Robo-Robo, Menapak Tilas Opu Daeng Manambon

Kubu Raya, Kalbar – Robo-robo sudah membudaya. Ritual yang bernuansa adat istiadat itu berkembang jadi event wisata budaya dengan mempertahankan aroma adat istiadat pesisir dari napak tilas Opu Daeng Manambon.

“Selama acara ini tidak bertentangan dengan agama maka perlu dilestarikan. Tapi harus dikemas dengan apik, memadukan adat budaya agar sasaran menjadi event wisata tercapai,” tutur H Rusman Ali SH kepada Rakyat Kalbar, Selasa (8/13).

Mantan anggota DPR-RI (2004-2009) itu lebih memandang Robo-robo pada nilai adat yang bisa dikembangkan menjadi potensi ekonomi rakyat.

“Kita tahu Robo-robo itu sudah digelar sejak puluhan tahun lalu di Kuala Mempawah dan Sungai Kakap. Dulu ritual robo-robo terasa sakral. Kemudian ada kritik agar tidak bertentangan dengan syariah Islam dan itu baik, sah-sah saja,” ujarnya.

Sebenarnya event menarik ini bisa menjual di level pariwisata nasional kalau dikemas secara apik. “Kalau perlu diusahakan agar menggapai Wonderful of Worlds (WOW), syaratnya harus dikemas secara profesional. Robo-robo tidak ada di daerah lain, kental dengan warna pesisir Kakap maupun Mempawah,” ujar Rusman.

Rusman juga membandingkannya dengan pilar budaya Dayak dan Tionghoa, di mana Robo-robo kental dengan nuansa Melayu. “Itu tadi, asal tidak bertentangan dengan agama maka Robo-robo bisa dikemas secara baik, bisa dijual sebagai event wisata budaya,” tambahnya.

Napak Tilas ODM

Dia berharap acara Robo-robo yang kian tahun merosot kualitasnya agar dikemas lagi. Banyak nilai tambah di acara tersebut. Ada nilai kebersamaan, ekonomi, adat budaya, dan kesenian bahkan kekayaan ragam kuliner dengan acara saprahan.

“Pada kesempatan ini saya ingin sampaikan kepada SKPD yang membidangi pariwisata di Kubu Raya. Di pundak Anda dan di tangan Andalah tanggung jawab bagaimana menjadikan pariwisata sebagai penunjang perekonomian di Kubu Raya,” ujar politisi low profile ini.

Robo-robo, kata Rusman, merupakan ritual adat yang digelar setiap hari Rabu terakhir bulan Safar menurut penanggalan Hijriah. Tujuan digelarnya ritual ini adalah untuk memperingati kedatangan dan/atau napak tilas perjalanan Opu Daeng Manambon bergelar Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan, Martapura, Kabupaten Ketapang, ke Kerajaan Mempawah, Kabupaten Pontianak, pada 1737 M/1448 H.

“Kebersamaan dan silaturahmi antara berbagai elemen masyarakat adalah nilai-nilai lain yang terkandung dalam prosesi Robo-robo. Terasa sekali pada acara makan saprahan di halaman depan Istana Amantubillah,” kata Rusman yang juga dibesarkan di kalangan pesisir.

Dia selalu mengingat nikmatnya kebersamaan makan menggunakan baki atau talam. Setiap baki atau talam (saprah) yang berisi nasi dan lauk biasanya diperuntukkan bagi empat atau lima orang.

“Dalam makan saprahan keakraban terjalin, suasana mencair, dan sekat-sekat melebur jadi satu. Pada saat makan, tidak lagi dipersoalkan status, agama, dan asal-usul seseorang,” ungkapnya.

Hal lain yang tak kalah menariknya dalam ritual Robok-robok adalah dihidangkannya berbagai masakan khas istana dan daerah setempat yang mungkin tidak lagi populer di tengah-tengah masyarakat perkotaan.

