Malam Budaya Indonesia Pukau London

London, Inggris - Pementasan drama musikal "Two Worlds Apart" yang ditampilkan pelajar Indonesia di London memukau lebih dari 500 penonton termasuk Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris Hamzah Thayeb dalam acara malam budaya Indonesia di Great Hall, Imperial College, London.

Pembawa acara dalam malam budaya Indonesia Steven Marcelino kepada Antara di London, Kamis, mengatakan bahwa Imperial College Indonesian Society sukses mengkombinasikan keanekaragaman budaya Indonesia dengan keunikan drama musikal yang menghibur dan mendapat sambutan hangat penonton dari berbagai bangsa.

Bakat akting pelajar Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Kerajaan Inggris di berbagai bidang mulai dari akting, seni tari tradisional seperti Tari Saman dan musik dangdut serta musik pop Indonesia dapat tersalurkan, kata dia.

Hentakan penari tarian Saman yang menjadi primadona pada malam budaya ini memukau ratusan penonton dari mancanegara dari berbagai kota di Inggris dalam acara tahunan yang dinilai fenomenal dan sukses dalam satu dekade di London.

Pada malam itu, para tamu dihidangkan sajian santap malam berupa hidangan khas Indonesia, yaitu nasi kuning komplit dengan ayam bumbu kuning.

Sebanyak 500 hadirin termasuk para pelajar yang tengah menuntut ilmu di Imperial Collage mengisi tempat duduk di Great Hall, Imperial College, dan seperti tidak sabar untuk menyaksikan drama musikal legendaris itu.

Two Worlds Apart berkisah tentang seorang pemuda pribumi bernama Rangga di zaman kolonial Belanda.

Dia memiliki impian untuk menjelajahi dunia dan mengenyam pendidikan, sesuatu yang cukup mustahil di zaman itu untuk seorang seperti Rangga.

Namun semuanya itu berubah ketika dia dipercayai oleh seorang pemilik perkebunan Belanda, untuk menjadi penjaga anak perempuannya, Anne, seorang gadis Belanda yang mampu memikat hati Rangga.

Rangga pun menyadari bahwa pekerjaan barunya ini dan ditambah dengan hubungan rakyat Jawa dengan pemerintah Belanda yang semakin memanas, akan membuat hidupnya berubah secara drastis.

Penulis naskah dan sutradara drama musikal ini, Ramdisa Agasi bersama rekannya Samuel Starlight Simanjuntak, bekerja keras hampir setengah tahun lamanya untuk membuahkan maha karya ini.

"Saya bangga melihat semua orang berbakat ini berkumpul dan mempersembahkan sebuah pertunjukkan yang begitu kolosal. Sebuah kesempatan istimewa bagi saya untuk terlibat dalam acara ini," ujar mahasiswa S-1 dari Imperial College tersebut.

Presiden Imperial College Indonesian Society, Ardhito Gitoyo Hendranata juga menyatakan puas dengan acara yang telah dipersiapkan oleh timnya sejak musim panas tahun lalu.

"Saya percaya bahwa persiapan yang matang merupakan faktor utama dalam kesuksesan menyelenggarakan acara tersebut," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts