Permainan Tradisional Indonesia Diajarkan ke Malaysia

Bandung, Jabar - Sebuah tim beranggotakan lima orang dari Komunitas Hong bakal melawat ke daerah Kinabalu, Malaysia. Selama tujuh hari di sana, komunitas yang memiliki fokus pelestarian permainan tradisional ini bakal mengajari ratusan guru dan anak Indonesia yang menetap di negara bagian Malaysia itu.

Menurut Ketua Komunitas Hong, Mohamad Zaini Arif, upaya ini dianggap penting karena terdapat puluhan ribu warga negara Indonesia yang menetap di Kinabalu dan umumnya sudah generasi kedua yang tidak lagi mengenal kebudayaan akarnya. Di sana, mereka akan mengajarkan dan memperkenalkan kembali mainan tradisional Indonesia.

"Meski masih menjadi warga Indonesia, anak-anak mereka yang lahir di sana sama sekali tidak mengenal mainan tradisional Indonesia," kata Zaini, Senin (26/11/2012).

Kunjungan yang disponsori sebuah LSM asing ini berlangsung selama tujuh hari. Mereka akan berangkat pada Selasa (27/11/2012) hingga Selasa (4/12/12).

Zaini mengaku tidak memahami peta masyarakat di sana, tetapi mereka mengkhawatirkan masyarakat Indonesia yang tinggal di Kinabalu tidak mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Indonesia. Di sana, mereka akan mendatangi sekolah khusus warga Indonesia.

Festival Seni Melayu Asia Tenggara Bangkitkan Nilai Melayu Dunia

Padangpanjang, Sumbar - Southeast Asia Malay Art Festival (Sea MAF) atau Festival Seni Melayu Asia Tenggara dibuka dengan peragaan kesenian khasanah berbagai daerah di Indonesia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Malaysia di lapangan Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Minggu (25/11) sore.

Pagelaran bertemakan Rediscovering the Treasures of Malay Culture yang digelar Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI), yang menaungi beberapa perguruan tinggi seni, yakni Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, ISI Yogyakarta dan ISI Surakarta. Kegiatan ini upaya perguruan tinggi seni membangkitkan nilai-nilai Melayu untuk penguatan pembangunan jati diri bangsa.

Rektor ISI Padangpanjang Prof Mahdi Bahar mengatakan, selama ini perguruan tinggi seni kerap menggelar kegiatan bersifat internal, seperti seminar, festival dan lainnya antar perguruan yang bertujuan membangun perguruan tersebut. Nah, ISI Padangpanjang menawarkan BKSPTSI juga harus memperhatikan persoalan eksternal, agar terlibat dalam memecahkan persoalan bangsa.

Melalui gagasan itu, BKS PTSI melihat ini jadi suatu agenda penting dan melahirkan gagasan persoalan Melayu yang diangkat sebagai salah satu persoalan bangsa.

Secara kultural, masyarakat Melayu di Asia Tenggara mayoritas berada di Nusantara. Dengan demikian BKS PTSI harus membangkitkan nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan Melayu, baik dalam artian artefak-artefak yang telah menjadi warisan, maupun tradisi yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat. ”Begitupula konsep pemikiran mendalam dari masyarakat Melayu itu sendiri,” katanya.

Ini bertujuan semakin menguatnya pembangunan bangsa. Pasalnya, karakter anak bangsa mulai memudar, begitu pula generasi jelang usia tua, mulai menanggalkan sopan santun dan raso jo pareso. Baik dalam organisasi, maupun kehidupan sehari-hari.

Padahal telah berjalan sejak ratusan tahun lalu, dengan berdirinya kesultanan-kesultanan. Satu di antaranya adalah Minangkabau yang mengedepankan etika sebagai bentuk filosofi, berbasiskan pada Islam yang juga merupakan dasar dari budaya Melayu.

Mahdi berkeyakinan Pancasila dibangun berlandaskan nilai-nilai tersebut, dikhawatirkan mencapai kehancuran jika tidak dilakukan penggalian kekuatan Melayu.

”Lewat festival ini akan terjalin silaturahim lebih baik. Karena seni akan memberi pengaruh besar terhadap kehidupan. Dengan begitu, isu seperti klaim suatu kebudayaan tak perlu lagi terjadi,” tutur Mahdi Bahar usai pembukaan festival yang dilakukan Menko Kesra Agung Laksono itu.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim menyatakan, melalui festival melayu pertama ini dapat mengembangkan budaya Melayu dan mengungkap asal usulnya yang bersumber dari Indonesia. Ini berangkat dari publikasi selama ini yang menggambarkan budaya Melayu tidak dari Indonesia.

Sea MAF yang berlangsung hingga Kamis (29/11) nanti, beberapa festival diadakan yakni pertunjukan seni gerak, visual, artefak, film dan seminar. Diadakan di lima lokasi, yakni di Rumah Budaya Fadli Zon Aia Angek Cottage, Graha Serambi, Gedung M Syafei, Hoeridjah Adam dan aula DPRD Padangpanjang.

Seniman Indonesia-Malaysia Akan "Unjuk Rukun" di Ancol

Jakarta - Seniman Indonesia maupun Malaysia seperti Titi DJ, Rossa, Inka Christie, Siti Nurhaliza, Amy Search dan Shilla Amzah akan "unjuk rukun" dengan tampil bersama pada konser budaya Indonesia-Malaysia 10 Desember 2012 di stadion MEIS Ancol.

Konser bertema "Ekspresi Karya Gemilang" itu akan diselenggarakan secara gratis.

"Sangat penting untuk menghargai budaya yang menjadi akar tradisional. Kami akan coba eksplorasi budaya Indonesia dan Malaysia," kata pihak sponsor yang diwakili Mohd Ghozali bin Yahya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Direktur artistik tari konser tersebut, Deny Malik, mengatakan pergelaran itu juga akan menampilkan kolaborasi kesenian mulai dari tarian dan lagu seperti Ronggeng Betawi, tari Kipas Melayu, dan "The Mystery of Kalimantan".

"Akan ada 70 penari yang terlibat dalam kelompok musik etnis. Ada suguhan tari, nyanyi dan aransemen lagu yang berbeda," ujar dia.

Aransemen musik Etnis

Direktur Musik konser budaya, sekaligus pimpinan orkestra Yusuf Oeblet mengatakanakan melibatkan seluruh alat musik dari berbagai daerah di Indonesia seperti Gondang Batak, Gamelan Jawa dan Bali untuk menghasilkan aransemen lagu yang berbeda dan khas.

"Semua unsur tarian dan lagu digarap berbeda menggunakan aransemen tradisional," ujar dia.

"Ini akan menjadi tetabuhan musik nusantara populer. Kami garap perkawinan dua budaya," ujarnya.

Konser ini juga akan diadakan sekaligus di beberapa kota lainnya seperti di lapangan Batrai Kodam, Pekan Baru pada 12 Desember dan di stadion Lambung Mangkurat, Banjarmasin pada 14 Desember 2012.

Saatnya Ada Hari Keris Nasional?

Jakarta - Mana yang lebih baik sebagai Hari Keris Nasional; 12 Maret atau 25 November?
Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) mengusulkan hari keris nasional agar tercantum dalam kalender nasional untuk diperingati setiap tahun sebagai warisan budaya asli bangsa Indonesia.

"Dua tanggal itu memiliki makna serta riwayat masing-masing untuk menjadi bahan pertimbangan," kata Ketua Umum SNKI, Erman Suparno pada diskusi SNKI, di Museum Pusaka, Taman Mini Indonesia Indah(TMII), Jakarta, Minggu.

Dia mengatakan akan membentuk tim dari unsur pemerintah, akademisi, pakar, dan penggemar, untuk merumuskan dan memilih salah satu dari dua opsi tanggal tersebut.

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini menjelaskan, usulan tanggal 12 Maret, karena pada 12 Maret 2006 dilakukan pertemuan para paguyuban pemerhati dan pencinta keris yang di berbagai daerah di Indonesia.

Pertemuan diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, yang hasilnya bersepakat mendeklarasikan berdirinya SNKI, sebagai wadah komunikasi dan kerjasama antarmasyarakat perkerisan Indonesia.

"Berdirinya SNKI ini mendapat dukungan sepenuhnya dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata," katanya.

Opsi kedua, usulan 25 Nopember, karena pada 25 Nopember 2005, organisasi internasional UNESCO World Heritage memberikan penghargaan kepada keris Indonesia sebagai Karya Adiluhung Warisan Kemanusiaan atau "The Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity".

Menurut dia, piagam penghargaan dari UNESCO diserahkan langsung oleh pimpinan UNESCO Koichiro Matsuura kepada Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, di Jakarta, pada 6 Desember 2005.

