San Francisco Akan Bebaskan PSK Berkeliaran

San Francisco — San Francisco akan menjadi kota besar pertama di AS yang membebaskan pekerja seks komersial (PSK) berkeliaran. Itu jika hasil pemungutan suara menyetujui Undang-Undang Proposition K pada bulan depan.

Aturan baru itu akan melarang pemerintah setempat memeriksa, menangkap, atau menuntut siapa pun yang menjual seks. Secara teknis, pemungutan suara itu tidak akan melegalkan prostitusi karena undang-undang negara bagian California melarangnya. Namun, aturan baru itu akan memangkas kekuasaan aparat penegak hukum San Francisco untuk memerangi prostitusi.

Para pendukung Proposition K mengatakan, aturan baru itu akan menghemat dana 11 juta dollar AS yang dihabiskan polisi memberantas prostitusi setiap tahun. Para PSK juga diberi hak membentuk persatuan penjaja cinta.

"Ini akan memungkinkan para pekerja mengatur hak-hak dan keamanan kami," kata Patricia West (22), salah satu PSK yang sejak setahun lalu menggeluti profesi ini. Patricia biasa memasang iklan layanan seksnya di internet. Ia pindah ke San Francisco dari Texas pada Mei 2008 untuk membantu pembentukan Proposition K.

Sejauh ini prostitusi dilegalkan di dua negara bagian di AS. Rumah bordil diizinkan di daerah-daerah pinggiran Nevada. Negara bagian Rhode Island juga mengizinkan penjualan seks di rumah tertutup, tetapi melarang PSK berkeliaran di jalan.

Lokasi Pelacuran di Kota Mimika

Ingar-Bingar suara musik terdengar dari deretan rumah pelacuran di Kilometer 10, Desa Kandun Jaya, Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Papua, Jumat (8/11) malam. Sejumlah pelacur dengan rokok di tangan menemani para pria yang sedang santai menikmati bir di pojok Bar Mekar Jaya.

Di tempat pelacuran itu terdapat sedikitnya 20 rumah. Rumah-rumah itu berfungsi sebagai bar, tempat berkaraoke, dan sekaligus praktik pelacuran. Lokasi pelacuran itu terletak berdampingan dengan permukiman penduduk sehingga anak-anak terbiasa dengan suasana pelacuran.

Dari Kota Timika, Ibu Kota Kabupaten Mimika, lokasi pelacuran itu bisa ditempuh menggunakan kendaraan angkutan umum yang tersedia hingga sore hari. Pada malam hari orang harus menggunakan mobil sendiri atau ojek sepeda motor. Tarif ojek ke tempat itu mencapai Rp 30.000.

Malam itu, sejumlah mobil milik perusahaan tambang emas dan logam PT Freeport Indonesia diparkir di lokalisasi tersebut. Kendaraan PT Freeport juga tampak di sepanjang Jalan Ahmad Yani, yang penuh dengan bar, karaoke, dan klub malam. Bar, karaoke, dan klub malam itu kebanyakan menempati rumah-rumah berukuran kecil. Hanya satu dua yang berukuran besar.

Di antara tempat hiburan itu, terdapat Selana Bar yang mengklaim bebas Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Klaim itu tercantum pada papan nama bar. Di bar yang lain, De Gama (singkatan Depot Gadis Malam) yang lebih dikenal sebagai bar "Pemda", terpampang seruan "Perangi HIV/AIDS". Disebut Bar Pemda karena karyawan Pemda Kabupaten Mimika sering berkunjung ke situ. Mobil-mobil
berpelat merah sering terlihat diparkir di sana.

Menjamurnya tempat-tempat hiburan dan pelacuran tersebut karena keberadaan PT Freeport Indonesia. Ribuan karyawannya menjadi sasaran empuk para pengusaha hiburan. Para karyawan itu bekerja lima hari dalam seminggu. Dua hari libur biasanya mereka manfaatkan "turun" ke Timika untuk mencari hiburan.

Para karyawan itu diangkut dengan bus dari lokasi tambang terbuka dan bawah tanah "Grasberg" di Kecamatan Tembagapura. Bus-bus tersebut dikenal sebagai bus kerinduan, karena untuk mengangkut karyawan yang hendak bertemu keluarganya. Pada hari Minggu sampai Kamis ada delapan bus yang mengangkut karyawan. Setiap bus memuat 60 orang.

Pada hari Jumat dan Sabtu jumlah bus yang dioperasikan mencapai 20 unit.Bus-bus ini juga mengangkut karyawan yang bekerja di bagian pemeliharaan mesin.

Menjamurnya tempat hiburan malam dan munculnya kasus HIV/AIDS meresahkan penduduk asli. Di antara mereka yang prihatin terhadap merebaknya kasus

HIV/AIDS di Papua terdapat para aktivis hak asasi manusia. Mereka ialah Mama Elizabeth, Mama Theresia dan Mama Ema. Para perempuan Papua itu bergabung dalam organisasi Yayasan Hak Asasi Manusia Anti kekerasan (Yahamak).

Menurut Mama Theresia, mereka sama sekali buta tentang HIV/AIDS. Bagi mereka HIV/AIDS adalah penyakit baru dan orang yang terinfeksi sebaiknya diumumkan dokter. Cara ini untuk mencegah orang lain supaya tidak tertular. Mama Theresia dan teman-temannya mengaku kesal karena semakin banyak bar, rumah biliar, dan minuman keras di Papua.

Muncul pendapat yang menginginkan pengidap HIV dikeluarkan saja dari Papua agar tidak menulari penduduk setempat. "Penyakit ini bikin habis orang Papua," kata Mama Theresia.

Menurut Kepala Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Erens Meokbun, sejak 1995 sampai Agustus 2002 pihaknya mencatat kasus HIV sebanyak 251 dan AIDS 42. Sejumlah 66,55 persen penyebaran HIV/ AIDS melalui hubungan seks. Sedangkan penularan dari ibu ke anak terdapat dua kasus.

Dari 251 kasus HIV di atas, sebanyak 197 yang terkena adalah orang Papua. Sementara dari 197 kasus tersebut terdapat 39 orang Papua yang mengidap AIDS.

Petugas kesehatan PT Freeport, Dr Surinder Kaul, mengungkapkan, sejak 1996 sampai September 2002, pihaknya mencatat jumlah kasus HIV sebanyak 194 dan AIDS 20. Berdasarkan kelompok umur, ada tiga orang berusia di bawah satu tahun yang positif HIV. Kasus HIV terbanyak pada kelompok usia 20 tahun sampai 29 tahun (110 kasus).

Dalam menanggulangi HIV/AIDS di Timika, PT Freeport mendirikan klinik kesehatan reproduksi untuk umum. Para pekerja di sana memberi penyuluhan HIV/ AIDS ke tempat pelacuran dan hiburan malam.

Mereka juga membagikan kondom gratis, melakukan tes HIV/ AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya. Darah orang yang dites HIV dikirim ke Jakarta untuk diperiksa dengan teknik Western Blot.

Perawatan terhadap pengidap AIDS dilakukan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat yang dikelola Yayasan Caritas Timika.

Rumah Sakit Mitra Masyarakat mendapat dana operasional dari Lembaga Pengembangan Masyarakat Irian (LPMI). Ada tujuh suku yang bernaung di yayasan itu, yakni Kamoro, Amungme, Damal, Dani, Moni, Nduga dan Ekari. Setiap tahun PT Freeport menyisihkan satu persen hasil penerimaannya untuk tujuh suku itu.

Orang Asing
Menjamurnya tempat hiburan di Timika juga tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Mimika. Berdasarkan penuturan Sumarni, pemilik Bar Mekar Jaya di Kilometer 10, ia mendapat izin usaha dari Pemerintah setempat untuk membuka restoran.

Mereka dikenai pajak Rp 7,5 juta per tahun. Jumlah itu belum termasuk setoran bulanan sekitar Rp 500.000 dan kontrak bar Rp 50 juta setahun. Tahun depan izin usaha di Kilometer 10 tarifnya akan dinaikkan menjadi Rp 20 juta. "Kami keberatan. Usaha di sini tidak teralu banyak mendatangkan untung," tutur ibu dua anak asal Tuban, Jawa Timur itu.

Bar Mekar Jaya mempekerjakan 25 pramuria dari Jawa Timur. Sedangkan di Bar De Gama, pramurianya berasal dari Sulawesi Utara dan Makassar. Seorang pramuria asal Sulawesi Utara bernama Kiki, mengaku baru sebulan bekerja di Bar De Gama. Sebelumnya dia bekerja di Kabupaten Sorong. Pramuria lainnya, Windi, menuturkan, pelanggannya kebanyakan karyawan Pemerintah Kabupaten Mimika dan orang asing yang berada di Kuala Kencana.

Menurut Windi, orang asing selalu membawa kondom, sehingga dia tidak perlu repot-repot merayunya mengenakan sarung pengaman itu. Memakai kondom diyakini bisa mencegah tertular HIV/AIDS.

Ditambahkan oleh Windi, yang sering membandel justru pelanggannya yang orang-orang setempat. Mereka umumnya belum terbiasa memakai kondom. Windi dan pelacur lainnya sering kali terpaksa menuruti kemauan pelanggan yang menolak memakai kondom. Disadari oleh Windi bahwa hal itu sangat berisiko tertular HIV/AIDS. Itu sebabnya, bus-bus yang mengantar ribuan pekerja PT reeport ke tempat-tempat pelacuran tersebut sesungguhnya bukanlah bus kerinduan, tetapi bus yang menuju kematian.*

sumber: suara pembaruan

Panggilan Khusus Untuk Pelacur ABG

INFO MEDAN BRONCES atau onces itu panggilan khusus untuk pelacur ABG di Medan. Di kalangan onces pun memberikan istilah tersendiri pula untuk mangsanya. Tubang (tua bangka) tapi tebal kocek. Tubang yang istilah umumnya adalah "om

Para pelacur ABG yang di Tasikmalaya dikenal dengan sebutan anyanyah ini tidak hanya nongkrong di pusat perbelanjaan (mall-dept store) melainkan di sejumlah cafe dan hotel. Misalnya di Hotel Padjadjaran Jalan Ir H Juanda dan Hotel

Para ABG di Cihampelas itu, oleh tamu biasanya dibawa ke hotel yang membuka short time, seperti Pondok Kahuripan, Lebak Gunung, dan Juvante. Juga sejumlah penginapan yang berada sepanjang Jl Pasir Kaliki sampai. Lembang.

Di Yogyakarta Mereka Disebut 'Ciblek' CIBLEK. Itu sebutan untuk pelacur ABG di Yogyakarta. Singkatan dari cilikan betah melek. Rinda, adalah salah satu ciblek yang hampir setiap hari mangkal di sebuah mal kawasan Malioboro.

