Kirab Budaya, Mengenang Keanggunan dan Kegigihan Tiga Tokoh Wanita Jepara

Jepara, Jateng - Sejak pukul 13.00 WIB, sejumlah warga Kabupaten Jepara tampak mulai bergerombol di sepanjang jalan raya Jepara-Mantingan. Kerumunan masyarakat terlihat berjubel di perempatan Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Beberapa ibu-ibu dan anak-anak tak sabar menanti rombongan Ratu Kalinyamat, Ratu Shima dan RA Kartini. Mendung hitam menggantung tak menyurutkan niat masyarakat menanti iring-iringan peserta Kirab Budaya.

Ya, sore itu, Selasa (9/4), Kirab Budaya dalam rangka hari jadi Kabupaten Jepara dilangsungkan. Tiga tokoh perempuan dari Kota Ukir, Ratu Kalinyamat, Ratu Shima, dan RA Kartini, dihadirkan kembali di tengah-tengah masyarakat dan diarak keliling kota.

Dalam kemasan pawai akbar, kirab budaya dalam rangka hari jadi ke-464 semakin semarak dengan keikutsertaan sejumlah kesenian daerah khas Jepara. Seperti macan kurung, barongan, reog, dan gong perdamaian dari Desa Plajan.

Meski tak sama persis, ketiga putri Jepara yang didaulat menjadi duplikat Ratu Kalinyamat, Ratu Shima, dan RA Kartini cukup membuka memori masyarakat Jepara akan keanggunan dan kegigihan pejuang-pejuang wanita itu. Dan para pemeran tiga tokoh wanita itulah yang menjadi magnet dalam kirab kali ini. Meski bupati dan jajarannya turut serta.

“Buok si ndhe, ratune sik ayu-ayu anake sapa tah kuwi?” celetuk ibu-ibu dalam bahasa Jawa dengan dialeg Jepara dari tepi jalan saat iring-iringan Ratu Kalinyamat yang diperankan mantan Duta Wisata Jepara 2010, Neta Diyanisa melintas di depannya.

Mengenakan gaun warna merah menyala berpadu dengan baju dalam hitam dan jarik, Ratu Kalinyamat seolah-olah hadir kembali. Berdiri tegak di atas replika kapal dengan puluhan penari di sisi kanan dan kiri, Ratu Kalinyamat semakin berwibawa. Keanggunannya terpancar dari mahkota dan untaian kembang melati di kepala.

“Menjadi Ratu Kalinyamat sudah yang kesekian kalinya, sebelumnya juga diminta untuk menjadi Ratu Kalinyamat dalam Festival Keprajuritan di Taman Mini Jakarta,” ujar Neta.

Kirab budaya yang dimulai dari alun-alun kota menuju komplek makam suami Ratu Kalinyamat, Sultan Hadliri, berlangsung selama tiga jam. Dengan berjalan beriringan menempuh jarak 4 kilometer, peserta kirab disambut masyarakat di sepanjang ruas jalan yang dilewati.

-

Arsip Blog

Recent Posts