Pakar Keris Indonesia, Haryono Haryoguritno menambahkan, sebenarnya ada satu usulan lagi sebagai opsi hari keris nasional, yakni dengan merujuk pada tanggal dilakukannya Sumpah Palapa oleh Patih Kerahaan Majapahit, Gajahmada.

Dari pendekatan peristiwa dan sejarah keris, tanggal dilakukannya Sumpah Palapa, menurut dia, adalah tanggal yang paling tepat.

"Persoalannya, Sumpah Palapa itu dilakukan pada tanggal berapa? belum ada yang tahu secara persis," katanya.

Mantan ajudan Presiden Pertama Republik Indonesia ini berharap ada ahli yang tahu dan bisa melacaknya.

Namun dari dua opsi tanggal yang ada, pada 12 Maret dan 25 Nopember, Haryono lebih setuju memilih pada 12 Maret.

Pertimbangannya, pada 12 Maret dilakukan pertemuan para paguyuban pemerhati dan pencinta keris yang di berbagai daerah di Indonesia yang kemudian mendirikan SNKI.

"Hoyak Tabuik" Pariaman ditutup dengan dua ritual

Pariaman, Sumbar - Puluhan ribu orang menyaksikan penutupan "Hoyak Tabuik" yang berakhir, Minggu dengan menampilkan dua prosesi ritual di antaranya "Tabuik Naiak Pangkek" dan "Tabuik dibuang ke laut".

Tuo (sesepuh) Tabuik Pasa Nasrul Syam di Pariaman, Minggu mengatakan, prosesi Tabuik sekarang selain merupakan ritual yang sakral juga objek wisata yang paling ditunggu wisatawan.

"Sebagai keturunan Tabuik, kami berusaha untuk menunjukan semua prosesi dengan sakral, karena meriahnya pelaksanaan pesta budaya ini tergantung pada kesakralan prosesnya," kata dia.

Menurut dia, pelaksanaan Tabuik tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya terutama dilihat dari ritual yang dilakukan, semuanya terlaksana dengan baik.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Pariaman Tundra Laksamana mengatakan, Tabuik merupakan objek wisata budaya handalan Pariaman sejak 10 tahun yang lalu.

"Kita padukan suatu hal yang sebenarnya sangat sakral dengan wisata sehingga mempunyai nilai tambah terhadap ekonomi masyarakat," kata dia.

Tabuik adalah suatu ritual mengenang kematian tragis Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW dalam perang Karbala.

Menurut dia, keberadaan Tabuik telah ada sejak tahun 1826 yang dibawa oleh tentara Gurka. Sebelum ditutup hari ini, prosesi Tabuik sebetulnya telah dimulai sejak 1 Muharam.

Tak hanya warga lokal, penutupan prosesi Tabuik juga saksikan oleh berbagai wisatawan asing. Ada yang sekedar menonton, dan tak jarang pula mendokumentasikan prosesi penutupan.

Prosesi penutupan Tabuik sendiri berlangsung sejak pagi hari dengan ritual "Tabuik Naiak Pangkek" dan sorenya sebelum matahari tenggelam Tabuik dibuang ke laut pukul 14.30 WIB hingga 18.30 WIB.

Lembaga Adat Diminta Hidupkan Budaya Daerah

Banda Aceh - Seluruh lembaga adat di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, diminta untuk menghidupkan dan mengembangkan budaya lokal agar tidak menghilang pada generasi mendatang. "Kami meminta peran lembaga adat untuk berperan aktif menghidupkan seni dan budaya daerah, dipelajari dan dilestarikan agar tidak terdegradasi pada generasi Aceh selanjutnya," kata Wakil Bupati Aceh Barat, Rachmad Fitri HD di Meulaboh, Minggu (25/11/2012).

Di sela menyampaikan kata sambutan pada pergelaran pentas seni dan budaya di RRI Meulaboh, Rachmad menyebutkan seni dan budaya lokal merupakan salah satu obyek wisata budaya yang bernilai ekonomis untuk menarik minat wisatawan.

Selain itu, pelestarian seni dan budaya demikian dapat menggugah semua pihak mencintai budaya daerah serta meningkatkan kreaktivitas seniman Aceh dalam menampilkan kebolehannya secara berkelanjutan. "Budaya merupakan aset yang tak ternilai harganya, karena ini turunan nenek moyang ribuan tahun lalu dan tugas kita adalah melestarikannya sampai kepada generasi selanjutnya," katanya.

Lebih lanjut Rachmad menjelaskan, dukungan Pemkab Aceh Barat pada program 2013 di mana dalam setahun ada satu "bulan seni budaya" yang merupakan agenda rutin mesti dilaksanakan sebagai upaya pelestarian kebudayaan Aceh.

Rachmad menambahkan, hal tersebut merupakan salah satu visi dan misi Pemkab Aceh Barat meningkatkan peran pemuda, perempuan dan lembaga adat dalam pembangunan daerah ke depan agar lebih maju.

Sementara itu, Kepala RRI Meulaboh, Ahmad Bahri mengemukakan pihaknya sengaja menggelar pentas seni dan budaya setiap tahun sebagai hiburan yang sehat dan upaya menyelamatkan budaya lokal dari derasnya pengaruh budaya luar. "Ini merupakan visi dan misi LPP RRI dalam melestarikan seni dan budaya lokal di berbagai daerah Indonesia dengan harapan dapat menjadi hiburan sekaligus jadi benteng bagi budaya luar," katanya.

Pada pentas pergelaran seni dan budaya daerah itu menghadirkan Tari Saman, Tari Seudati, Ratep Meuseukat, Dabus, Rapa’i Geleng, Tari Po, Tari Ranup Lampuan, Tari Kreasi Baru dan Komedi Aceh berasal dari Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya.

15 Telong-telong Tampil di Festival Tabot

Bengkulu - Sebanyak 15 jenis telong-telong tampil untuk memeriahkan festival Tabot yang berlangsung pada 14 hingga 24 November 2012 di lapangan merdeka Kota Bengkulu.

"Pada tahun ini sebanyak 15 jenis telong-telong ditampilkan untuk memeriahkan festival Tabot 2012," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bengkulu Kemas Zaini, Kamis.

Setiap peserta menampilkan telong-telong dengan berbagai bentuk antara lain harimau, gajah, buraq, tugu ketupat, kapal layar, pesawat tempur sukhoi, naga lembak, kuda dan barong landong.

Ia mengatakan, kelompok yang mengikuti festival telong-telongl tersebut berasal dari beberapa kelurahan yang ada di Kota Bengkulu yakni Sukamerindu, Tanjung Agung, Anggut Atas, Kebun Geran, Kebun Ros dan Kuala Lempuing.

"Setiap peserta diberikan kebebasan untuk membuat berbagai jenis telong-telong dengan syarat konstruksinya tidak boleh sama dengan telong-telong yang mereka buat pada festival sama tahun lalu," katanya.

Tiga anggota dewan juri memberikan penilaian setiap peserta dengan kriteria keindahan bentuk telong-telong, tema garapan, atraksi yang ditampilkan, penampilan keseluruhan dan ukukuran sekitar dua kali dua meter.

"Setelah menilai, dewan juri menetapkan enam kelompok pemenang yang terdiri dari juara pertama sampai ketiga serta juara harapan pertama hingga ketiga," katanya.

Setiap pemenang akan mendapatkan piala tetap dan uang pembinaan dengan total nilai mencapai jutaan rupiah.

Telong-telong merupakan lampion berukuran besar dengan berbagai bentuk yang unik dan dibuat dengan menggunakan bahan kertas, plastik serta bahan lainnya. Untuk mempercantik penampilan, telong-telong dihiasi lampu berwarna warni.Telong-Telong tersebut selalu ditampilkan pada setiap perayaan Tabot di Bengkulu.

Upacara Tabot (peti mati) dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husien di Padang Karbala Irak.Pada 10 muharam Tabot diarak menuju pemakaman Karabela yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.

Pemkot Kediri gelar Festival Jalan Doho 2012

Kediri, Jatim - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, akan menggelar Festival Jalan Doho 2012 pada 23-24 Novemver, karena pemerintah setempat berencana menutup jalur lalu lintas di Jalan Doho selama dua hari.

"Festival itu merupakan ajang rutin yang digelar setiap tahun. Kegiatan ini melibatkan para pengusaha, baik UMKM maupun pedagang kaki lima," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Kediri, Hariadi, di Kediri, Kamis.

Ada sekitar 155 pelaku usaha dari berbagai sektor seperti kuliner yang sudah mendaftarkan diri mengikuti festival tersebut. Mereka kebanyakan berasal dari Kota Kediri, walaupun tidak menutup kemungkinan ada pedagang dari luar Kota Kediri.