Tapi tidak gampang menemui ABG di Kota Apel itu. Mereka bergerak secara rapi. Lokasi mangkal ABG –di Malang kerap disebut ayam abu-abu (bagi yang terlihat berseragam SMU) atau ayam kampus (khusus bagi pelacur ABG dari

Pernah ada ABG yang dibawa oleh dua orang, ternyata di tengah jalan seluruh perhiasannya dipreteli, termasuk uangnya. Sejak, kejadian itu mereka sangat hati-hati. Media kemudian, seorang diri mencarter taksi sambil menelusuri kawasan

Wilayah operasi para ABG Manado memang tak sulit dijumpai. Selain lokasi di seputaran mal di Jalan Sam Ratulangi, baik di luar maupun di dalam gedung, para ABG Manado dapat pula ditemui di sejumlah kafe di Manado

Bukan hanya Tati, puluhan gadis lain yang dipajang di tempat itu, bisa keluar dengan sekali menyebut angka. Belakangan ini, Batam sudah menjadi 'gudang' pelacur ABG. Jumlahnya bisa mencapai ribuan orang.

THELOCO ONLINE. WELCOME ON THELOCO ONLINE. advertising · Amazon.com Widgets · Your Ad Here · advertising · Menelusuri Pelacuran ABG di Sejumlah Kota (MAKASAR). 19 June 2009. Berbeda lagi dengan Ogi, menggeluti dunia pelacuran memang

megah di jantung Kota Padang itu terletak dekat dengan rumah indekos para pelajar SMU maupun mahasiswi sejumlah kampus perguruan tinggi negeri dan swasta. Sehingga sangat strategis dijadikan tempat berkumpulnya para ABG.

Jajanan Sex, Begitu Mudah Begitu Praktis Begitu Nyata

Pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Medan pada pertengahan tahun 2006, seorang teman asli Medan sebut saja Sinaga mengajak berkeliling kota menikmati keramaian malam Kota Medan. Setelah berputar-putar selama satu jam kami pun menikmati makan malam di sebuah café tenda di seputaran Jalan Sudirman. Ada banyak cafe tenda di sini, karena malam minggu pengunjung [...]

Pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Medan pada pertengahan tahun 2006, seorang teman asli Medan sebut saja Sinaga mengajak berkeliling kota menikmati keramaian malam Kota Medan. Setelah berputar-putar selama satu jam kami pun menikmati makan malam di sebuah café tenda di seputaran Jalan Sudirman. Ada banyak cafe tenda di sini, karena malam minggu pengunjung cukup ramai. Laki perempuan bercampur baur, ngobrol menghabiskan malam, umumnya pengunjung datang dengan pasangan masing-masing. Namun saat kami berkeliling mencari tempat mangkal nampak beberapa perempuan seperti menunggu seseorang. Ada banyak perempuan seperti ini, ketika saya tanya sama sinaga, itu adalah barang. Jawaban ini mulai mengundang tanya, tetapi saya anggap angin lalu saja sampai kami memilih satu tenda cafe.

Saat ngobrol di cafe tiba-tiba kami didekati seseorang perempuan, sinaga pun menyapanya, tanpa ba..bi..bu basi basi gitu, perempuan tersebut langsung menanyai kami, “mau cewek bang ?”, Sinaga pun sambil memandangi saya, lalu balik bertanya ke perempuan itu, “kalau sk berapa ?”, si perempuan menjawab untuk layanan pake short time 300 ribu dan long time 500ribu, ceweknya boleh milih. Perbincangan ini berakhir singkat karena sinaga melakukan penolakan halus, setelah membayar dengan pemilik cafe, kami pun berdua meninggalkan tempat itu.

Dalam perjalanan pulang, saya sempat bertanya, “sk itu apa bang sinaga ?”, ternyata sk itu artinya dari singkatan sewa kamar untuk menikmati jajanan sex, tinggal pilih mau short time atau long time. Cafe-cafe sudirman itu sampai saat ini menjadi tempat dilaksanakannya transaksi bagi laki hidung belang menikmati jajanan sex.

“Tapi itu mahal wan, terlalu ribet pake calo (germo) segala”, “maksudnya apa bang ?” lanjut saya, “kalau cuma mau nengok-nengok, ntar kita lewat yang lebih mudah dan praktis kalau pengin sk bisa langsung transaksi dengan ceweknya.”.

Apa yang dimaksud teman saya Sinaga itu adalah wilayah jalalan lampu merah di Jalan Iskandar Muda, wilayah pusat kota Medan di mana antara Mall Ramayana sampai Medan plaza, tiap malam dijadikan tempat mangkal para perempuan di sepanjang jalan untuk menjaring para lelaki yang mau jajan sex. Kalau berminat anda tinggal menyusuri jalan itu sambil nengo-negok memilih-milih di dalam kendaraan mobil atau di atas kereta (sepeda motor), kalau lebih berani anda tinggal mendekati seseorang, silahkan ngobrol dipinggir jalan, mau layanan yang bagaimana, termasuk tarifnya berapa, kalau gak cocok anda bisa bergeser memilih yang lain, mudah kan ?

Kantor saya berada di kawasan ini, karena saya pulang kantor pada malam hari, jadi selama tiga tahun di medan selalu melewati jalan ini, jadi sudah menjadi pemandangan biasa, namun kadangkala saya juga bertanya, koq pemda Medan atau masyarakat tidak pernah mengusik para perempuan penjaja sex ini, sepertinya masyarakat kota Medan juga sudah menganggap biasa saja.

Tertarik atas beberapa postingan Mariska dengan topik-topik sexualnya di kompasiana ini, terutama cerita tour the sex di Indramayu, maka kali ini pun saya tertarik melakukan citizen jurnalism di kawasan ini untuk berbagi dengan teman-teman blogger kompasiana.

Dua malam selama 2 sampai 3 jam saya pun nongkrong di jalan iskandar muda, kebetulan ada tenda cafe di mana para cewek-cewek itu mangkal di pinggiran jalan. Jalan Iskandar Muda ini cukup unik di tempat ini anda bisa menikmati duren berduri dan duren bergincu. Duren berduri maksudnya buah durian, penjual durian yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi oleh para pendatang adalah warung durian si ucok, termasuk kalau anda ingin membawa oleh-oleh durian bisa pesan di tempat ini, cara kemasannya dijamin tidak bau duren jika dibawa di dalam pesawat. Anda pun bisa menikmati makan duren di warung ini tempatnya pinggir jalan sambil nengok-nengok duren bergincu lagi nunggu tamu untuk transaksi sexual. Tau kan, apa yang saya maksud dengan duren bergincu, para penjaja sex itu.

Uniknya para cewek penjaja sex ini sangat vulgar menawarkan diri, mereka nampang di depan pertokoan tanpa malu-malu dan risih, mereka pun nampang sendiri-sendiri dibawah terang benderangnya sinar lampu jalanan, seperti didepan kantor BNI dan beberapa kantor dan outlet toko-toko, jadi tanpa turun dari mobil anda pun bisa menyaksikan mereka dengan jelas. Transaksi pun bisa dilakukan tanpa harus turun dari mobil, cukup menghampiri pinggir jalan di mana mereka berdiri.

Sesuai informasi yono seorang tukang betor (becak motor) yang hampir tiap malam mangkal di jalan ini nyari sewa (penumpang), menurutnya selama hampir 6 tahun mangkal di tempat ini para cewek penjaja sex ini datang silih bergangti, umumnya mereka muda-muda berumur antara 20 – 30 tahun. Mereka ini umumnya tidak saling mengenal, tidak punya bos atau calo, mereka juga selain berasal dari pedalaman Sumut yang datang ke Kota Medan, ada juga yang datang dari batam, pekanbaru, Aceh, dan Kota Padang.

Lanjut yono, walau diantaranya memang berprofesi sebagai penjaja sex, tetapi mereka yang datang dari luar sumut, umunya bukan berkerja sebagai pelacur, mungkin mereka butuh duit buat belanja di Kota Medan sekaligus ongkos pulang, ”kan lumayan kalau satu malam saja mereka bisa dapat tamu lima orang, maka bisa ngumpulin duit 700ribu, kalau pandai merayu malah bisa dapat lebih satu juta dalam semalam,” ujar yono. Menjelang hari-hari raya seperti hari lebaran, natal dan tahun baru, malah yono sering bingung, cewek ini dari mana, koq ada barang baru lagi neh….

Walau tarifnya sekali cos coy, antara 150ribu-200ribu tetapi pelangganya umumnya bermobil, sk (sewa kamar) juga gak perlu jauh-jauh di seputaran gajah mada banyak hotel jam-jaman tarif tanpa ac 30 ribu, pake ac 50ribu. Para penjaja sex ini tidak mau di bawa sk jauh-jauh dari tempat mangkalnya karena mereka akan menjaring tamu yang lain lagi. Ririn seorang penjaja sex menurut yono sambil menunjuk yang lagi berdiri menunggu tamu di depan kantor BNI baru muncul tiga hari yang lalu, ririn datang bersama tiga orang temannya dari pekanbaru, menurut pengakuan ririn mereka adalah para penganggur di kota asalnya, datang ke medan untuk jalan-jalan sekaligus berbelanja, termasuk ongkos pulang pergi Pekanbaru-Medan semua itu di dapatkan dari menjajakan diri di iskandar muda, apalagi ini menjelang lebaran mereka juga banyak kebutuhan. Dikampungnya ririn bukan pelacur, tetapi kenapa mau datang ke medan melakukan itu. Jawabnya dengan enteng, ya gimana bang, ini mau lebaran kami kan juga butuh duit, di sini juga caranya mudah dan praktis serta aman, kami juga tidak perlu seorang germo. Tentu bagi laki-laki hidung belang ini juga sangat mudah, praktis dan betul-betul nyata, tinggal samperin, ngobrol dikit, langsung oke.

Seribu Cara Menikmati Jajanan Sex

Berdasarkan cerita teman saya yang berasal dari Surabaya, Bandung, Solo, Jogya, dan Jakarta di mana kota-kota ini sangat terkenal dengan dunia esek-eseknya alias jajanan sex, kemudian dibandingkan dengan cerita beberapa teman di Kota Medan, menghasilkan kesimpulan bahwa Kota Medan sangat professional di dalam urusan sahwat jajanan sex ini. Ini juga berdasarkan beberapa kunjungan reportase saya di beberapa tempat rekreasi dan seputar kota medan.

Cerita ini sebenarnya berawal dari kantor saya yang berdekatan dengan kawasan ‘lampu merah’ jajanan sex di Jalan Iskandar Muda antara Mall Ramayana sampai Mall Medan Plaza. Bagi anda seorang wanita jangan coba mangkal, misalnya menunggu seseorang, di kawasan ini di malam hari karena bisa saja para lelaki hidung belang menganggap anda seorang pelacur yang menunggu tamu. Kawasan ini memang terkenal di Kota Medan para penjaja sex dengan cara freelance, maksudnya para wanita melakukan aksinya tanpa germo atau sejenisnya, mereka datang entah dari mana silih berganti, dan mereka juga umunya tidak saling mengenal, istilah saya begitu mudah, begitu praktis, begitu nyata, karena seorang wanita yang ingin melakukan transaksi sexual cukup modal keberanian saja mangkal di seputaran jalan ini, tidak perlu malu-malu, toh sudah banyak juga yang lagi mejeng di bawah terang benderang sinaran lampu jalanan dan front pertokoan.