Seperti lauk opor ayam putih, sambal serai udang, selada timun, ikan masak asam pedas, dan sop ayam putih. Sebagai penganan pencuci mulut disuguhkan kue sangon, kue jorong, bingke ubi, putuh buloh, dan pisang raja. Sementara untuk minumnya, disediakan air serbat yang berkhasiat memulihkan stamina.

Rusman pun mengharapkan pelaksanaan event Robo-robo 2013 di Sungai Kakap, Kubu Raya, berlangsung akrab, meriah, tapi khusyuk sehingga sukses semarak. Supaya nilai-nilai budaya, adat, dan historisnya dapat terus dilestarikan di masyarakat.

“Selain melestarikan nilai-nilai budaya, kita juga berharap kegiatan tahunan ini memberikan multiplier effect untuk daerah dan masyarakat Kabupaten Kubu Raya. Mulai dari peningkatan ekonomi hingga menjadi daerah tujuan wisata,” harapnya.

Namun dirinya mengingatkan dalam pelaksanaan Robo-robo tersebut jangan sampai ada masyarakat terutama kaum muda yang terlalu berhura-hura secara berlebihan. Apalagi membentuk kelompok-kelompok yang dapat menimbulkan kekerasan.

“Kita nikmati Robo-robo dan kita ambil hikmah kebersamaan. Warga berbagai kecamatan akan berkumpul dan memanjangkan silaturahmi. Acara ini terus terang bisa jadi ajang persatuan dan kesatuan berlandaskan nilai budaya asli kita,” harap Rusman Ali.

Magnet Pembangunan

Robo-robo di Kubu Raya yang digelar Rabu (09/1) hari ini mencakup warga tiga kecamatan, yakni Sungai Kakap, Teluk Pakedai, dan Kubu. Antusias masyarakat tentu luar biasa. Ribuan warga memadati arena yang dipusatkan di Terminal Sungai Kakap.

Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan akan membuka acara yang disebutnya untuk membangun karakter masyarakat sehingga harus mempunyai jati diri. Robo-robo sekaligus untuk membangun kepercayaan satu sama lain.

“Dengan agenda ini tentunya dapat menjadi magnet untuk dampak yang lebih besar bagi pembangunan,” kata Bupati Muda, Selasa (8/13)

Pekan Raya Robo-robo yang dilangsungkan di Kecamatan Sungai Kakap rencananya diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat, pelajar, dan pemerintah.

Muda mengharapkan agar kegiatan tersebut bisa menjadi bagian dari wisata budaya di Kabupaten Kubu Raya yang setiap tahunnya diselenggarakan. Menurutnya, kegiatan tersebut adalah dalam upaya menjaga kelestarian budaya turun temurun dan akan terus dikembangkan.

Saat membuka pekan Robo-robo, Bupati Muda didampingi Camat Sungai Kakap dan Kepala Desa Sungai Kakap. “Momen ritual robo-robo tidak hanya bermanfaat secara internal bagi masyarakat, tetapi juga secara eksternal, yakni magnet pembangunan,” kata Muda.

Secara internal, kata Muda, ritual ini dapat memberikan motivasi bagi masyarakat. Dalam ritual yang berlangsung di tiga kecamatan itu, masyarakat berkumpul membawa makanan, membaca doa tolak bala, doa agar terhindar dari bencana-bencana. “Ini sekaligus untuk memberikan motivasi dan semangat kembali dalam diri masyarakat,” kata Muda.

Menurut Muda, sepanjang masyarakat antusias tentu akan menjadi magnet bagi pengembangan sektor kepariwisataan. “Sehingga selain dapat merekatkan masyarakat, ritual ini juga sekaligus menjadi magnet pembangunan di bidang ekonomi, pariwisata, dan lainnya,” jelasnya.

Dalam konteks sekarang ini, terang Muda, ritual robo-robo ini merupakan peluang bagi pemerintah untuk memberikan pencerahan, mengajak masyarakat supaya berpikir produktif, dan tidak larut dalam kemiskinannya.

-

Arsip Blog

Recent Posts