Selain diikuti para pelaku usaha, sejumlah agenda juga sudah disiapkan atraksi kesenian tradisional yaitu jaranan, wayang kulit. Ada juga beberapa hiburan lain seperti sepak bola api yang melibatkan sejumlah santri untuk mengikuti acara itu.

Hariadi mengatakan, saat ini panitia masih menyiapkan kegiatan tersebut. Persiapannya saat ini sudah sekitar 70 persen dan dipastikan saat kegiatan sudah selesai untuk persiapannya.

"Karena itu, kami berencana menutup total selama dua hari, karena ada acara festival pada Jumat (23/11) dan Sabtu (24/11)," katanya.

Kegiatan penutupan jalur, kata Hariadi akan mulai dilakukan sejak Kamis (22/11) untuk kendaraan roda empat, sementara untuk kendaraan roda dua akan mulai diberlakukan pada Jumat (23/11).

Rencananya, pihaknya juga akan melibatkan petugas dari Polres Kediri Kota selain dari Satuan Polisi Pamong Praja. Sejumlah muspida dipastikan juga akan hadir saat pembukaan di antaranya Wali Kota Kediri Samsul Ashar.

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polres Kediri Kota AKP Surono mengatakan akan menerjukan sekitar 300 anggota untuk pengamanan kegiatan tersebut.

"Kami lakukan tugas kami untuk pengamanan. Kami akan atur mulai jalur saat pembukaan sampai selesai acara," katanya.

Ia mengatakan, pengamanan mulai intensif pada Jumat sore sampai malam. Seluruh petugas akan disebar mulai Jalan Basuki Rahmat (depan Balai Kota Kediri) sampai di lokasi festival.

Pihaknya juga meminta, masyarakat yang hendak lewat di jalur sepanjang Jalan Hayam Wuruk ke arah Jalan Brawijaya untuk tidak lewat jalur tersebut.

"Sebaiknya, warga menghindari jalur tersebut agar tidak terjebak kemacetan," katanya.

Jokowi Siapkan Rp291 Miliar untuk Lestarikan Budaya Betawi

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang asli Jawa, mengaku tertarik dengan budaya Melayu Betawi. Jokowi setuju tetap melestarikan budaya Melayu Betawi agar bisa berdampingan dengan kehidupan Jakarta yang multikultur. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI siap mengucurkan dana hampir Rp300 miliar untuk pelestarian budaya Melayu Betawi.

Hal itu diungkapkan Jokowi, saat pertama kali mengunjungi Kampung Betawi Setu Babakan di Ciganjur, Jakarta Selatan. Jokowi pun langsung berkeliling di kawasan yang cukup asri tersebut didampingi beberapa tokoh Betawi.

Mantan Wali Kota Solo sempat berdiskusi dan mendengarkan paparan dari pengelola Setu Babakan terkait upaya memajukan budaya Melayu Betawi.

Tanpa diduga, Jokowi menyanggupi menggelontorkan dana hingga Rp291 miliar untuk membangun kampung berkarakter Betawi.

Selain berkeliling Setu Babakan, Jokowi sempat duduk-duduk bersama dengan para tokoh dan warga Betawi. Mantan Wali Kota Solo ini juga mencicipi sejumlah makanan khas Betawi, termasuk menikmati bir pletok.

Kedatangan Jokowi ke Setu Babakan tidak disia-siakan warga setempat. Warga berusaha mendekat atau bahkan menyalaminya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi bertekad menonjolkan budaya Melayu Betawi di ibu kota. Menurutnya, meski Jakarta adalah kota yang multikultur, namun keunggulan budaya tuan rumah tetap harus dipertahankan.

Air Terjun Moramo

Air terjun Moramo di Sulawesi Tenggara merupakan destinasi yang cantik. Air terjunnya bertingkat hingga ketinggian 100 meter dan memiliki 7 undakan. Masyarakat percaya, bidadari pun mandi di air terjun ini.

Destinasi ini menjadi kebanggaan dan terfavorit di Sulawesi Tenggara. Untuk tiba di sana, Anda dapat menggunakan mobil sewaan seharga Rp 100.000-200.000 dan berjarak 60 kilometer dari Kota Kendari.

Dalam perjalanan menuju ke air terjun ini, Anda akan disajikan suasana alam yang khas. Beragam hewan dan pemandangan pohon-pohon besar yang hijau nan menyejukan, akan Anda lalui. Melalui jalan setapak yang menghabiskan waktu 20 menit dari pintu masuk kawasan air terjun Moramo, jalan kaki pun tidak terasa capaeknya.

Banyak traveler yang mengatakan, air terjun ini berbeda dengan air terjun pada umumnya. Air terjun Moramo memiliki bentuk yang bertingkat hingga 100 meter ketinggiannya. Tidak hanya itu, 7 undakan besar dan puluhan undakan kecilnya, menambah nuansa arsi dengan suara gemercik airnya.

Batu-batu marmer yang besar di sekitar air terjun ini akan menjadi pemandangan yang elok. Jangan hanya memandanginya saja, Anda juga bisa menjelajahi setiap tingkatan di air terjun ini. Tidak perlu takut, sebab daerah bebatuan di sekitar air terjun tidaklah licin.

Masyarakat setempat pun mempercayai tempat ini sebagai pemandian para bidadari. Jika beruntung, Anda dapat melihat pelangi sebagai biasan cahaya di sekitar air terjun. Serta kupu-kupu yang cantik seolah menjadi teman bercengkrama yang menyenangkan. Indah bukan?

Berkunjunglah ke air terjun Moramo dan resapi keindahannya. Berharaplah, Anda bisa berjumpa bidadari saat traveling ke sana.

***

Sumber: http://travel.detik.com/read/2012/05/03/191840/1908612/1025/bidadari-pun-mandi-di-air-terjun-moramo-sultra

Foto: travel.detik.com

Air Terjun Curug Citambur

Mengalir dari ketinggian 100 meter, Curug Citambur menjadi salah satu kesejukan di Cianjur Selatan. Menikmati deburan air Citambur bisa jadi ide liburan Anda kali ini.

Berlibur dan bersantai menikmati lanskap yang masih alami menjadi target setiap wisatawan. Untuk mencari suasana seperti ini, sudah pasti Jawa Barat menjadi incaran pelancong. Provinsi ini juga dikenal dengan destinasi air terjunnya, ada Curug Cilember, Curug Cikaso, Curug Malela, dan masih banyak lagi.

Salah satu yang pantas untuk Anda kunjungi saat berakhir pekan, yaitu Curug Citambur. Berjuta keindahan dan kesejukan alam Cianjur Selatan tertuang di lokasi ini. Curug Citambur berada di Desa Karang Jaya, Pagelaran, Cianjur Selatan.

Mengutip dari situs resmi Dinas Pariwisata dan Budaya Jawa Barat, Senin (4/6/2012), tak dapat dipungkiri wana wisata Curug Citambur memang sangat bagus. Selain ketinggiannya dan air yang bersih, besarnya volume air yang menghantam permukaan sungai menjadi pemandangan yang menakjubkan.

Saking derasnya wisatawan tidak bisa terlalu mendekati Curug Citambur. Coba saja berdiri sekitar 50 meter dari curug ini, pasti Anda tidak akan kuat lama. Tentu saja, karena hempasan airnya seperti hujan baru beberapa menit berdiri, pasti Anda langsung basah kuyup.

Meskipun, air yang mengalir sangat dingin dan deras, wisatawan tetap bisa mandi atau sekadar bermain air di curug ini. Tapi, kalau tidak mau basah wisatawan bisa sekadar duduk sambil bersantai di tepi air terjun.

Panorama indah tidak hanya saat Anda berada di lokasi ini. Akan tetapi, pemandangan selama perjalanan juga menjadi bahan cuci mata saat menuju Curug Citambur.

Perjalanan akhir pekan Anda dijamin tidak akan membosankan karena pemandangannya sangat berbeda. Diawali dari perkebunan Rancabali hingga desa Cipelah, kiri dan kanan jalan dikelilingi oleh perkebunan teh. Setelah melewati Desa Cipelah, pemandangan pedesaan mulai berubah menjadi suasana desa pedalaman.

Uniknya, di sisi sebelah kanan desa tersebut terdapat bukit yang cukup tinggi dengan air terjun yang terlihat dari jalan. Pertama melihat air terjun tersebut pasti Anda mengira itu Curug Citambur. Ternyata salah!

Di perjalanan menuju Citambur ternyata, juga terdapat satu lagi air terjun yang tidak diketahui namanya. Nah, kalau Curug Citambur sendiri memiliki pintu masuk di depan kantor Desa Karang Jaya.

Jadi, hati-hati jangan sampai tertukar. Sebelum sampai di Citambur, wisatawan terlebih dahulu disambut oleh Situ Rawa Suro.