Btw, sebelumnya perlu saya sampaikan, bahwa saya sangat tidak setuju menggunakan istilah PSK (pekerja sex komersial) bagi para perempuan penjaja sex ini, konotasi perempuan PSK bagi masyarakat selama ini, di mana di berbagai tulisan media juga menggunakan istilah PSK ini, seolah-olah kita atau masyarakat secara latah atau tidak sengaja menganggap ini sebagai profesi legal. Jika para pelacur ini kita sebut Perempuan Pekerja Sex Komersial, berarti isteri-isteri di rumah tangga atau isteri resmi karena pernikahan bisa berkonotasi mereka jjuga pekerja sex tapi non komersial, non komersial bisa karena hanya melayani suaminya saja atau juga plus melayani selingkuhannya. Jadi saya lebih sepakat memakai istilah ‘pelacur’, ‘penjaja sex’ atau prostitusi atau bisa lebih kasarnya ‘penjual daging mentah’.

Penghalusan penyebutan ‘pelacur’, penjaja sex, atau prostitusi menjadi atau di sebut PSK ini juga mengindikasikan bahwa masyarakat kita terutama pihak pemerintah selama ini sangat permissive dan apatis menanggapi persoalan amoralitas ini.

Hampir semua hotel di medan kecuali beberapa yang memberi perhatian khusus, terutama hotel melati,bintang 1 dan 2 tidak steril dari para penjaja sex ini, yang berbeda Cuma caranya saja ketika para duren bergincu ini datang mengunjungi tamu di hotel. Ada melalui penawaran dari bell boy hotel, ada juga di waktu telat malam wanita penjaja sex ini mengetuk pintu kamar hotel, sepertinya mereka tahu atau dapat informasi anda tamu hotel yang datang tanpa pasangan.

Jika anda seorang lelaki hidung belang yang doyan jajanan sex berkelas, anda mungkin malu dan risih hunting wanita penjaja sex freelance di jalan iskandar muda itu, maka alternatifnya anda bisa memilih di tempat-tempat diskotik dan karaoke. Nyaris semua di kedua tempat tersebut jika anda datang berkunjung tanpa pasangan wanita, maka serta merta seseorang akan datang menawari anda, “bang mau cewek gak ?”.

Wanita-wanita penjaja sex ini akan menemani anda selama menikmati diskotik dan karaoke selama 2 hingga 3 jam, kalau cocok harga bisa lanjut sk (sewa kamar). Malah beberapa tempat karaoke berfasilitas lengkap dan berkelas, eksekusi kepada teman wanita sewaan tersebut, sekali lagi kalau cocok harga, bisa dilakukan di dalam kamar tempat karaoke tersebut.

Kita bergeser ke tempat rekreasi di beberapa pinggiran kota medan, ditempat rekreasi ini menyediakan ‘rumkit’ alias ‘rumah kitik-kitik’, tempatnya bervariasi, ada yang seadanya kamar atau ruang yang terbuat dari beberapa spanduk bekas tetapi cukup aman dari jangkauan public ketika melakukan indohoy atau asik-masuk esek-gesek dengan pasangan anda. Ada juga dalam bentuk kamar permanen, rumkit ini tarifnya antara 5 ribu sampai 20ribu, karena tempat ini hanya buka di siang hari jadi para pengunjung harus datang dengan pasangan masing-masing.

Bergeser lagi sedikit ke luar Kota Medan menuju berastagi sebelum tempat lokasi jambore nasional, akan ditemukan tempat prostitusi paling terkenal dan kolosal, nyaris semua orang medan atau sumut mengenalnya yaitu kelurahan bandar baru yang masuk wilayah kabupaten karo kecamatan brastagi.

Ditempat ini baik siang dan malam anda tidak menemukan para wanita penjaja sex itu, Bandar baru ini lokasinya menyerupai puncak cisarua bogor termasuk cuacanya. Bandar baru ini terdapat beberapa villa terutama ratusan hotel-hotel melati. Tinggal pilih sesuai isi kocek masing-masing, penginapan mana yang dituju, setelah beberapa saat di dalam penginapan dan anda tamu tanpa pasangan wanita seseorang ‘anjelo’ (antar jemput lonte) akan datang menawari wanita penjaja sex. Negosiasi bisa dilakukan dengan para penjaja sex itu yang diantar oleh anjelo, jika tidak selera anjelo siap mendatangkan yang lain sesuai pesanan macam mana rupanya. Berapa tarif para wanita penjaja sex ini diluar tip buat anjelonya, hanya dikisaran 50ribu – 200ribu untuk sekali eksekusi coz coy.

Ini bukan rumor, isu dan gossip, untuk mengetahui informasi seperti yang saya tulis di atas, anda tidak perlu capai-capai datang ke lokasi, seorang tukang betor (becak motor atau becak mesin) yang sudah lama di kota medan mengetahui semua informasi di atas.

Maraknya prostitusi di kota medan ini berkorelasi positif atau pada fakta lain membuktikan yaitu tingginya pengidap penyakit dampak transaksi sexual virus HIV Aids di kota medan dan sumut. Dalam kurun waktu empat bulan dari April sampai Juli 2009, ditemukan sebanyak 291 kasus baru penderita Human Immunodefisiency Virus/Acquired Immuno Defesiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Medan.

Kota Medan menjadi daerah terbanyak memiliki penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara. Dari 1994 hingga 2009, tercatat 1810 penderita yang tertular melalui hubungan seks bebas dan pemakaian jarum suntik bergantian.

“Jumlah tersebut telah disurvei oleh tim dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, sedangkan yang tersembunyi diperkirakan mencapai 11.000 orang,” kata kepala seksi Pencegahan Penyakit Menular Langsung Dinkes Sumut, Sukarni,

Dari temuan Dinkes Sumut tersebut, 820 orang pengidap HIV positif dan 990 orang terjangkit AIDS, jumlah ini tersebar di 21 kabupaten/kota dan kota Medan menduduki rangking teratas menyusul Deli Serdang. Jumlah penderita HIV/AIDS di kota Medan 1.242 kasus dengan perincian HIV 604 kasus dan AIDS 638 kasus, Deli Serdang 170 kasus (84 HIV dan 86 AIDS).

Disebutkan, mayoritas usia pengidap HIV/AIDS rentan pada usia 20-40 tahun sebanyak 1..005 dengan faktor risiko penularan didominasi hubungan seks yang beresiko dan pemakaian narkoba dari jenis suntikan. Jumlah ini sesuai data Dinkes Sumut hingga Agustus 2009 dan dari jumlah tersebut penderita mayoritas laki-laki sebanyak 1.446 orang, perempuan 346 orang,
Secara nasional pelanggan wanita pekerja seks (WPS) dinilai masih mendominasi golongan risiko terkena Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Diperkirakan jumlahnya 3,14 juta orang di Indonesia.

Demikian Kadis Kesehatan Sumut dr. Candra Syafei, SpOG melalui Manager Global Fund Dinas Kesehatan Sumut Andi Ilham Lubis kepada di ruang kerjanya, Rabu (26/8). Malah sebenarnya, kata Andi, tidak saja pelanggan WPS yang berisiko tapi juga pasangan pelanggan tersebut. Dampak yang ditimbulkan selanjutnya adalah sekitar 1,8 juta pasangan pelanggan WPS juga ikut tertular HIV/AIDS.

Tingginya angka estimasi ini didasarkan pada besarnya peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun. Terhitung sejak pertama kali ditemukan di Indonesia tahun 1987 hingga 2009, kasus HIV/AIDS telah mengalami peningkatan hingga 5.000 kali lipat. Sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM&PL) Departemen Kesehatan RI per 31 Maret 2009, pada tahun 1987 ditemukan 5 kasus. Jumlah ini meningkat 5.000 kali lipat menjadi 23.632 kasus di tahun 2009. (sumber diolah copas dari pemberitaan analisa dan waspada online).

Nyata, seribu cara menikmati jajanan sex, begitu mudah begitu praktis, semudah laptop anda pun terserang virus mematikan jika bermain-main dengan transaksi jajanan sex.

Menyusuri Esek-Esek di Kota Mataram, "Ayam Kampung Bertarif" Ekonomi

Lain Jakarta, lain Mataram…Pola dan tingkah laku pejabat yang melakukan perjalanan di dinas di Kota Matarampun dimanfaatkan untuk bermain esek-esek dengan penjaja seks setempat.

Yang sedikit berduit, mereka akan berkongkow ria di daerah senggigi, disepanjang pantai senggigi terdapat beberapa kafe yang juga menyediakan penjaja seks secara terselubung. Dikota Matarampun terdapat penjaja seks komersial dengan tariff antara Rp.30ribu – Rp.500ribu.

Dosa kah yang dia kerjakan
Suci kah mereka yang datang……
Kadang dia tersenyum dalam tangis
Kadang dia menangis di dalam senyuman……

Senandung lagu ciptaan Titiek Puspa yang dinyanyikan Grace Simon tentang kehidupan Pekerja Seks Komersial (PSK) sungguh memerlukan pengkajian yang mendalam. Mengapa mereka rela melacurkan harga dirinya? Apakah benar hanya untuk mempertahankan hidup atau kurangnya iman dan enggan hidup dalam serba kekurangan?

Sulit untuk membedakan mana kelompok yang terpaksa melacurkan diri atau benar-benar sudah menjadi pilihan hidupnya karena enggan bekerja keras. Namun tidak sulit untuk mencari para PSK yang gentayangan di berbagai sudut kota Mataram dalam remang-remang lampu jalanan atau warung kopi, bahkan di “samping” tempat ibadah pun masih saja mereka beroperasi sebagai penjaja syahwat.

Sebut saja Denok yang biasa nongkrong di sebuah warung pojok dibekas terminal Sweta, dengan dandanan cukup seronok tanpa malu ia akan menawarkan jasa short play sebesar Rp30.000. Tapi jangan kaget, jika mau sabar, Rp25.000 pun bisa langsung masuk “kamar” yang tidak lebih dari sebidak bedeng dengan dinding dari bedek (anyaman bambu) dan beralaskan tikar butut.

Di wilayah yang tak jauh dari tempat mangkal Denok, sebuah warung remang-remang dengan sedikit “penjagaan” bodyguard mangkal beberapa orang perempuan berusia belasan tahun hingga 30 tahunan. Jika harga sudah klop, cukup beralaskan tikar dengan atap langit di semak-semak melepas syahwat pun bisa dilakoni.

Ada lagi warung yang sengaja menyiapkan ruang khusus untuk untuk sekadar short play dengan tariff antara Rp30.000 – Rp40.000. Di sini usia penjaja seks rata-rata di atas 30 tahun.

Sementara di lokasi khusus para penjaja seks mangkal diwilayah Cakranegara, di sana banyak pilihan.Usianya pun tergolong cukup muda dan rata-rata untuk sekali kencan diminta tarif Rp40.000 sudah termasuk “sewa” kamar. Tidak sulit untuk melepas mencari wanita penjaja seks di wilayah ini. Mereka “buka praktek” mulai pagi hingga malam.

Bagaimana dengan status mereka yang sebenarnya? Rata-rata dari penjaja seks itu sudah memiliki anak dengan status janda. Jika malu berkuda lumping di wilayah itu, bisa dibawa dan chek in di beberapa hotel melati yang “aman” dari razia.

