat, wayang gedhog, wayang kancil, wayang pancasila dan sebagainya. Purwa berarti awal, wayang purwa diperkirakan mempunyai umur yang paling tua di antara wayang kulit lainnya. Kemungkinan mengenai berita adanya wayang kulit purwa dapat dilihat dari adanya prasasti di ababd 11 pada zaman pemerintahan Erlangga yang menyebutkan:

“Hanonton ringgit manangis asekel muda hidepan, huwus wruh towin jan walulang inukir molah angucap” (Ada orang melihat wayang menangis, kagum, serta sedih hatinya. Walaupun sudah mengerti bahwa yang dilihat itu hanya kulit yang dipahat berbentuk orang dapat bergerak dan berbicara).

Petikan di atas adalah bait 59 dalam Kakawin Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa (1030), salah satu sumber tertulis tertua dan autentik tentang pertunjukan wayang kulit yang mulai dikenal di Jawa, yaitu pada masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga di Kerajaan Kediri.

Wayang purwa sendiri biasanya menggunakan ceritera Ramayana dan Mahabarata, sedangkan jika sudah merambah ke ceritera Panji biasanya disajikan dengan wayang Gedhog. Wayang kulit purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak, ada gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogjakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainnya.

Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit kerbau, yang ditatah, diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan gapit.

Ditinjau dari bentuk bangunnya wayang kulit dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain: Wayang Kidang kencana; boneka wayang berukuran sedang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sesuai dengan kebutuhan untuk mendalang (wayang pedalangan). Wayang Ageng; yaitu boneka wayang yang berukuran besar, terutama anggota badannya di bagian lambung dan kaki melebihi wayang biasa, wayang ini disebut wayang jujudan. Wayang kaper;yaitu wayang yang berukuran lebih kecil dari pada wayang biasa. Wayang Kateb;yaitu wayang yang ukuran kakinya terlalku panjang tidak seimbang dengan badannya.

Pada perkembangannya bentuk bangun wayang kulit ini mengalami perkembangan bahkan pergeseran dari yang tradisi menjadi kreasi baru. Pada zaman Keraton Surakarta masih berjaya dibuat wayang dalam ukuran yang sangat besar yang kemudian diberi nama Kyai Kadung, hal ini yang mungkin mengilhami para dalang khususnya Surakarta untuk membuat wayang dengan ukuran lebih besar lagi. Misalnya Alm Ki Mulyanto mangkudarsono dari Sragen Jawa tengah membuat Raksasa dengan ukuran 2 meter, dengan bahan 1 lembar kulit kerbau besar dan masih harus disambung lagi. Karya ini yang kemudian ditiru oleh Dalang Muda lainnya termasuk Ki Entus dari Tegal, Ki Purbo Asmoro Surakarta, Ki Sudirman Sragen dalan masih banyak lagi.

Ki Entus Susumono dari Tegal bahkan telah banyak membuat kreasi wayang kulit ini, mulai dari wayang planet, wayang tokoh kartun seperti superman, batman, satriya baja hitam, robot, dinosaurus, dan wayang Rai- Wong (bermuka orang), tokoh George Walker Bush, Saddam Hussain, sampai pada tokoh-tokoh pejabat pemerintah. Ki Entus juga menggabungkan wayang gagrak Cirebonan dengan Wayang Gagrak Surakarta (bentuk bagian atas wayang cirebon dan bawah Surakarta).

Penambahan tokoh wayang dalam pergelaran wayang kulit juga semakin marak, misalnya dengan ditambahkanya berbagai boneka wayang dari tokoh polisi, Helikopter, motor ambulan, barisan Tentara, Pemain Drum band, sampai tokoh Mbah Marijan.

***

Sumber: Wikipedia
-

Arsip Blog

Recent Posts