***

Sumber: http://travel.detik.com/read/2012/06/04/081040/1931691/1025/curug-citambur-sumber-kesejukan-di-cianjur-selatan

Foto: alampriangan.wordpress.com

Air Terjun Sedudo

Air terjun Sedudo terletak 1.438 meter di atas permukaan laut, dengan tinggi 105 meter berada di kaki Gunung Wilis. Lokasi ini tak hanya menebarkan keelokan dalam balutan kesejukan udara nan bersih dan segar, tetapi juga mitos yang menyatu dalam keyakinan masyarakat. Konon, siapa pun yang mandi di kolam atau di bawah air terjun bisa mendapatkan berkah keselamatan, awet muda, disembuhkan dari sakit yang dideritanya, dan naik pangkat.

”Air terjun Sedudo oleh masyarakat dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Siapa pun yang mandi di sini juga bisa awet muda,” kata Darto, warga desa setempat.

Percaya atau tidak, tetapi yang jelas setiap bulan Sura, dalam tradisi Jawa, ribuan warga berdatangan dan mandi, baik di kolam maupun di bawah air terjun Sedudo. Bahkan, sejumlah elite politik dan pejabat di tingkat pusat dan daerah rela mandi tengah malam dengan beragam niat dan keinginan masingmasing.

”Betul, banyak pejabat negara dan pejabat provinsi yang datang dan mandi di bawah air terjun kala tengah malam,” imbuh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk Lies Nurhayati beberapa saat lalu.

Air terjun Sedudo memang menjadi primadona obyek wisata alam dan ritual di Nganjuk. ”Selain bulan Sura, pada malam Jumat Legi juga banyak pengunjung yang datang dan mandi di sini. Pulangnya mereka membawa air Sedudo,” kata Siti Rahayu (36), pedagang makanan dan minuman di lokasi itu.

Obyek wisata andalan

Dengan potensinya sebagai obyek wisata air dan wisata ritual yang sudah berlangsung turun-temurun, Pemerintah Kabupaten Nganjuk menempatkan air terjun Sedudo sebagai ikon dan primadona di wilayah itu. Air terjun Sedudo menjadi obyek wisata andalan daerah.

”Tradisi dan upacara mandi bersama atau siraman Sedudo yang berlangsung turun-temurun sejak zaman Majapahit menjadi agenda utama. Tradisi ini dikenal sebagai upacara Prana Prasthista dan menjadi agenda utama daya tarik wisata Sedudo,” kata Lies Nurhayati.

Wisatawan yang hendak bertandang ke lokasi wisata air terjun Sedudo bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari ibu kota Nganjuk, tepatnya dari Pendapa Kabupaten Nganjuk, jarak tempuh menuju lokasi air terjun sekitar 30 kilometer arah selatan.

Bertandang sambil menikmati dinginnya air terjun Sedudo, ditingkahi tiupan angin pegunungan yang menyejukkan, pasti membuat pengunjung betah berlama-lama mengakrabi suasana yang menyegarkan itu. Meski demikian, setiap pengunjung tetap diminta waspada dan berhati-hati jika tiba-tiba cuaca buruk terjadi. Di lokasi ini, hujan deras dan angin kencang bisa sewaktu-waktu terjadi.

Karena itu, jumlah pengunjung air terjun Sedudo amat bergantung pada cuaca. Apalagi, lokasinya juga rawan longsor dan banjir. Contohnya, pada tahun 2011 dari target pengunjung 87.000 orang, hanya terealisasi sebanyak 43.000 orang. Pasalnya, kala itu lokasi wisata air terjun Sedudo ditutup sepanjang bulan Februari hingga Mei akibat cuaca buruk yang bisa memunculkan tanah longsor atau bencana lainnya. Tentu saja keselamatan pengunjung tetap menjadi yang utama.

”Kami tidak mau mengambil risiko bagi pengunjung. Petugas di lokasi akan memberitahukan kepada setiap pengunjung agar segera meninggalkan lokasi kalau sewaktu-waktu datang angin kencang dan hujan deras,” papar Lies Nurhayati.

Tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan wisatawan 70.000 orang dengan target perolehan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata air terjun Sedudo Rp 387 juta. ”Insya Allah bisa terpenuhi. Namun, semua sangat bergantung pada cuaca. Tahun ini kami harapkan cuacanya jauh lebih baik dan bersahabat untuk wisatawan yang datang ke lokasi air terjun,” ungkapnya lagi.

Kawasan pertapaan

Obyek wisata air terjun Sedudo, selain indah, juga memiliki kisah yang panjang. Di zaman Majapahit, air terjun ini dikabarkan sering digunakan untuk mencuci senjata milik raja dan patung dalam upacara Prana Prasthista. Bahkan, Mahapatih Gajah Mada konon menggunakan lokasi air terjun untuk menggembleng prajurit.

Pada zaman kerajaan Islam, Sedudo dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman. penyebar agama Islam di wilayah Nganjuk. Karena itu, dalam perkembangannya, setiap bulan Sura selalu diadakan ritual mandi Sedudo atau siraman Sedudo yang diawali prosesi tarian oleh enam penari berambut panjang yang masih perawan alias dalam keadaan suci.

”Setiap malam tahun baru Hijriah, 1 Muharam atau malam 1 Sura kawasan Sedudo pasti dipadati ribuan orang. Wisatawan datang dari sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Kalimantan,” kata Nardi (32), petugas keamanan obyek wisata air terjun Sedudo.

Dewi Ayu Savita (15), seorang pengunjung yang datang bersama kakaknya, Yudi Oktaviana (20), yang dijumpai sehabis berendam di bawah derasnya air terjun, mengatakan, suasana sejuk tatkala berada di lokasi yang membuatnya betah. Situasi itu yang membuat orang mau berkunjung.

”Panorama alamnya masih asri. Air terjunnya tinggi. Kalau dilihat dari kejauhan, tampak indah,” katanya.

Sebagai bagian dari anak muda yang hidup dalam ranah modernitas, Ayu hanya menjadikan obyek wisata air terjun Sedudo sebagai tempat rekreasi belaka. Ia tak sedang melakukan ritual apa pun. Ia hanya ingin menikmati kenyaman, kesegaran udara, dan suasana di lokasi itu.

”Mereka yang masih mempercayai mandi di air terjun Sedudo bisa awet muda dan menyembuhkan penyakit adalah kalangan orang tua. Anak muda sekarang tak percaya dengan mitos itu lagi,” katanya.

Fasilitas memadai

Sebagai obyek wisata yang ditawarkan Pemerintah Kabupaten Nganjuk, fasilitas di obyek wisata air terjun Sedudo relatif memadai. Di lokasi ini tersedia area parkir, warung makan, arena permainan, dan kios yang menjual aneka suvenir, khususnya kaus bergambar keelokan air terjun Sedudo. Namun, pengelola kesulitan untuk mengembangkan lebih lanjut karena struktur tanah di lokasi itu labil dan mudah longsor.

”Sudah tidak memungkinkan untuk memperluas fasilitas yang ada. Karena itu, kami lebih fokus pada obyek wisata alam dan ritualnya,” kata Lies Nurhayati.

Sepanjang mitos air terjun Sedudo hidup di masyarakat, masih ada harapan obyek wisata ini akan dikunjungi orang. Namun, sejalan dengan kemajuan masyarakat, perlu dipikirkan langkah untuk menjaga agar obyek wisata ini tak ditinggalkan masyarakat.

Namun, yang jelas, air terjun Sedudo telah memberikan kehidupan bagi warga sekitar, seperti Darto. Mereka mengais rezeki dari lokasi itu untuk kehidupannya. (Abdul Lathief)

Sumber :

Kompas Cetak

Editor :

I Made Asdhiana

***

Foto: pacitanisti.wordpress.com

Air Terjun Payakumbuh di Ngarai Harau

Lembah Harau merupakan objek wisata yang tidak boleh terlewatkan ketika berkunjung ke Sumatra Barat, sampai ada pernyataan bahwa kurang lengkap rasanya ke Sumatra Barat tanpa mampir dulu ke Lembah Harau. Harau merupakan sebuah jurang/lembah yang sangat besar dan dikelilingi oleh tebing-tebing batuan granit setinggi ratusan meter dilengkapi juga dengan 6 buah air terjun yang masih sangat alami. Berlokasi di Kabupaten Lima Puluh Kota, dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Bukittinggi dan 1/2 jam saja dari kota Payakumbuh, akses menuju lokasi juga sangat mudah karena dilengkapi dengan jalan yang baik dan sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang memukau dengan barisan tebing-tebing tinggi pencakar langit diantara persawahan yang hijau menguning.

Rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan adalah rasa pertama yang terlintas ketika memasuki Lembah Harau, berada di kawasan ini serasa kita sedang berada di sebuah benteng alam raksasa yang dikelilingi dinding tinggi menjulang, di pinggirannya mengalir sungai-sungai jernih yang airnya bersumber dari air terjun yang jatuh dari pinggiran tebing. Konon dulu ada cerita rakyat bahwa kawasan Lembah Harau dulunya adalah lautan dan tebing-tebing tinggi tersebut adalah daratannya yang terdapat istana di atasnya. Pada waktu itu ada seorang putri raja yang memutuskan untuk terjun ke laut karena cintanya pada seorang pria tidak direstui oleh sang ayah. Raja pun mencari putrinya namun tidak juga ditemukan, akhirnya raja memutuskan untuk mengeringkan lautan untuk menemukan putrinya, dan lautan yang kering itupun sekarang menjadi Lembah Harau.

Keindahan kawasan wisata Lembah Harau sangat lengkap, sejak awal memasuki kawasan wisata Harau kita akan disuguhi pesona dari jurang/celah alam, air terjun, tebing dan beberapa gua. Selain Air Terjun Lembah Harau, ada juga cagar alam dan suaka margasatwa yang juga merupakan tempat konsevasi bagi beberapa hewan yang dilindungi seperti Monyet Ekor Panjang, Siamang, Harimau Sumatera, Beruang, Tapir, Landak, Burung Kuau, dll. Lokasi wisata Harau ini terbagi menjadi 2, yaitu Sarasah Bunta, merupakan kawasan bagi yang ingin menikmati suasana lebih alami karena disini terdapat 5 buah air terjun dengan kolam penampungan air terjun yang masih alami dengan pemandangan asrinya. Lokasi lain yaitu Akar Berayun, disini telah terdapat kolam renang sehingga lebih enak untuk yang ingin berenang, di kawasan ini juga terdapat fasilitas lengkap seperti perkemahan, kolam renang dan jalan setapak yang dapat digunakan untuk hiking, serta dilengkapi dengan cottage dan resort.

Mungkin ada yang bertanya apa perbedaan antara wisata Ngarai Sianok yang ada di Bukittinggi dengan Lembah Harau yang ada di Payakumbuh, bukannya sama-sama merupakan ngarai/lembah. Bedanya pada ngarai sianok bukit dan tebingnya tidak berbatu cadas seperti di Lembah Harau dan di Harau terdapat banyak air terjun, namun keduanya tetap memiliki pesonanya tersendiri. Di Harau juga karena banyak tebing curam maka sering dijadikan ajang olahraga ekstrim rock climbing baik bagi turis lokal maupun mancanegara.

Hal lain yang membuat kawasan Lembah Harau ini unik dan menarik adalah terdapatnya lembah echo, yaitu sebuah lembah yang jika kita berteriak disana akan menghasilkan gema sempurna. Di lembah Echo tersebut terdapat sebuah spot yang dijadikan acuan tempat kita untuk berteriak, dan setelah suara pertama terdengar maka akan disusul oleh gema/echo lain sebanyak 7 kali secara sempurna, konon tempat yang menghasilkan echo sempurna seperti ini cuma ada satu di dunia yaitu di Lembah Harau. Karena keindahannnya pula mulai tahun ini Lembah Harau dijadikan sebagai rute baru lomba balap sepeda Tour de Singkarak yang bertujuan untuk mempromosikan wisata Lembah Harau ke dunia. Pokoknya bila berwisata ke Sumatra Barat jangan lupa menyempatkan singgah ke Lembah Harau karena pemandangan yang disajikan sangat mamanjakan mata yang menatapnya.

***

Sumber: http://www.emfajar.net/travel-and-pleasure/harau-lembah-yang-indah-dan-memukau/
Foto: wisataohhwisata.blogspot.com

Air Terjun Madakaripura

Kawasan wisata Gunung Bromo ternyata menyimpan satu lokasi wisata yang unik dan menawan. Lokasinya tidak jauh dari lautan pasir Bromo, hanya sekitar 45 menit ke arah Probolinggo (ke Utara). Namanya adalah air terjun Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut.

Untuk mencapai tempat wisata ini tidak terlalu sulit. Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita akan ke Bromo dari arah Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan atau saat berada di Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan melewati jalan aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan berupa gunung tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar 5 km melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang menawarkan diri menjadi ‘guide’ yang akan menemani sambil menceritakan sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.

Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan untuk duduk-duduk beristirahat.

Saat tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai, sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter kira-kira 25 meter.

Berdiri di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras. Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama memandanginya.

Untuk anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air terjun yang seolah dalam tabung.

Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di ‘tabung’ ini perasaan kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup untuk pengunjung.

Sesudah puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir. Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan wisatanya.

***

Sumber: http://www.navigasi.net/goart.php?a=atmdkrpr
Foto: jelajah-nesia.blogspot.com

Tari Saman Sukseskan Diplomasi RI di UEA

Jakarta - Pergelaran tari Saman di Abu Dhabi Theater, Uni Emirat Arab, sebagai bagian dari resepsi diplomatik yang dikemas dengan promosi budaya dan pariwisata Indonesia menarik perhatian para undangan.

Lebih banyak undangan yang hadir dibanding jika hanya mengadakan resepsi diplomatik sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan Kedubes asing di Abu Dhabi, menurut siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Hentakan tari Saman yang dinamis berhasil memukau 500 penonton dalam acara Indonesian Cultural Night yang digeralr pukul 19.00-22.00 waktu setempat Senin (19/11).

Tidak hanya itu, permainan angklung interaktif, yang memainkan lagu barat populer "Can`t Help Falling in Love" juga menjadi primadona dan menambah kekaguman penonton atas keragaman budaya Indonesia.

Secara spontan beberapa undangan menyatakan bahwa Indonesia lebih representatif, unik dan kreatif dalam setiap penyelenggaraan resepsi diplomatik.

Selain seni budaya, resepsi diplomatik KBRI Abu Dhabi juga menampilkan kuliner khas Indonesia pada "cocktail reception", yang menghidangkan nasi goreng, sate dan soto ayam, yang diiringi permainan solo Sasando, yang menambah kehangatan malam.

Sementara di area lobby teater digelar berbagai barang kerajinan atau produk Indonesia seperti kain tenun, kain batik, wayang golek, congklak, berbagai hiasan dari berbagai propinsi di Indonesia.

Riuh tepuk penonton tak kunjung henti usai menyaksikan penampilan tari Saman yang dibawakan oleh kelompok kesenian Ikreasindo pimpinan Ika Widianingsih.

Dubes RI untuk UAE Salman Al Farisi mengatakan, Indonesian Cultural Night menandai peringatan HUT RI ke-67 sekaligus menjadi perayaan bersama rakyat kedua bangsa atas peringatan HUT UAE ke-41 yang akan jatuh pada 2 Desember 2012.

"Hubungan kedua negara telah terjalin dengan baik di segala bidang dan percaya bahwa kerja sama akan makin berkembang dan meningkat di masa mendatang," kata Salman.

Dukungan yang diberikan oleh Emirates Heritage Club yang memfasilitasi kegiatan ini selama tiga tahun terakhir menjadi refleksi dari semangat UAE yang mendorong keragaman budaya di negara Teluk.

Kepala Emirates Heritage Club Ahmad Al Hosani mengatakan, hubungan kedua negara terjalin sangat baik dan kerja sama keduanya selama ini makin mendekatkan hubungan kedua negara dan rakyat, serta makin memperkenalkan seni budaya.

Kesultanan Banjar Pertahankan Aksara Arab Melayu Banjar

Martapura, Kalsel - Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan berupaya mempertahankan aksara Arab Melayu Banjar sebagai langkah melestarikan seni dan budaya yang berkembang di provinsi setempat.

"Kesultanan Banjar mempertahankan aksara Arab Melayu Banjar melalui kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan seni dan budaya," ujar Raja Muda Kesultanan Banjar, Pangeran Khairul Saleh, Selasa.

Ia mengatakan, hal itu di depan peserta Seminar Budaya dengan tema "reinventing" (upaya menemukan kembali) Bahasa Arab Melayu Banjar di auditorium Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin.

Hal itu dikemukakannya berkaitan dengan kegiatan seminar yang dilaksanakan dalam rangka peringatan hari lahir atau Milad Kesultanan Banjar ke-508 diikuti ratusa peserta terdiri dari tokoh masyarakat, ulama, mahasiswa, akademisi, budayawan dan seniman.

Menurut Khairul, yang juga Bupati Kabupaten Banjar, seminar sehari itu sangat penting bagi masyarakat Banjar mengingat budaya tulis dan tutur adalah sarana abadinya kejayaan masa lampau kini dan akan datang.

"Aksara Arab Melayu Banjar merupakan akulturasi budaya arab dan melayu dalam harmonisasi adat dan tradisi sehingga pelestariannya harus didukung seluruh komponen masyarakat," katanya.