Pemerintah Kota Mataram bukan tutup mata, kerap dilakukan razia terhadap para penjaja seks ini, namun ibarat jamur di musim hujan, selalu saja tidak pernah habis-habisnya.

Jika mencermati kehidupan penyakit sosial yang tidak habis-habisnya, dunia prostitusi tidak saja dilakoni oleh mereka yang benar-benar terjun sebagai PSK. Hanya berbekal informasi, para penikmat seks bisa memperoleh “ayam kampung”.Usia mereka rata-rata belasan tahun dan paling tinggi 20 tahunan. Hanya saja, untuk mendapatkan “ayam kampung” ini harus menggunakan jasa calo dan tentunya harus merogoh dompet lebih dalam. Urusan tarif tidak lebih dari Rp250.000, namun harus ditanggung biaya sewa hotel dan ditambah dengan membeli snak dan minuman ringan.

Sebut saja Wirawan, dia bisa diminta tolong untuk mencari “ayam kampung”. Menurut engakuannya, ayam-ayam kampung itu dia cari di perkampungan seperti di wilayah Kecamatan Selaparang, Ampenan dan dari wilayah Lombok Barat. “Tergantung seleranya, yang pakai “kereng” (sarung) atau yang pakai celana,” tawarnya.

Bagaimana dengan pramunikmat yang biasa mangkal di tempat hiburan? Bagi pramunikmat kalangan ini, mereka memasang tarif cukup high. Biasanya mereka minta Rp500.000 untuk short play, tapi bisa juga ditawar hingga angka terendah Rp250.000. Tentunya tarif itu belum biaya hotel dan makan dan lain-lain yang biasanya memiliki selera tinggi. Tapi soal pelayanan, mereka siap memberikan service apapun, tergantung dari permintaan dan yang terpenting bayaran tinggi kalangan seperti mereka siap bertempur dengan berbagai gaya.

Para PSK yang mangkal di tempat-tempat hiburan ini bukan saja berasal dari daerah Nusa Tenggara Barat, banyak yang datang dari wilayah luar NTB. Mereka mengaku sengaja datang ke NTB untuk melakoni profesi sebagai pemuas nafsu karena di daerahnya malu jika ketahuan pekerjaannya sebagai PSK.

Aku Begini untuk Hidupi Keluarga

Sungguh tragis sebut saja Mawar yang sudah 2 tahun menjada dan kini terpaksa menjalani pekerjaan sebagai PSK. Sesuai pengakuannya, setelah diceraikan suaminya, dia harus menghidupi dua orang anak dan ibunya.

“Tapi orang di kampung tidak tahu pekerjaan saya mas, mereka tahunya saya bekerja sebagai pembantu,” kata Mawar sambil memainkan Hand Phone (HP) tipe Nokia lama.

Dalam sehari, Mawar bisa melayani hidung belang hingga 4 kali, tapi jika sepi, untuk makan pun terpaksa berhutang, belum lagi untuk biaya kost dan membayar “uang lokasi”.

“Saya lebih senang jika dibooking, karena bayarannya tinggi walau harus memberi fee kepada calo,” ucap Mawar sambil menjelaskan, sekali booking short play Rp150.000 dan dia bisa terima bersih Rp120.000.

Untuk masalah persaingan, Mawar tentunya harus rajin “mandi kembang” agar tetap laris. Namun untuk biaya perawatan kesehatan dia mengaku tidak ambil pusing. Jika sakit baru berobat dan yang terpenting tetap pakai KB untuk menjaga agar tidak hamil.

Di bulan Ramadhan ini, Mawar lebih memilih hanya sekali-kali saja “bekerja”, itupun pada malam hari dan diutamakan mencari tamu-tamu yang mau booking.

Namun di lubuk hatinya, Mawar mengaku ingin berhenti bekerja menjual diri. Keinginannya ada lelaki yang mau menikahi dia dan mau menerima keadaannya. “Saya ingin menikah kalau ada jodoh,” ucapnya sendu.( Usep / Sudirman Ahmad )
Majalah Sumbawanews edisi Perdana September 2009

Pelacur Berstatus Pelajar SMA

Petikan dialog lewat SMS itu terekam dalam hp seorang rekan POSMETRO. Dari seorang siswi sebuah sekolah swasta di bilangan Kecamatan Batamkota. Tentu Pembaca tahu maksud dari SMS Pu, inisial pelajar itu. Ya, Pu adalah fenomena mencengangkan seorang pelajar di Batam. Statusnya memang siswi di salah satu SMA, namun, dia punya pekerjaan sambilan sebagai pemuas seks siapa pun pria yang mau mengeluarkan uang ratusan ribu untuknya. Tarifnya? 500, 400, (ribu)!

Dua hari lalu, POSMETRO sempat beracara bersama dengan Pu di sebuah tempat karaoke di Happy Puppy, Nagoya. Rambut potongan pendek menggantung di atas bahu, membuat paras Pu, terlihat sangat imut-imut. Cocok sekali dengan gambaran siswi sekolah tingkat atas jaman sekarang.

Tubuhnya yang langsing dan mulus keputihan, seolah serasi dengan perpaduan dandangan pakaian trendi masa kini. Dara 16 tahun yang kerap mengenakan stelan baju ketat dan murah senyum itu, hampir tak pernah risih bila berdekatan dengan pria yang usianya jauh lebih tuah. Bahkan apek-apek Singapura. Ketika itu, Pu mengajak seorang rekannya, berinisial Me.

Di tempat karaoke, kedua gadis yang sama-sama berstatus pelajar itu terlihat begitu menikmati. Tak canggung mereka memilih-milih lagu favorit yang hendak dinyanyikannya.

Polah duduk Me, gemar melipatkan kedua kaki dan nangkring di kursi sofa, sedangkan Pu suka menyembunyikan dua telapak tangannya dalam himpitan kedua paha. Keduanya tampak sudah terbiasa dan tidak canggung di dalam kamar tertutup dengan para lelaki yang setara usia bapaknya. Hari itu, acara berakhir sampai di tempat karaoke.

Hari berikutnya, teman dekat Pu yang lain, Ta, giliran mengirimkan SMS. Isinya kurang lebih sama, tentang penawaran seks kilat. Ini kutipannya:

Ta: Bg lg dmana? Abg punya teman gak, buat tman .. (menyebut nama panggilan Ta), dia lg bth uang
X: Yang mana?
Ta: yg kmren it loh, yg dbgkg plisi, yg .. (nama dia lagi) ajak. 300 bwt byar uang skolah short time aj kta’y.

Sebelumnya, Senin (26/10), Ta juga pernah menyodorkan seorang temannya, berinisial Ne. Begini petikan SMS-nya:

Ta: Pge bg... Bg, ad tman gak bwt .. (menulis nama Ne). .. yang pernah ditawarkan untuk short time.
X: Berapa?
Ta: 300 atw gak 400.

Begitulah salah satu cara para pelajar itu menggaet pria hidung belang. Berbekal SMS dan pertemuan di Happy Puppy itulah POSMETRO menelusur, mencari tahu lebih banyak keberadaan para siswa yang nyambi melacurkan diri itu.

Adalah Nagoya Hill tempat favorit Pu dan rekan-rekannya nongkrong. Tak ada tempat favorit mereka, Pu dan rekan-rekannya bisa nongkrong di mana-mana. Termasuk di warung lesehan di depan Nagoya Hill. Di sana, para pelajar itu bisa nongkrong hingga larut malam sembari cekakak-cekikik ngobrol dengan kawan-kawan seusia.

Proses menjual diri pun tidak sefulgar di tempat-tempat prostitusi lainnya. Tak perlu jasa mucikari, mereka kerap memanfaatkan koneksi antar-teman, untuk mencari para pria yang mengingini kehangatan tubuh dara-dara muda tersebut. Mereka selalu memanfaatkan hape untuk menggaet para “pemakai”. Dari hanya informasi mulut ke mulut, sejumlah pelajar tersebut punya cukup banyak pelanggan.

Siapa saja bisa “memakai” mereka, asal kuat bayar. Namun, kebanyakan dari mereka lebih memilih melayani permintaan seks kilat atau short-time. Alasannya, keamanan bisa terjamin karena tak harus menginap bersama orang yang tak mereka kenal. Dengan short-time, rekan-rekan mereka juga bisa menjaga pelajar yang tengah dibooking. Untuk memastikan semua benar-benar berjalan aman.

Keluarga Berantakan
Apakah orangtua mereka tahu kerja sambilan sang Pu yang statusnya masih berseragam abu-abu-putih itu? Kebanyakan tidak tahu. Apalagi sebagian besar mereka, berasal dari keluarga berantakan yang tak jarang orangtua mereka sudah tak terlalu mengurusi lagi keberadaan dan tingkah laku anak-anak mereka. Pu contohnya.

Gadis berambut sebahu ini, sejak beberapa bulan lalu memilih ngekos sendiri di bilangan Bengkong. Menurut sumber yang dekat dengan Pu, ia meninggalkan rumah orangtuanya di daerah Tiban, karena tidak lagi betah dengan situasi rumah. ‘’Tahunya saya, orangtuanya broken-home,’’ ungkap seorang kenalan Pu.

Bagaimana dengan sekolah mereka? Rekan Pu itu kembali mengungkapkan, status Pu antara sekolah dan tidak. Statusnya memang masih pelajar kelas tiga, namun Pu bisa dikatakan sudah sangat jarang pergi ke sekolah. Jangankan belajar, memikirkan pelajaran pun, Pu tidak. ‘’Setahu saya dia kalau malam nyambi kerja. Sempat kerja di food court, tapi ndak betah. Sekarang nganggur dia,’’ tambah kenalan Pu.

Nganggur tapi hidup dengan gaya glamour, pasti membutuhkan biaya yang tak sedikit. Kerja sampingan sebagai wanita panggilan, adalah salah satu cara Pu dan rekan-rekannya menghidupi diri. Dari penelusuran POSMETRO, bahkan beberapa di antara pelajar tersebut bersedia diboyong para apek-apek Singapura ke negeri mereka. Umumnya mereka sudah dibekali paspor dan diuruskan segala sesuatu kebutuhannya di Singapura, ditanggung si “pemakai”.
(uka suara dinata/yoh)

Sekolah Elit, Gaya Hidup Glamour
Sekolah di bilangan Lubukbaja yang mayoritas siswanya keturunan Tionghoa, terlihat begitu glamor. Empat lantai gedung sekolah, setiap ruangan kelasnya dilengkapi mesin pendingin udara aneka merek. Siswa-siswinya pun hilir mudik, kebanyakan menggunakan kendaraan roda dua. Tapi, tak jarang di antara mereka menggunakan mobil untuk alat transportasi ke sekolah. Kabarnya, di sinilah Pu, pelajar yang nyambi menjual diri, bersekolah. Kepada para pelanggan, Pu mengatakan bahwa ia masih pelajar SMA kelas tiga.

Beberapa pelajar yang kemarin ditanya POSMETRO perihal Pu, rata-rata menggeleng kepala, mengaku tidak terlalu kenal. “Setahu saya yang namanya Pu itu masih kelas satu, tetapi cirinya tidak sama dengan yang disebutkan,” kata seorang siswi berkerudung saat tentang Pu. Dia juga menambahkan di lokalnya sendiri tidak ada yang bernama Pu. “Saya sekarang kelas tiga, di lokal ada 40 orang, tetapi tidak ada yang bernama Pu,” tambahnya.