Dijelaskannya, akulturalisasi itu pula yang kemudian menjiwai perkembangan Suku Banjar sekaligus Kesultanan Banjar, dan salah satu hal paling fenomenal adalah munculnya naskah Kitab Sabilal Muhtadin.

Penulisan naskah Kitab Sabilal Muhtadin itu dilakukan ulama terkenal asal Kota Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sekaligus menandai kegemilangan aksara Arab Melayu Banjar.

Ulama yang berkiprah pada 1122 - 1227 Hijriyah atau 1710 - 1812 Masehi itu menyumbangkan pemikiran intelektual, dan hasil karyanya yang ditulis huruf Arab Melayu tersebut hingga sekarang menjadi kebanggaan masyarakat Banjar.

"Selain dukungan penuh Kesultanan Banjar, kami juga berharap institusi pendidikan agama Islam menjadi gerbang pertahanan dan sentra pengembangan bahasa dan aksara Arab Melayu Banjar," ujar Khairul Saleh.

Rektor IAIN Antasari Banjarmasin, Prof Dr Ahmad Fauzi Aseri MA, merespon positif seminar budaya bertema Reinventing Bahasa Arab Melayu Banjar bekerja sama dengan Kesultanan Banjar.

"Kami berterima kasih kepada keluarga besar Kesultanan Banjar yang mengajak IAIN Antasari turut terlibat dalam upaya menemukan kembali Bahasa Arab Melayu Banjar, salah satunya melalui seminar ini," ujarnya.

Ia mengatakan, keterlibatan IAIN dan perguruan tinggi lainnya, harus dipahami sebagai salah satu tanggung jawab perguruan tinggi dalam upaya menstimulus, mendorong dan mengawal kajian berbasis kearifan lokal.

Kesultanan Filipina Berharap Masyarakat Melayu Bersatu

Pangkalpinang, Babel - Kesulatanan Melayu Buayan Darussalam dari Filipina berharap masyarakat Melayu di seluruh Nusantara dapat bersatu menjelang realisasi Masyarakat ASEAN pada Desember 2015 mendatang.

"Terkait dengan akan dimulainya masyarakat ASEAN pada 2015 mendatang, kami berharap komunitas Melayu dapat bersatu untuk menyukseskan hal tersebut," kata utusan dari Kesultanan Buayan Darussalam, Mindanau, Filipina, Putri Azizian Utto Camsa di sela-sela kunjungannya menghadiri HUT Babel ke-12, Rabu.

Putri Azizian mengatakan, komunitas Melayu di Nusantara termasuk kelompok mayoritas sehingga persatuan komunitas Melayu sangat diharapkan untuk menyukseskan masyarakat Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang maju dan berkembang.

"Persatuan komunitas melayu harus dilakukan untuk mendorong perdamaian dan persamaan hak di kawasan Asia Tenggara, kalau masyarakatnya sudah maju, maka saya yakin pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia di kawasan juga maju," kata dia.

Selain itu, Putri Azizian mengatakan, bangsa Melayu memiliki nilai-nilai luhur yang potensial untuk diterapkan dalam memajukan masyarakat di kawasan Asia Tenggara.

"Bangsa Melayu selalu menjunjung tinggi rasa toleransi, tenggang rasa, saling menghargai, dan bekerja keras, itu adalah hal-hal yang diperlukan dalam pembangunan kawasan." kata dia.

Putri dari Kerajaan Bangsa Moro, Filipina Selatan tersebut berkunjung ke Bangka Belitung, dalam rangka menghadiri perayaan HUT Negeri Serumpun Sebalai yang ke-12.

Putri yang lahir di Mindanao 54 tahun lalu itu terkenal aktif dalam mempromosikan persatuan komunitas Melayu se-Nusantara untuk perdamaian.

Masyarakat ASEAN, yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2015, akan didasarkan pada tiga pilar, yaitu komunitas keamanan, komunitas ekonomi dan komunitas sosial-budaya.

Gubernur Babel Anugerahi Gelar Kehormatan Adat Melayu

Pangkalpinang, Babel - Gubernur Bangka Belitung, Eko Maulana Ali, menganugerahi gelar kehormatan adat Melayu sekaligus melantik pengurus lembaga adat melayu Negeri Serumpun Sebalai di Pangkalpinang, Selasa malam.

"Pelantikan ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan mengembangkan adat melayu di Bangka Belitung. Mudah-mudahan setelah ini Bangka Belitung bisa menjadi lebih baik," kata Gubernur Eko yang bergelar Datuk Sri Maharaja Laila Syah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat menyematkan pin pada para penerima gelar kehormatan.

Pemberian gelar sekaligus pelantikan pengurus tersebut ditandai dengan penyerahan pin pada sepuluh orang yang bertugas sebagai dewan penasehat dan dewan pertimbangan.

Sementara itu, salah satu penerima gelar kehormatan, Emron Pangkapi yang dilantik menjadi ketua dewan penasehat bergelar Datuk Seri Radindo Pusaka Budaya mengatakan penganugerahan tersebut merupakan cambuk untuk lebih memajukan Babel.

"Dengan pelantikan ini, kami akan berusaha lebih keras dalam memajukan Babel, ini adalah bukti bahwa pembangunan tidak melulu harus dilakukan dengan pembangunan fisik infrastruktur tapi juga pembangunan adat dan budaya," kata emron.

Emron Pangkapi sebagai Datuk Seri Radindo Pusaka Budaya, pengusaha Hidayat Arsani sebagai Datuk Panglima Satya Negeri, pengusaha Ramli Sutanegara sebagai Datuk Panglima Satya Negeri, dan tokoh masyarakat serta Ketua Lembaga Adat Melayu Serumpun Sebalai Bangka Belitung sebagai Datuk Seri Radindo Pusaka Budaya.

Acara "penabalan" atau penobatan secara adat melayu dilakukan di Rumah Dinas Gubernur dengan berbagai ritual adat seperti Upacara Tabur untuk menolak bala.

Selain dihadiri oleh para tokoh adat, masyarakat, dan para pejabat di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, acara juga dihadiri oleh utusan dari Lembaga Adat Melayu Serantau, Pontianak, Datuk Petinggi Pangeran Muda Wiratama Elang Perkasa, Abdi Nur Kamil.

Utusan dari Kesultanan Buayan Darussalam, Mindanau, Filipina, Putri Azizian Utto Camsa juga hadir pada malam tersebut.

Situs Sejarah Islam Barus Terancam Punah

Medan, Sumut - Salah satu situs sejarah perkembangan Islam di Tapanuli Tengah, Sumut, yakni makam para aulia di Desa Kinali, Kecamatan Barus kini terancam punah akibat tergerus banjir yang kerap melanda daerah itu.

"Makam Aulia (ulama) tersebut, kelihatan banyak yang rusak akibat dihantam banjir," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Bonaparte Manurung di Medan, Rabu.

Barus terletak di pinggir Pantai Barat Pulau Sumatera. Barus pernah menjadi pusat peradaban pada abad 1-17 M sehingga menjadi salah satu tujuan wisata serta bagi para peniliti arkeologi Islam, baik dari dalam dan luar negeri.

Di Kecamatan Barus terdapat 44 makam aulia yang sangat berjasa dalam membangun dan mengembangkan Islam di kawasan itu.

Sebelumnya, Makam Aulia yang berada di Desa Kinali, Kecamatan Barus, Minggu (11/11) hampir hanyut diterjang arus Sungai Aek Sirahar, akibat banjir melanda daerah tersebut.

Manurung mengatakan bahwa kerusakan Makam Aulia tersebut juga telah ditinjau Bupati Tapteng Raja Bonaran Situmeang belum lama ini. "Bupati Tapteng juga prihatin setelah melihat kondisi makam aulia tersebut," ujarnya.

Banjir dan tanah longsor yang melanda empat kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah terjadi Minggu (11/11) sekitar pukul 09.00 WIB.

Empat kecamatan yang mengalami musibah itu, yakni Kecamatan Andam Dewi, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Pandan dan Kecamatan Lumut.

Di Kecamatan Tapian Nauli, dua desa terjadi longsor, yakni Dusun Sibura-bura Desa Tapian Nauli I menghancurkan satu rumah warga milik Barani Zanolo Hulu (30) dan menewaskan putranya Noverianto Hulu (3).

Selain itu, tanah longsor tersebut menutupi badan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Desa Sitahuis, Kilometer 35, Kabupaten Tapteng.

Kemudian, tanah longsor di Jalan Pakat-Barus yang menutupi badan jalan sepanjang lebih kurang 25 meter, sehingga mengganggu arus lalu lintas di daerah tersebut.