Salah seorang siswi lainnya, menyatakan informasi sebaliknya. Ia mengatakan, memang ada seorang siswi berinisial Pu yang memiliki ciri-ciri rambut sebahu dan berkulit putih. Tapi, sekali lagi ia tak terlalu mengenal dan tak bisa memberikan informasi lebih banyak.

Hal yang sama juga dikatakan oleh penjaga sekolah yang tidak mengenal dengan nama yang disebutkan di atas. “Rata-rata saya kenal wajah siswa-siswi di sini, tetapi kalau namanya saya juga kurang tahu,” paparnya sembari tersenyum kepada salah seorang siswa yang hendak masuk ke dalam gedung sekolah.

Ri, salah satu model di Batam juga mengaku mengenal Pu yang sekolah di sekolah tersebut. Pu adalah siswi kelas tiga. “Ya anaknya sering keluar malam lah. Saya kenal tapi tak seberapa akrab,” ujarnya kepada POSMETRO kemarin.

Menurut Ri, gaya hidup pun glamour. Selain kerap keluar malam dan keluar masuk tempat hiburan ia juga sering fitnes di kawaan Bengkong. “Di sana itu langgannya. Ya dia bisa dipakai lah. Dia juga model,” katanya.

Kemarin memang POSMETRO sempat mendapatkan nomor telpon Pu, tapi beberapa kali dihubungi, tidak nyambung.(ams/sya)

ABG Dijual 370.000

Di sofa merah jambu yang sebagian warnanya telah pudar, wanita itu terlelap dengan enaknya. Lalu lalang polisi yang keluar-masuk lantai II kantor Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Tanjungpinang - tempat sofa berada, sama sekali tak dipedulikan wanita ini. Wajahnya tertutup sweeter, dengkurnya halus terdengar. Dia tetap tak terbangun kendati beberapa wartawan mengambil fotonya.

‘’Nama saya Shi***,’’ kata wanita itu beberapa saat setelah terbangun. Tidur lelapnya pagi kemarin, berakhir setelah salah seorang wartawan memanggilnya. Ya, Shi adalah sumber berita yang kemarin dibutuhkan sejumlah wartawan kriminal yang mangkal di kantor Polresta. Gadis berusia 15 tahun tersebut, adalah korban perdagangan manusia. Shi yang asal Jakarta, mengaku dijual ke Lokalisasi Batu 24, Bintan, dengan harga cuma Rp370 ribu. Begitu murahnya.

Bagaimana sampai berada di kantor polisi? Shi kemudian mengungkapkan kisahnya hingga sampai ke Tanjungpinang. Kamis, 22 Oktober lalu, remaja tak tamat SD yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga ini pergi ke Stasiun Kota di Jakarta. Saat itu dia berniat pergi ke Depok menemui temannya.

Namun di stasiun itu, dia bertemu seorang wanita yang mengaku bernama Diana. Mereka berkenalan, lalu melanjutkan obrolan singkat. Soal Shi mau ke mana, tinggal di mana, hingga bekerja sebagai apa, semua pertanyaan Diana dijawab Shi pa adanya. Setelah perbincangan panjang lebar itu, Diana kemudian menawari sebuah pekerjaan di Tanjungpinang.

“Saya sempat tanya kerja apa,” ujar Shi. Diana tak langsung menjelaskan pekerjaan apa yang ditawarkan pada gadis berusia 15 tahun tersebut. Dia kemudian mengajak Shi pergi jalan ke tempat yang tidak diketahuinya. Di perjalanan itu, Diana baru menjelaskan pada Shi, apa pekerjaan sesungguhnya. Katanya, Shi bisa memperoleh gaji hingga Rp2 juta kalau saja dia mau melayani lelaki tidur.

Shi terkejut mendengar penjelasan itu. Dia menolak, tapi akhirnya tak berdaya. Diana saat itu mengancam akan membuangnya ke hutan, atau mengopernya ke Batam. Hati Shi pun ciut. Ia akhirnya mengikuti langkah Diana menaiki Kapal Pelni.

Paha Dipegang-pegang
Mereka sampai di Pelabuhan Bintan pada Selasa (26/10). Dari sana Shi kemudian dibawa Diana menuju ke Lokalisasi Batu 24. Di tempat itu dia kemudian diserahkan kepada pengelola kafe yang dikenalnya bernama Yuyun. “Saya tak tahu persis dijual atau apa. waktu itu Diana terima uang 370 ribu. Seingat saya untuk panjar,” kata Shi.

Sejak saat itulah Shi tinggal di kafe milik Yuyun. Diberi makan, dan juga tempat tinggal. Tapi untungnya Yuyun baik pada Shi. Yuyun menuruti kehendak Shi yang hanya mau bekerja kepadanya jika hanya sebatas menemani tamu minum-minum. “Kalau untuk sampai menemani tamu tidur saya tidak mau,” Shi melanjutkan ceritanya.

Seminggu Shi tinggal di kafe-nya Yuyun. Dia tidak menyoal berapa pun uang yang diperoleh dari tips yang diberikan lelaki hidung belang yang dituangkan birnya ke dalam gelas. Shi mengaku tak jarang pula mendapat perlakuan tidak senonoh dari para tamu. “Maaf, seperti pegang-pegang paha saya,” Shi mencontohkan perlakuan tak senonoh tamunya.

Seminggu itu, Shi bersyukur dapat menolak keinginan lelaki yang berniat menidurinya. Yuyun sendiri, menurut Shi, tidak mengizinkan dirinya digauli pria hidung belang. “Yuyun kadang marah sama saya. Katanya saya ini bodoh, tidak sadar kalau mau dijual, mau dijadiin pelacur oleh Diana,” kata Shi lagi.

Setelah sekian lama, Shi akhirnya tidak tahan dengan kondisi itu. Kepada salah seorang teman Diana dia mengadu ingin pergi dari tempat itu. Keinginan Shi didengar Yuyun. Wanita pengelola kafe ini tidak ingin mengambil resiko kalau Shinta masih ada di kafenya lagi. Oleh Diana, Shi pun, Senin (9/11) kemudian dibawa ke sebuah kafe yang ada di Suka Berenang Tanjungpinang. Saat di sanalah keberadaanya terendus polisi.

“Kami menerima informasi dari masyarakat kalau korban akan dibawa ke Lingga,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Tanjungpinang, Ajun Komisaris Besar Djoko Rudie, SH SIK Msi kemarin. Atas informasi yang diperoleh itu, pihaknya kemudian menyelamatkan Shi sekitar pukul 21.00 WIB dan kemudian menangkap Diana di Jalan MT Haryono KM 5 Bawah.

“Saya bersyukur saya tidak sampai ditiduri,” kata Shi di kantor polisi. Katanya, setelah ini dia mengaku hendak kembali ke Jakarta. Orang tunya yang tinggal di Bekasi sampai kemarin belum mengetahui soal apa yang dialaminya ini. (andri mediansyah)

Mana Ada Saya Jual
Diana, wanita bertubuh agak gempal itu, kini mendekam di sel tahanan Polresta Tanjungpinang. Di dalam penjara itu dia berlaku biasa saja. Kepada Kapolresta Tanjungpinang, AKBP Djoko Rudi, wanita berusia 30 tahun ini mengaku memang berprofesi sebagai wanita malam. Tapi, “Saya freelance,” kata Diana.

Tapi, tuduhan yang disangkakan padanya, yakni menjual Shi sebagai pelacur ditampiknya. “Mana ada itu. Saya membawa dia untuk bekerja jadi pembantu,’’ tegas Diana.

Tak banyak keterangan yang disampaikan Diana ketika itu. Di dalam sel, dia lebih memilih sibuk mengurusi kain sarung motif kotak-kotak yang dia kenakan. Dia juga menampik disebut menjual Shi.

Kapolresta, AKBP Djoko Rudi menjelaskan Diana dikenakan dengan Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 21 tahun 2007 Tentang Perdagangan Manusia yang dijuntokan Pasal 83 UU nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. “Berdasarkan keterangan saksi korban, kedua pasal itu mengena disangkakan kepada tersangka,” kata Dojoko Rudi.

Dari keterangan yang didapat polisi, Diana bersikukuh menjual Shi kepada seseorang lantaran dia sudah terlanjur meminjam uang kepada seseorang yang ada di Jakarta.

“Uang itu digunakan untuk membiayai korban selama perjalanan,” tambah Djoko.(ame)

"Sasadu On The Sea", Drama Kekayaan Alam Kita

Jakarta - Pertunjukan Musikal Drama dan Tari Yang Bercerita Mengenai Kekayaan Alam Halmahera Barat Halmahera Barat, 18 Mei 2013 – Indonesia memiliki anugerah alam yang merupakan harta karun yang tak pernah ada habisnya, begitu banyak hasil alam yang bisa dimanfaatkan dan dinikmati. Hutan dan laut adalah dua tempat yang kaya akan harta dan keindahan di dalamnya. Suatu daerah di pulau Halmahera Barat, provinsi Maluku Utara tepatnya di Jailolo terdapat hutan yang kaya akan rempah-rempah, dan laut dengan kekayaan ikan dan baharinya.

Menyadari potensi tersebut, Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Barat menyelenggarakan “Festival Teluk Jalilolo 2013”, festival tahunan yang bertujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata, kekayaan alam, budaya dan bisnis di wilayah Jailolo, Halmahera Barat yang berlangsung selama tiga hari, 16-18 Mei 2013.

Berbagai acara menarik seperti ritual laut Sigofi Ngolo, spice parade, spice expo, gelar kuliner Maluku Utara, acara makan makanan tradisional bersama, upacara adat khas Jailolo, serta parade gerobak sapi telah dilakukan.

Sebagai puncak acara, ditampilkan Sasadu On The Sea, pertunjukan musikal drama dan tari yang secara subtansi cerita dan pesan akan mencurahkan sebuah bentuk kesederhanaan keluarga di Jailolo, dan dari nama rumah adat suku Sahu; Rumah Sasadu. Nama dan bentuk rumah Sasadu menjadi inspirasi untuk mewujudkan karya kreatif berisi tari, musik drama dan kemasan seni yang digarap secara apik oleh Eko Supriyanto selama lebih dari enam bulan didukung dengan perpaduan visualisasi multi media, musik dan paduan busana kaya akan warna serta kesenian masyarakat Jailolo.

Pertunjukan ini melibatkan 250 anak muda di Jailolo. Proses pencarian pengisi pertunjukan dilakukan dengan cara berkeliling dari sekolah ke sekolah menawarkan kesempatan untuk terlibat didalam acara puncak Festival Teluk Jailolo 2013 yang kemudian diseleksi oleh Eko dan team. Hal ini merupakan upaya pemberdayaan generasi muda di Jailolo agar mereka semakin mencintai kebudayaan serta menghargai kekayaan alam yang dimiliki serta mengasah bakat-bakat muda yang berpotensi sebagai seniman besar dikemudian hari.