Selanjutnya, longsor yang terjadi di Kecamatan Pandan, yakni terjadi abrasi atau pengikisan pinggiran Sungai Pandan dan hanya berjarak dua meter dari rumah penduduk.

Bahkan, abrasi tersebut bisa menimbulkan jebolnya Sungai Pandan dan dapat mengancam keselamatan penduduk di Desa Aek Tolang dan Kelurahan Pandan.

Wisata Museum Melalui Gelar Museum Nusantara

Jakarta - Museum di Indonesia, kalah pamor dengan mal dan taman hiburan. Padahal, museum bisa menjadi salah satu tempat wisata, selain tentunya menambah pengetahuan akan budaya dan sejarah Indonesia.

Menurut Ketua Kelompok Kerja Koordinator Gelar Museum Nusantara Yuni Astuti Ibrahim dalam wawancara dengan Kompas.com melalui telepon, Rabu (21/11/2012), sebagian masyarakat memandang museum sebagai sesuatu yang kuno, gelap, dan angker. Sehingga, lanjutnya, jarang orang yang mau berkunjung ke museum.

Oleh sebab itu, tuturnya, untuk membangkitkan kembali citra positif museum kepada masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengadakan "Gelar Museum Nusantara". Acara ini menampilkan sekaligus memperkenalkan ratusan museum yang ada di Indonesia.

"Sudah saatnya berkunjung ke museum menjadi gaya hidup," ungkap Wakil Menteri Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti saat dihubungi Kompas.com melalui telepon.

Wiendu menambahkan, penyelenggaraan acara yang berlangsung pada tanggal 22-25 November 2012 di Jakarta Convention Centre (JCC) tersebut untuk mendekatkan kembali museum kepada masyarakat yang selama ini dirasa makin jauh.

"Masyarakat sudah harus tahu apa-apa saja yang ada di Kupang, Banjarmasin, di seluruh Indonesia lewat museumnya," katanya.

Maluku Siap Berlaga di "Bintang Gambus"

Ambon, Maluku - Sedikitnya enam artis asal Maluku siap berlaga di pemilihan bintang vokalis gambus tingkat nasional di Jakarta, 21 - 28 November 2012.

"Kami telah merekrut masing-masing satu pasangan putra dan putri untuk berlaga di tiga mata lomba yang dipertandingankan nanti," kata , kata Ketua DPD Lembaga Seni Qasidah (Lasqi) Maluku Ny Retty Assagaff di Ambon, Rabu.

Tiga mata lomba yang diikuti adalah vokal anak putra-putri, vokal remaja putra-putri dan vokal dewasa putra-putri.

"Jadi ini merupakan hasil penjaringan artis terbaik dari Maluku yang siap berlaga di pentas nasional karena sebelumnya telah dibina sejumlah pembina maupun musisi," ujar Ny Retty.

Dia tidak mau sesumbar soal target para artis binaan DPD Lasqi Maluku karena yang terpenting tampil prima mewakili daerah ini.

"Rasanya anak-anak bertekad menyumbangkan prestasi terbaik untuk mengharumkan nama Maluku sehingga dimotivasi untuk tekun berlatih sesuai program para pembina agar tampil prima dan mempesona penonton maupun dewan juri nantinya," ujar Ny Retty Assagaff.

Para duta Maluku itu telah dilepas Wagub setempat, Said Assagaff di Ambon, Selasa (20/11) yang optimitis mereka bakal tampil prima guna menyumbangkan prestasi terbaik untuk daerah ini.

"Saya optimistis karena orang Maluku ini menyanyikan lagu apa saja bisa sehingga kebanggaan itu hendaknya memotivasi enam artis ini agar mengukir prestasi terbaik sehingga terpilih mewakili Indonesia di tingkat regional maupun internasional," katanya.

Wagub juga mengimbau peserta agar mengejar prestasi hendaknya tidak mengabaikan nama baik Maluku.

"Hidup orang basudara (saudara) dibingkai budaya pela dan gandong itu dicerminkan di Jakarta sehingga berbaur dengan sesama anak bangsa Indonesia memelihara stabilitas keamanan nasional maupun Maluku," ujarnya.

27 Grup Ikut Festival Nasyid se-Kalsel

Martapura, Kalsel - Sebanyak 27 grup mengikuti festival Nasyid se Provinsi Kalimantan Selatan yang berlangsung di Kota Martapura, ibukota Kabupaten Banjar.

Festival Nasyid tersebut dalam kaitan memperingatimilad atau ulang tahun kesultanan Banjar yang ke - 508 tahun 2012, dekikian Kepala Bagian Pemberitaan Humas Kabupaten Banjar, Sugiyanto, Senin.

Festival yang dibuka Bupati Banjar, Pangeran Gusti Khairul Saleh tersebut memperoleh perhatian warga setempat, sekaligus wisatawan yang datang ke kota santri yang dikenal sebagai daerah berjuluk serambi Mekkah dan kawasan objek wisata keagamaan tersebut.

Menurut Bupati yang sekaligus memangku jabatan sebagai Sultan Banjar tersebut, festival Nasyid tingkat Kalsel merupakan sebuah ajang yang cukup tepat dalam menyalurkan bakat dan kemampuan para remaja di Kalsel, apalagi di dalam sya¿ir Nasyid banyak terkandung pesan-pesan religius yang diharapkan dapat menggugah generasi muda untuk selalu ingat kepada Allah SWT.

Ia berpesan generasi muda menghindari perilaku menyimpang yang saat ini kerap melanda remaja di Indonesia, dan sudah menjadi bagian dari permasalahan nasional dan menuntut penanganan segera.

Penomena tersebut juga menjadi sorotan pemerintah kabupaten Banjar, untuk dicarikan solusi terbaik guna penanganan permasalahan penyimpangan perilaku remaja tersebut dan sedini mungkin dapat dicegah.

Salah satu mencegah perilaku negatif tersebut adalah dengan memberikan ruang serta wadah bagi para remaja dalam mengekspresikan segala bakat, kemampuan mereka kearah yang positif dan di dalamnya dapat diselipkan nilai-nilai budaya, agamis, serta nilai-nilai seni yang kedepan dapat membawa mereka dalam meraih masa depan yang lebih baik.

Dalam festival Nasyid tingkat Kalsel yang keluar sebagai juara I adalah group nasyid The Sun Voice, juara II group nasyid Al-Hawa, juara III group nasyid D'Mo Voice.

Sementara juara harapan I group nasyid Al-Dhurroh, juara II group nasyid Dur Voice, juara III group nasyid Sweet Mufidhah Smatra.

Para juara mendapat hadiah berupa uang pembinaan, piala bergilir dan piala tetap, piagam serta hadiah hiburan lainnya yang diserahkan oleh Ketua Milad Kesultanan Banjar ke 508 pangeran H. Chairiansyah.

Bupati: Lestarikan Alat Musik "Bambu Gayo"

Banda Aceh, NAD - Penjabat Bupati Aceh Tengah Mohd Tanwier meminta berbagai pihak untuk berperan aktif menyelamatkan alat musik "bambu gayo" dengan mempopulerkan kembali alat musik tradisional itu di masyarakat.

"Di Indonesia bambu banyak digunakan sebagai alat musik tradisional, seperti Sasando di NTT, Saluang Sumbar, Calung dan Angklung di Jabar. Ternyata di dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah) juga menyimpan alat musik dari bambu," katanya di Takengon, Senin.

Namun melalui Kabag Humas Pemkab Aceh Tengah Windi Darsa, penjabat bupati mengatakan, alat musik bambu dari dataran Gayo itu belum populer termasuk ditengah-tengah masyarakat Aceh.

Padahal, katanya, alat musik bambu dari dataran Gayo itu mulai dari suling, bansi, teganing, kecapi dan gerantung tidak kalah menariknya dengan alat musik tradisional lain.

Karena itu, Tanwier mengajak komunitas seni budaya dan warga khususnya Aceh Tengah bersama-sama mempopulerkan kembali alat musik bambu yang telah mengiringi kehidupan masyarakat setempat sejak masa lalu.

Di pihak lain, penjabat bupati menjelaskan festival musik bambu yang mulai digelar diharapkan bertujuan untuk menguatkan komitmen dalam upaya bersama memajukan seni musik tradisional tersebut.

"Alat musik bambu yang kita miliki harus dapat lestari dan memiliki nilai jual baik sebagai alat seni maupun sebagai upaya menarik minat wisatawan," katanya menambahkan.

Pemerintah mendukung upaya menggali dan melestarikan nilai seni dan budaya. "Karena saya yakin melalui seni dan budaya maka terpancar nilai-nilai luhur, makna, karakter serta pranata hidup yang telah lama melekat dalam masyarakat Gayo di Aceh Tengah," katanya menambahkan.