Sasadu On The Sea dipentaskan diatas panggung yang dikonsep secara apik oleh Oleg Sanchabahtiar. Menyelaraskan dengan konsep musikal Eko Supriyanto, bagian atas panggung berdiri rumah adat Sasadu dan elemen dekorasi lainnya bernuansakan Halmahera Barat, seperti pohon kelapa, daun sagu dan penyelesaian akhir dekorasi menggunakan tanah liat. Dan sentuhan terakhir adalah menggunaka tata cahaya seperti layaknya pagelaran besar di Jakarta.

Keistimewaan panggung yang berukuran 20m x 14 m dengan tinggi sekitar 11m ini adalah dikerjakan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat. Dengan demikian terbangun rasa kebersamaan, memiliki serta menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat bahwa mereka mampu menghasilkan sebuah panggung yang Indah dan otentik dengan kebudayaan Halmahera Barat.

Tari Pendet Pukau Masyarakat Rusia

London, Inggris - Tari pendet dari Bali yang dibawakan tim kesenian KJRI Guangzhou memukau pengunjung pameran pariwisata "Pacific International Tourism Expo" (PITE) ke-17 di Vladivostok, Rusia.

Penampilan tari pendet dalam upaya memperkenalkan seni budaya sekaligus mempromosikan potensi pariwisata Indonesia kepada masyarakat Rusia, khususnya di Vladivostok dan sekitarnya, kata Sekretaris III Pensosbud KBRI Moskwa, Pratomo Adi Nugroho, kepada Antara London, Senin (21/5/2013).

Menurut Adi Nugraha, KBRI Moskwa memperoleh dukungan KJRI Guangzhou yang telah mengirimkan tim tari untuk memperkenalkan seni budaya Indonesia selama kegiatan. Selain tari pendet, juga ditampilkan tari lenggang timur, jaipong, lenggang nyai, tari merak, tari zapin, tari cucak rowo, dan tari bajidor kahot.

Dubes Djauhari Oratmangun untuk Federasi Rusia merangkap Belarus mengatakan sudah saatnya Indonesia menggarap pasar pariwisata Rusia di Vladivostok.

Ia mengharapkan partisipasi Indonesia pada pameran di Vladivostok ini dapat mendorong peningkatan kunjungan turis Rusia, khususnya dari Vladivostok dan sekitarnya, ke Indonesia.

Indonesia melihat Vladivostok dan kawasan Rusia Timur Jauh merupakan pangsa pasar pariwisata yang potensial untuk dikembangkan.

Minimnya informasi mengenai destinasi wisata di Indonesia menyebabkan masyarakat Rusia di Vladivostok dan sekitarnya lebih mengenal Bali dan Lombok.

Turis Rusia umumnya berkunjung ke Bali memiliki masa tinggal yang panjang, sekitar 15 hari, dengan spending yang cukup besar. Khusus dari Vladivostok dan kawasan Rusia Timur Jauh, turis Rusia lebih banyak menggunakan charter flight.

Dubes Djauhari Oratmangun menyampaikan, "Indonesia dapat dicapai melalui Seoul, Tokyo, Osaka, dan Beijing yang rata-rata berjarak 1,5 jam dari Vladivostok dan selanjutnya dilakukan perjalanan ke Indonesia dengan Garuda Indonesia, yang memiliki jadwal penerbangan setiap hari dari keempat kota tersebut baik ke Jakarta maupun Bali."

Sekretaris Kedua Ekonomi KBRI Moskwa Faisal M Perdanaputra mengatakan, Bali menjadi destinasi wisata yang populer bagi masyarakat Rusia.

Selain Bali, masih banyak destinasi wisata lainnya di Indonesia yang menarik untuk dikunjungi, seperti Maluku, Manado, Bunaken, Raja Ampat, Borobudur, dan Bromo. Destinasi wisata itu yang ingin diperkenalkan ke masyarakat Rusia.

Dalam 10 tahun terakhir, angka kunjungan turis Rusia ke Indonesia menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada tahun 2012, angka kunjungan turis Rusia ke Indonesia mencapai 98.344 orang, naik 10,8 persen dibanding tahun 2011, yang sebanyak 90.988 turis.

Selain keindahan alam dan kekayaan budaya, hal yang disukai oleh turis Rusia untuk berkunjung ke Indonesia adalah 5S, yaitu "Sun, Sand, Sea, Services, and Smile".

PITE merupakan ajang promosi pariwisata terbesar di kawasan Rusia Timur Jauh yang diselenggarakan setiap tahun di Vladivostok, kota penting Rusia yang berbatasan dengan kawasan Asia Pasifik.

PITE yang diikuti 130 peserta merupakan representasi dari berbagai industri wisata baik di Rusia maupun mancanegara, antara lain Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, Mongolia, dan beberapa negara anggota ASEAN, yaitu Indonesia, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Selama kegiatan, pameran PITE 2013 dikunjungi sekitar 20.000 orang dari berbagai kalangan, baik dari industri pariwisata maupun akademisi dan masyarakat umum.

Diplomat Singapura kagumi batik dan tenun Indonesia

Kuala Lumpur, Malaysia - Batik dan produk tenun yang merupakan warisan budaya Indonesia kian populer di masyarakat luas di dalam maupun luar negeri, termasuk kalangan diplomat asing di Singapura.

"Kekaguman para diplomat di Singapura itu terlihat pada acara bertema `The Beauty of Indonesia Heritage in Batik and Woven Culture`, yang dihadiri 100 undangan diplomat asing," demikian keterangan KBRI Singapura yang diterima ANTARA di Kuala Lumpur, Sabtu.

Para undangan tertarik mengamati berbagai peragaan kain batik dan tenun Indonesia, dan secara antusias bertanya mengenai jenis dan asal daerah kain-kain tersebut.

Undangan yang hadir yakni beberapa duta besar asing di Singapura, istri para duta besar, masyarakat dan media Singapura, serta tamu kehormatan adalah Dr Seetha Shanmugam, istri Menteri Luar Negeri Singapura.

Menurut Duta Besar RI untuk Singapura, Andri Hadi, acara tersebut sangat bagus untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia.

"Antusiasme para undangan menghadiri acara ini menunjukkan minat dan kekaguman yang besar terhadap ragam budaya Indonesia. Melalui acara ini diharapkan masyarakat asing dapat semakin mengenal Indonesia," ujarnya.

Dr. Seetha Shanmugam selaku tamu kehormatan menyatakan kekagumannya yang besar terhadap warisan budaya Indonesia.

"Acara ini sangat mengagumkan, saya sangat terkesan dengan kekayaan budaya Indonesia terutama kain batik dan tenun ini," ujarnya.

Dalam acara tersebut diisi dengan presentasi mengenai batik dan tenun Indonesia oleh Fortuna Srikandi Murnarwastu (FSM).

FSM menjelaskan secara komprehensif mengenai sejarah batik dan tenun, nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, asal daerah, cara membuat dan berbagai macam corak batik dan tenun.

Sementara itu, pembuat tenun dari Lombok dan pembuat batik dari Pekalongan didatangkan untuk memperagakan demo membuat kain tenun dan batik.

Dalam kesempatan tersebut para undangan tampak antusias mempelajari dan mencoba demo pembuatan batik dan tenun yang menjadi bagian dalam acara tersebut.

Pada kesempatan tersebut dihidangkan pula berbagai makanan ringan tradisional Indonesia, antara lain onde-onde, risoles, kue lapis legit, serabi dan tekwan.

Panggung di Atas Laut Festival Teluk Jailolo Cetak Rekor Muri

Ternate, Malut - Penyelenggaraan Festival Teluk Jailolo di Kabupaten Halmahera Barat, pada 16 sampai 18 Mei 2013, berhasil mengukir 2 rekor Museum Rekor Indonesia atau Muri. Rekor itu diraih atas penggunaan panggung pertujukan permanen di atas permukaan laut dan pengiriman 5.000 kartu pos bergambar objek wisata di daerah itu.

"Rekor Muri yang berhasil diukir pada Festival Teluk Jailolo adalah penggunaan panggung pertujukan permanen di atas permukaan laut," kata Ketua Umum Panitia Festival Teluk Jailolo Abjan Sofyan di Ternate, Maluku Utara, Minggu (19/5/2013).

Dijelaskan dia, penyelenggaraan Festival Teluk Jailolo tahun 2012 lalu, juga mengukir 1 rekor Muri, yakni rekor bakar ikan secara bersamaan. "Sebanyak 10 ton ikan hasil tangkapan nelayan setempat itu kemudian dinikmati secara gratis oleh pengunjung," tutur Abjan.

Menurut dia, 5.000 kartu pos bergambar objek wisata di Halmahera Barat dikirimkan para pelajar setempat ke seluruh penjuru Indonesia dalam rangkaian Festival Teluk Jailolo itu. Satu di antaranya ditujukan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Tujuan pengiriman kartu pos bergambar objek wisata di Halmahera Barat tersebut adalah untuk mempromosikan potensi pariwisata Halmahera Barat, sekaligus mengairahkan kembali tradisi pengiriman kartu pos melalui PT Pos Indonesia.

Abjan mengemukakan, Festival Teluk Jailolo yang merupakan kegiatan tahunan Pemkab Halmahera Barat sejak 2009 itu dimeriahkan dengan berbagai kegiatan menarik. Di antaranya penampilan atraksi budaya dari berbagai suku di daerah setempat, seperti atraksi memukul gong dan tifa (gendang) untuk penyambutan tamu agung, yang ditampilkan suku Loloda.

Selain itu, parade gerobak sapi yang melibatkan ratusan petani di Halmahera Barat, ekspedisi burung bidadari, pertunjukan kesenian tradisional Halmahera Barat pada panggung di atas permukaan laut serta pameran kuliner tradisional dan kerajinan tangan.

"Festival Teluk Jailolo tahun ini juga dimeriahkan dengan kegiatan pelestarian lingkungan, seperti penanaman terumbu karang di Teluk Jailolo dan penanaman bibit bakau di pesisir Pantai Teluk Jailolo, yang melibatkan vokalis grub band Noah, Ariel," ujarnya.

Festival yang telah masuk dalam kalender kegiatan pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut juga diisi dengan berbagai jenis lomba yang melibatkan masyarakat setempat dan para wisatawan, seperti lomba memancing, lomba dayung, dan lomba renang.

"Festival ini menarik perhatian masyarakat dari Halmahera Barat dan kota lainnya di Maluku Utara, termasuk wisatawan dari dalam dan luar negeri," tutup Abjan.

Gebyar Seni Budaya Gayo Tingkat Pelajar 2013 Berakhir

Takengon, NAD - Setelah berlangsung selama 4 hari lamanya, Gebyar seni Gayo Tingkat Pelajar 2013 berakhir kamis (16/5)

Even tahunan yang melibatkan peserta didik dari setiap jenjang pendidikan tersebut mempertandingkan berbagai seni budaya lokal, seperti Didong tingkat SD, Tari Guel Tingkat SMA sederajat, Tari tradisi kreasi tingkat SD sederajat, tari kreasi baru tingkat SMP dan SMA Sederajat, paduan suara untuk tingkat SMP dan SMA sederajat, teater tingkat SMA sederajat.

Ketua panitia, Syehmidin mengatakan penyelenggaraan gebyar seni budaya Gayo tingkat pelajar merupakan kerjasama Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga dengan Dinas Pendidikan Aceh Tengah.

Melalui ajang seni budaya tersebut kata Syehmidin, diharapkan muncul bibit bibit dan talenta yang akan meneruskan warisan seni budaya Gayo di masa mendatang.

Sebelumnya, pada saat membuka acara gebyar seni budaya Gayo, senin (13/5), Wakil Bupati Aceh Tengah, Drs. H. Khairul Asmara mengatakan seni dan budaya merupakan unsur yang melekat dan menjadi karakter masyarakat di wilayah tengah Aceh itu sejak lama.

Kompetisi seni dan budaya di tingkat pelajar, dinilai Khairul akan semakin membangkitkan semangat generasi muda Gayo untuk berkiprah dibidang seni dan budaya.

“Mari terus kita lestarikan seni dan budaya Gayo, sebagai warisan leluhur yang harus terus dijaga”, Pinta Khairul.

Festival seni dan budaya pelajar se-Kabupaten Aceh Tengah ditutup oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setdakab Aceh Tengah, Karimansyah, I, SE, MM.

Tenun, Persembahan dari Indonesia untuk Dunia

Jakarta - Dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat kawasan Amerika Selatan dan Karibia mengenai keanekaragaman seni budaya Indonesia khususnya di bidang kain Tenun dan Musik tradisional, Delegasi Misi Kebudayaan Indonesia yang terdiri dari Saudari Alfonsa Horeng/Penggiat Tenun Ikat asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Saudara Jackob Bullan/Pemain sekaligus Pengajar musik tradisional Sasandu yang juga berasal dari Pulau Rote, NTT berkunjung ke Chile pada tanggal 6 Mei sampai dengan 14 Mei 2013.

“Persembahan dari Timur Indonesia untuk Dunia” adalah Tema dari Misi Kebudayaan kali ini yang dilaksanakan atas inisiatif dan koordinasi Kedutaan Besar RI di Santiago dengan Perwakilan RI di wilayah Amerika Selatan dan Karibia yaitu KBRI Lima-Peru, KBRI Havana-Kuba, KBRI Panama-Panama, KBRI Mexico City-Mexico dan KBRI Quito-Ecuador. Pelaksanaan kegiatan dimaksudkan untuk menjadi wahana promosi bagi Pemerintah RI juga merupakan kesempatan yang sangat baik bagi kalangan Pengusaha mode dan penikmat musik tradisional serta mahasiswa Chile untuk bertemu langsung dengan kedua seniman Indonesia dan saling berkonsultasi pada workshop yang diadakan.

Kegiatan di Chile diselenggarakan dibeberapa tempat yaitu di Wisma Duta pada tangal 8 Mei 2013 yang dibagi dalam dua sesi yaitu Workshop Tenun Ikat dan Musik Sasando dilanjutkan dengan fashion show dan tarian Ja’I yang ditutup dengan makan siang bersama dengan menu-menu khas Indonesia. Kemudian pada tanggal 9 Mei 2013 acara diselenggarakan di Universidad Catolica, Santiago, dua acara berikutnya dilakukan di kota yang berbeda yaitu pada tanggal 10 Mei 2013 di Teater Walikota Vina del Mar dan pada tanggal 13 Mei 2013 diadakan di Universitas Santo Tomas, Rancagua. Pada setiap kesempatan Duta Besar RI untuk Chile, Dr. rer. Publ. Aloysius Lele Madja dalam welcoming remarks menyampaikan bahwa Kain Tenun Ikat Flores dan Musik Sasandu adalah aset seni dan budaya Indonesia yang semakin mendapatkan perhatian dan dikembangkan secara luas tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia.

Ketertarikan masyarakat Chile dapat diukur pada setiap kali workshop Tenun Ikat dan Musik Sasando banyak hadirin baik dari kalangan diplomatik yang dihadiri oleh a.l; Dubes Filipina, Dubes Viet Nam, Dubes Kuwait, Dubes Austria, Perwakilan Kedubes Panama, Venezuela, Kuba dan Asosiasi Pasangan Diplomat (Asociacion de Conyuges Diplomaticos) maupun para Rektor Universitas dan kalangan akademisi, Pemerintah Daerah, serta Pengusaha mode yang selalu berkonsultasi secara langsung mengenai cara pembuatan kain tenun yang ditunjukkan secara langsung oleh Saudari Alfonsa Horeng dan dilanjutkan dengan penawaran koleksi-koleksi tenun ikat dan bagaimana cara mendapatkannya dari Indonesia. Begitupula dengan musik Sasandu yang selalu ditanyakan bagaimana cara pembuatannya dan memainkannya yang dilanjutkan dengan transaksi jual-beli CD musik-musik Sasandu Saudara Jackob Bullan.

Melihat kesuksesan kegiatan promosi Tenun Ikat dan Musik Sasandu ini, KBRI Santiago meyakini bahwa Seni dan Budaya Indonesia memiliki potensi untuk berkembang di Chile. Untuk itu, di masa mendatang, kegiatan promosi melalui Misi Kebudayaan akan dilakukan secara intensif dan berkesinambungan, sehingga khazanah Seni Budaya Indonesia akan semakin dikenal oleh dunia, termasuk masyarakat Chile. Misi Budaya tersebut akan keliling Amerika Selatan dan Karibia hingga pertengahan Juni 2013.

Tim Kesenian UGM Pukau Pengunjung Ostrozebeke

London, Inggris - Tim Kesenian Rampoe Rapai dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta yang menampilkan tari Ratoeh Duek dan Tari Rapai Geleng tampil memukau di Festival Oostrozebeke Wereldfolkloreade 2013 berlangsung di gedung Sportcentrum De Mandelmeersen, Brusel, baru baru ini.

Gerakan para penari yang khas, dinamis dan harmonis, serta diiringi suara tetabuhan dan vokal berhasil membuat para pengunjung festival terpukau. Diakhir penampilan mereka mendapat sambutan gemuruh, demikian keterangan Pensosbud KBRI Brusel yang diterima ANTARA London, Jumat.

Festival Oostrozebeke Wereldfolkloreade merupakan kegiatan dua tahunan di kota Oostrozebeke, West Flanders, Belgia. Pertama kali diselenggarakan pada tahun 1966. Jumlah penonton kegiatan ini mencapai ribuan orang sepanjang penyelenggaraan acara.

Tim kesenian yang tampil tahun ini selain Indonesia yang pada acara gala performance Tim kesenian Rampoe Rapai FIB memadukan kedua tarian Tari Ratoeh Duek dan Tari Rapai Geleng, juga dari Belgia, India, Paraguay, Polandia, Senegal, Spanyol, Romania, dan Yunani.

Tim Kesenian Rampoe Rapai FIB UGM berdiri pada tahun 2010 atas inisiatif sembilan mahasiswa jurusan Sastra Asia Barat FIB UGM yang bermaksud mendirikan kelompok kesenian untuk mengembangkan dan mempromosikan tarian asal Aceh.

Saat ini, keanggotaannya mencapai sekitar 80 orang mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas di UGM. Tim Kesenian berada di bawah naungan Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM pernah mendapatkan penghargaan Best International Performance pada festival di Malaysia.

Dalam Oostrozebeke Wereldfolkloreade, Tim Kesenian tampil dalam lima kesempatan. Pada penampilan pertama ditampilkan tari kreasi, yaitu campuran tarian dan nyanyian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.

Pada kesempatan kedua dan selanjutnya, Tim Kesenian menampilkan tari tradisional Aceh, yaitu Tari Ratoeh Duek untuk grup wanita sebanyak 13 penari dan Tari Rapai Geleng untuk grup pria sembilan orang secara bergantian.

Walikota Oostrozebeke Jean-Marie Bonte yang hadir dalam acara puncak tersebut menyampaikan kepada pihak KBRI Brussel kekagumannya pada penampilan Tim Kesenian ini dan tarian-tarian yang mereka tampilkan.

Presiden dari Wereldfolkloreade, Ms. Sabine Duyk menyampaikan wakil Indonesia merupakan duta budaya yang sangat membanggakan. Mereka mengharapkan di tahun 2015 dalam acara perayaan perak Wereldfolkloreade ke-25, Indonesia dapat kembali berpartisipasi.

Pelajar Indonesia di Panggung Budaya Jerman

Jakarta - Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Leipzig mendapat kepercayaan oleh pemerintah kota Leipzig Jerman untuk menampilkan kebudayaannya. Sae-Bil (Sächsisches Bildungszentrum), sebuah institusi pendidikan dan kebudayaan Jerman, secara khusus mengundang PPI Leipzig untuk menyemarakkan acara yang bertajuk Buhne der Kulturen (Pentas Budaya). Panggung budaya itu didukung penuh oleh pemerintah Jerman dan mendapat sokongan sponsor dari berbagai perusahaan ternama dunia.

Para pelajar dan mahasiswa itu menampilkan kesenian angklung dan tari Jaipong. Acara yang diadakan pada Sabtu, (11/5) itu berlangsung sangat meriah. Ratusan penonton hadir menjejali Theater der Jungen Welt, Leipzig. Acara tersebut juga dihadiri oleh tamu undangan penting dari berbagai negara asing di Jerman dan mendapat perhatian khusus dari masyarakat umum di sana. Beberapa tamu penting yang hadir di antaranya duta dari Kazakhstan, Turki, Amerika, Rusia, dan Spanyol.

Selain Indonesia, panggung budaya tersebut diisi oleh penampilan dari Jerman, Kazakhstan, Amerika, Spanyol, Rusia, Italia, dan Perancis. Namun, penampilan Indonesia saat itu yang paling menyita perhatian. Usai tampil, tak henti-hentinya tepuk tangan penonton membahana dan terus menyambung di ruangan berukuran besar itu.

"Untuk menampilkan permainan angklung itu, kami melibatkan 40 pelajar dan mahasiswa. Angklung tersebut didatangkan langsung dari Indonesia melalui Dresden. Kami memang bukan pemain profesional, tetapi kami telah berlatih dengan sangat baik. Kami sangat senang dengan antusiasme para penonton",terang Ardi Mashuri Pinim, koordinator PPI Leipzig.

"Saya menjadi penasaran dengan budaya di Indonesia. Saya ingin sekali berkunjung dan menikmati keramahan Indonesia," ujar Beatriz Rodriguez, seorang warga Kolumbia yang ikut menikmati pertunjukan itu.

"Saya ingin belajar musik tradisional Indonesia. Musiknya unik", Clarrisa Herzog, mahasiswa jurusan Etnologi, Universitat Leipzig.

Menurut Nadia Hanum, koordinator acara dari pihak PPI Leipzig, melihat respon yang sangat positif, dalam waktu dekat beberapa pihak berencana mengundang kembali para pelajar itu dalam event-event kebudayaan di beberapa kota lain di Jerman, seperti di Berlin dan Dresden.

Selain menampilkan kesenian tradisional, dalam kesempatan itu juga dibuka stand promosi pariwisata dan kuliner Indonesia. Acara tersebut berlangsung mulai dari pukul 15.00 hingga 17.00 waktu setempat.