"Masyarakat kita dahulu membangun kehidupan dan kebersamaan melalui seni dan budaya miliki. Kita semua tentu menginginkan nilai-nilai dan karakter tersebut menjadi bagian dari kehidupan sekarang," kata dia mengharapkan.

Tari Tortor Dipengaruhi Nyanyian Opera Batak

Balige, Sumut - Perkembangan tari tortor dipengaruhi nyanyian tumba (gerak tari bersifat minimalis) dalam seni opera Batak, yang banyak dipertunjukan pada 1920 hingga tahun 1980.

"Tari tortor, masuk dalam identitas kebudayaan bangsa sebagai warisan budaya yang banyak berkembang dalam pengaruh nyanyian (ende) melalui tumba dan penampilan seni lakon pada opera Batak," kata budayawan Thompson Hs di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Minggu.

Saat ini, tortor kreasi baru dipengaruhi rekaman musik gondang atau instrumen Barat. Representasinya telah banyak digantikan alat musik elektronik untuk mengiringi tarian tradisi tersebut.

Menurut pendiri Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Sumatera Utara itu, beberapa perubahan dalam pola dan gerak tortor telah terjadi melalui kebijakan interaksi kebudayaan dan peran perguruan tinggi, yang mungkin bisa disebut sebagai modernisasi tortor.

Sebagai tarian tradisional Batak, secara umum istilah tortor digunakan di daerah Angkola-Mandailing, Simalungun, dan Toba pada sub kultur (sosio-antropologis) Batak.

"Di daerah Karo, tari tortor dikenal dengan landek dan di wilayah Pakpak, Dairi disebut tatak," ujar Thompson.

Tortor merupakan tarian tradisi yang digunakan di wilayah sub-kultur Toba secara administratif, mencakup Samosir, Toba Holbung, Humbang, dan Silindung, serta ditemukan juga di sekitar lingkar luar Danau Toba.

Dikatakannya, musim Tortor di daerah Batak Toba, terkait dengan berbagai upacara, di antaranya pendirian `huta` (perkampungan) dan `horja bius` (konfederasi kampung dalam kaitan tanah dan pertanian).

Selain itu, terkait dengan adat (pernikahan, orang meninggal) dan penyembuhan penyakit (Tortor Sibaso dan Tortor Saem), kepemimpinan spiritual (Hamalimon) serta konteks hiburan, yakni tari tumba sebagai pemicu kreasi baru dalam pertunjukan opera Batak dalam zaman transisi.

Pola dan gerak dalam Tortor Toba dikenal dengan urdot, yakni gerak turun naik badan dengan bertumpu di tumit (bukan jinjit) dan lenggang badan ke kanan dan ke kiri dengan posisi tangan sejajar atau dengan gerak tertentu disebut eol.

"Tortor terikat dengan spiritual, moral adat, dan instrumen yang sudah ada serta merupakan bagian tidak terpisahkan dari gondang Batak," kata Thompson.

21 Sanggar Ikuti Lomba Tari Kreasi Tabot

Bengkulu - Sebanyak 21 sanggar mengikuti lomba tari kreasi Tabot dalam rangka memeriahkan Festival Tabot di Lapangan Merdeka Kota Bengkulu pada 15-25 November 2012.

"Sebanyak 21 sanggar seni di daerah ini mengikuti lomba tari kreasi Tabot dalam rangka memeriahkan Festival Tabot di Lapangan Merdeka pada 1-10 Muharram atau 15-24 November 2012," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bengkulu Kemas Zaini di Bengkulu, Minggu.

Pada hari pertama, Jumat(16/11), tampil 10 sanggar yang mengikuti lomba tari kreasi Tabot 2012.

Mereka yang tampil terdiri atas Sanggar Duo Perkusi, menampilkan tari jari-jari, Sanggar Puspa Kencana menampilkan tari tabot bekabung, Sanggar Cilik menampilkan tari arak jari-jari, dan Sanggar Fadillah menampilkan tari lenggok meradai.

Sanggar Cilik menampilkan tari perang badar, Sanggar Gabe menampilkan tari menabu ari, Sanggar Gatra B menampilkan tari menating, Sanggar Anggrek Bulan menampilkan tari coki-coki, Sanggar Watassi menampilkan tari fisabilillah, dan Sanggar Muaro Rafflesia menampilkan tari tabot tebuang.

Pada hari kedua, Sabtu (17/11), tampil 11 peserta yakni Sanggar Arastra Kelurahan Lingkar Barat, Rossika dari Pondok Besi, Pasir Putih dari Lempuing, Muaro Rafflesia dari Pasar Bengkulu, dan Salsabila dari Kebun Ros.

Peserta lainnya, Sanggar Gatra dari Kelurahan Tengah Padang, Puspa Kencana dari Sukamerindu, Gratil dari Pondok Besi, Jessica dari Penurunan, Universitas Bengkulu, dan Prameswara dari Anggut.

Kepala Seksi Pengembangan Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bengkulu Teti Rukmayati mengatakan, lomba tari diiringi musik Dol tersebut dilakukan pukul 20.00 WIB hingga selesai, dan dinilai oleh tiga orang juri khusus tari serta tiga juri khusus musik Dol.

Kriteria penilaian meliputi penataan, penampilan, keserasian, hingga kolaborasi musik.

"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas para seniman di daerah ini sehingga Kota Bengkuliu semakin banyak memiiki jenis tarian untuk ditampilkan dalam berbagai acara," katanya.

Para dewan juri akan menetapkan enam pemenang yakni juara pertama sampai dengan harapan ketiga. Setiap pemenang akan diberikan hadiah dan piagam penghargaan.

Upacara tabot dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Hijriah dan memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husien di Padang Karbala Irak.

Tabot yang berarti peti mati adalah lambang peti yang berisi jenazah Husien yang diarak masyarakat Bengkulu pada hari ke-10 menuju pemakaman Karabela yang mencerminkan kawasan Karbala di Irak.

Lembaga Budaya Perlu Maksimalkan Tortor

Balige, Sumut - Budayawan Thompson mengemukakan, lembaga budaya lokal perlu memaksimalkan fungsinya untuk memikirkan pelaksanaan latihan tari tortor dan gondang Batak, karena kesenian tradisional tersebut merupakan warisan leluhur yang patut dipertahankan kelestariannya.

"Tortor dan gondang merupakan bagian tidak terpisahkan serta memerlukan perhatian seluruh kalangan, terutama lembaga kebudayaan lokal, seperti lembaga adat dalihan natolu," kata budayawan Thompson Hs di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Jumat.

Lewat para akademisi, menurut Pendiri Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Sumatera Utara di Pematangsiantar itu, pihak pemerintah perlu membuat kebijakan terkait tortor dan gondang melalui peraturan daerah sebelum ditampung dalam undang-undang kebudayaan yang masih dalam proses pembentukan draf.

Sejak 1920 hingga 1980, kata dia, etnis Batak di wilayah Sumatera Utara pasti masih mengenal seni pertunjukan Opera Batak, dengan unsur-unsur tradisi instrumen musikal gondang dipadukan tarian tortor dalam gerak tari bersifat minimalis melalui tumba dari awal hingga akhir pagelaran.

Gondang Batak merupakan salah satu karya seni musik yang sangat kaya dan menjadi kekaguman bagi dunia, karena repertoarnya yang beragam memenuhi segala kebutuhan seni yang digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti pada upacara keagamaan, adat dan hiburan.

Sedangkan, tortor, masuk dalam identitas kebudayaan bangsa sebagai warisan budaya yang banyak berkembang dalam pengaruh nyanyian (ende) melalui tumba dan penampilan pada opera Batak.

Dikatakannya, Opera Batak mengembangkan fungsi "uning-uningan" (gondang) untuk mengiringi penampilan lakon, nyanyian, tumba, dan repertoar musik khusus dan pada masa Tilhang Gultom kelengkapan ansamble tersebut ditambahi dengan sordam, sulim, tanggetang, dan sagasaga, sarune bolon, dan odap.

Beberapa perubahan dalam pola dan gerak tortor terjadi melalui kebijakan, interaksi kebudayaan dan peran perguruan tinggi, yang mungkin bisa disebut sebagai modernisasi tortor.

Namun, lanjutnya, tortor kreasi baru semakin dipengaruhi oleh rekaman musik gondang atau instrumen Barat, dan representasinya telah banyak digantikan alat musik lainnya untuk mengiringi tortor.

Makna dalam repertoar gondang sudah mengalami reduksi atau pembongkaran makna dan pelaksanaan gondang tergantung kepada konsensus yang disesuaikan dengan lembaga-lembaga tertentu dan individu.

"Sehingga, pembinaan sanggar-sanggar yang terkait dengan tortor dan gondang perlu mendapat pemahaman yang luas dan mendetail," ujar Thompson.

-

Arsip Blog

Recent Posts