Jakarta Gelar Festival Museum Akhir Pekan Ini

Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menyelenggarakan acara "Jakarta Festival Museum Day" atau JFMD di Taman Fatahillah, Kawasan Kota Tua Jakarta Barat, pada Sabtu (18/5) untuk memeriahkan perayaan Hari Museum Internasional 2013.

"Acara ini juga diharapkan dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke museum-museum yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman, di Balai Kota Jakarta, Kamis.

Menurut Arie, tahun ini 45 dari 53 museum yang ada di Jakarta akan berpartisipasi dalam festival yang akan berlangsung mulai pukul 09.00 WIB sampai 18.00 WIB tersebut. Museum peserta akan menggelar pameran dan berbagai acara selama festival.

"Ada Museum Wayang yang akan menggelar festival dalang cilik, pameran wayang dan pagelaran wayang Banyumasan dengan penampilan dalang Ki Anom," ujar Arie.

Arie menargetkan jumlah pengunjung FJMD 2013 mencapai 10.000 orang. Dia juga menghimbau pengunjung tidak membawa kendaraan pribadi ke acara tersebut karena lahan parkir terbatas.

Demi Gelar Doktor, Rela Jadi PSK

LONDON — Misteri mantan pekerja seks komersial (PSK) yang kisah hidupnya diangkat ke serial televisi Secret Diary of a Call Girl akhirnya terjawab sudah. Sosok tersebut adalah Dr Brooke Magnanti (34). Ia memilih mengungkapkan jati diri yang sebenarnya.

Magnanti, yang mengganti namanya menjadi Belle de Jour, mengungkapkan perjalanan hidupnya sebagai gadis panggilan papan atas. Kisahnya kemudian dijadikan serial televisi yang dibintangi Billie Piper. Toh ada alasan di balik "kerja" yang dilakukan Magnanti, yaitu mendapatkan uang di sela-sela kuliah yang ditekuninya. Saat itu ia tengah mengejar gelar doctor of philosophy (PhD) setingkat doktor.

Perempuan yang kini tinggal di Bristol ini memutuskan untuk membuka kedoknya karena kebohongan justru membuatnya menjadi paranoid. Ia merahasiakan kehidupan gandanya ketika memulai menuliskan pengalamannya sebagai wanita panggilan di sebuah blog dan buku yang ditulisnya.

“Saya tidak ingin merahasiakan hal ini lagi. Kebohongan justru menekan saya. Saya juga takut mantan kekasih saya akan mengungkapkan identitas asli Belle de Jour,” ujarnya pada Sunday Times, seperti dikutip BBC, Senin (16/11).

Ia mengaku menjadi PSK mulai tahun 2003 hingga 2004. Nyatanya Magnanti menikmati aktivitasnya dan dirasa lebih menyenangkan dibanding pekerjaannya sebagai programmer komputer. Maklum saja, ia mendapat bayaran Rp 4,6 juta atas layanan yang diberikannya selama satu jam.

“Menyenangkan rasanya bisa seperti ini. Saya tidak harus berbohong dan bersembunyi dari orang-orang di dekat saya,” ujar perempuan yang kini bekerja sebagai peneliti di The Bristol Initiative for Research of Child Health di Universitas Bristol.

“Saya seorang perempuan dan tinggal di London. Ya, saya adalah seorang wanita panggilan,” imbuhnya.

Menurut Magnanti, menjadi seorang yang menyembunyikan identitas tidaklah menyenangkan. Ia tidak bisa menghadiri peluncuran bukunya sendiri ataupun menikmati kesuksesannya.

Juru bicara tempat perusahaan Magnanti bekerja menolak untuk berkomentar. “Masa lalu Dr Magnanti tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya di universitas,” ujarnya. Menurut juru bicara tersebut, hal ini tidak akan berpengaruh pada masa depannya di universitas tersebut.

Artis Billie Piper, yang pernah bertemu dengan Magnanti sebelum shooting perdana film Secret Diary of a Call Girl, sempat memujinya sebagai sosok yang cantik, seksi, dan juga terpelajar. (BBC/SUN/TIS)

Menjelang Senja Hari di Pelacuran Lor 13 Geylang

Pelacuran di negara modern seperti Singapura ternyata lebih terbuka. Mereka tidak dilokalisasikan, tapi menjajakan dirinya di pinggiran jalan, dan bahkan di tengah kota seperti Orchad Road.

Pengunjung pujasera di pojok Lorong 13 Geylang pada 3 Juli lalu ramai. Semua kursi yang tersedia terisi pembeli. Menjelang senja itu mereka ada yang makan dan minum bir. Meja di dekat jalan yang cukup menarik perhatian. Dua pasangan sejoli terlihat mesra sekali. Si cewek yang mengenakan baju ketat menyuapi lelaki setengah abad-an. Cewek di meja belakang juga begitu. Sesekali dua cewek berparas cantik ini bercanda sambil bahunya bersentuhan dengan teman lelakinya. Sesekali juga dua amoi tadi menuangkan bir bila sudah habis di gelasnya.

"Uhhh... begitu ya cara dia melayani lelakinya," ujar Nooraini dengan logat bahasa Melayu Singapura, mengomentari pekerja seks komersial di kawasan Geylang tersebut.

Seratus meter masuk jalan itu, seorang cewek sedang menyetop taksi. Kepalanya lalu masuk sela pintu taksi sebelah kanan, sedang tangan kanannya memegang kaca reben. Ia dan supir taksi lantas terlibat pembicaraan. Tak tahu apa yang dibicarakan.

Sementara pantat montoknya digoyangkan ke kanan dan kiri hingga paha mulusnya kelihatan. Setiap orang yang melintas, matanya melirik ke wanita tersebut. Si seksi itu akhir masuk ke dalam taksi. Sekejab mobil sedannya berhambus, dan hilang di ujung Lorong 13.

Tak jauh dari situ ada empat cewek seksi berdiri di pinggir jalan. Mereka mengenakan pakaian tank top. Baju bagian depan terbuka dan sedikit nampak menyembul payudaranya.

Di antara mereka terlihat membedaki wajah, ngasi roll on ke tiaknya, dan nyisir rambut. Setelah berdandan mereka pun merumpi sambil menunggu lelaki hidung belang yang mau menggaetnya.

Di ujung Lorong 13, seorang cewek terlihat bersandar di dinding minimarket. Ia hanya diam dengan matanya memandang jalan. Cukup lama cewek berbaju putih itu bertahan di situ. Matanya terkadang melirik pembeli di pintu masuk minimarket pas di samping kirinya. "Itu dia juga (pelacur)," tukas Nooraini menunjuk ke arah wanita Chinase itu.

Malamnya sekitar 20.00 waktu setempat seorang wanita sedang menelepon di depan Hotel Hyatt, Orchad Road. Dia mengenakan baju putih yang terbuka lebar di bagian belakang. Di punggungnya ada tato besar yang menutupi setengah badan. Di depan, baju cewek berparas manis itu sedikit terbuka hingga belahan payudaranya terlihat. Tapi sekejab kemudian wanita berkulit Indonesia itu berlalu. "Saya tak tahu," kata Zaitun, pegawai di sebuah instansi Singapura saat menjawab apakah wanita bertato tadi pelacur atau bukan. Warga jiran tersebut hanya tersenyum kala berpapasan dengan cewek yang pakaiannya menggoda lelaki. Di Singapura, pelacur seperti di atas jumlahnya ribuan orang. Kupu-kupu malam di sana berasal dari Usbekistan, Filipina, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan lokal. "Tapi kebanyakan Chinase seperti di lorong tadi," kata Noor, salah seorang supir suatu instansi di Singapura.

Memang di sepanjang Lorong 13 tak kelihatan pekerja seks komersial selain Chinase. Pelacur-pelacurnya umumnya bermata sipit dan berkulit putih bersih. Mereka, warga lokal biasanya mangkal di pinggiran kiri-kanan badan jalan.

Kala malam deretan wanita berdiri di pinggiran jalan itu. Di tempat pelacuran yang sudah ada pada tahun 1819 itu tinggal milih, yang berparas cantik atau yang manis. Bila cocok bayaran langsung bisa go head. “Di sini kalau malam ramai. Mereka akan melambai-lambai tangannya,’’ ujar Nooraini yang masih berdarah Bugis, Sulawesi itu.

Sebenarnya bukan hanya Lorong 13 saja, tempat mangkal cewek nakal. Lorong 10, dan 12 misalnya, adalah tempat pelacur-pelacur Indonesia yang berasal dari Kepri terutama Batam. Cuma mereka ada pada akhir pekan. Yaitu Jumat, Sabtu, dan Minggu. Sisa hari lainnya, mereka 'berjual' di Batam.

Mereka ini 'go internasional' bukan karena sudah laris di pasar lokal, tapi terhimbas dari penutupan perjudian. Sebab, sejak penutupan permainan 303, kehidupan malam di Batam jadi mati. Warga Singapura yang biasa didampingi cewek saat mengadu nasib di ketangkasan tidak lagi ada. Akibatnya, tempat usaha keraokean, massage dan tempat hiburan lain banyak yang gulung tikar. Makanya, pekerja seks komersial tadi berlabuh ke negara tetangga yang cukup ditempuh 45 menit saja.

Tarif pelacur jalanan di negeri jajahan Raffles ini bervariasi. Mulai 30 hingga 80 dolar Singapura. "Untuk short time ya sekitar tiga puluh Sin dolar," tegas lelaki yang beristri orang Malang, Jawa Timur itu.

Tarif segitu lumayan besar bila dirupiahkan. Ya, sekitar Rp200 ribuan. Ini tentu sangat jauh tinggi dibanding tarif di Lokalisasi Batu 15, Tanjungpinang dan Payalabu di Karimun. Atau pun Lokalisasi Samyong Batam. Rata-rata sekali short time, pelacur lokalisasi ini hanya berkisar Rp75-Rp100 ribu. Bahkan perawan saja hanya dibayar Rp150 ribu.

Penjaja seks di lokalisasi Tanjungpinang, Batam, dan Karimun umumnya ditempatkan pada satu kawasan yang tertutup. Mereka 'diasramakan' yang dijaga ketat mami dan centengnya. Dan saat transaksi harus melalui mami. Duit kencannya pun harus disetor dulu ke germo. Kalau yang sudah lama, tentu pelacurnya dapat bagian duit. Tapi yang baru jangan harap dapat uang. Alasan bosnya, si wanita tuna susila ini wajib melunasi hutangnya dulu. Yaitu biaya makan, sewa rumah, dan biaya perjalanan dari kampung sampai ke lokalisasi.

Itu untuk kelas bawah. Kalau pelacur kelas menengah juga ada. Mereka ini berada di ruko-ruko di tengah kota. Seperti di Batam,yaitu sekitar pertokoan Nagoya dan Jodoh. Sedangkan Karimun, misalnya di Kapling atau di tempat pijat plus. Dan di Tanjungpinang, kawasan pertokoan Bintan Plaza.

Pelacur ini sering disebut cewek aquarium. Karena kelas menengah,tarif kencan kilat cukup lumayan besar, sekitar Rp200-Rp300 ribu. Sedangkan long time sekitar Rp500-Rp800 ribuan. Ssst... itu belum masuk biaya kamar hotel ya.

Sumber : http://mahirakoe.multiply.com
-

Arsip Blog

Recent Posts