Pelajar Jual Diri Makin Marak di Bekasi

Demi mengejar gaya hidup mewah dan glamour, sejumlah cewek yang masih berstatus pelajar di Bekasi rela menempuh jalan pintas dengan menjual diri menjadi pemuas nafsu lelaki hidung belang. Jalan-jalan dari mal ke mal, punya HP bagus, adalah incaran gaya hidup mereka seperti yang sering disuguhkan sinetron.

Sejumlah cewek pelajar di Bekasi dalam mencari mangsa rapid an terorganisir. Mereka memiliki komunitas, meski tidak satu sekolah.

Mawar, 16, (bukan nama sebenarnya) siswi salah satu SMA negeri di Bekasi, mengakui jika sejumlah temannya melakukan hal itu. “Banyak alasan ke orangtua agar mereka bisa keluar rumah,” kata gadis bertubuh bongsor dengan rambut sebahu ini.

Menurut Mawar, teman-temannya yang menjalankan bisnis mesum ini biasanya pamit ke orangtua dengan alas an belajar bersama. Mereka ternyata menggandeng om-om. “Kalau Om mau biar saya kasih nomor teleponnya,” pancing Mawar sambil menunjukkan foto sang teman di ponselnya.

Tidak Menginap
Dalam mencari pelanggan, cewek-cewek ini memanfaatkan jaringan pertemanan. Mereka menitipkan nomor HP ke seniornya yang juga berfungsi sebagai perantara.

Kelompok ini tidak punya tempat mangkal khusus. Informasi dilakukan dari mulut ke mulut. Mereka komunikasi melalui HP. Setelah tercapai kesepakatan, pelanggan dan sang cewek janjian di kafe atau lokasi hiburan malam. “Tapi tidak semua mau diajak ngamar lho.”

Di dalam kelompok itu ada satu orang yang memiliki pergaulan luas. Nah, melalui orang inilah order diterima.Tentu saja cewek-cewek dari komunitas ini menjadi ‘barang’ mahal dengan status pelajarnya itu.

Dia mengatakan selama ini teman-temanya tidak mau menginap. “Cukup sekali pakai, jam berapa pun harus pulang. Biar bagaimana mereka masih ingat sekolah.”

Soal tarif, Mawar menyebutkan tergantung dari ‘atraksi’ yang dilakukan mereka. “Kalau cuma nemenin dan pegang, berapa pun diterima.” Jika lebih dari itu, dia tak tahu. Biasanya setiap orang punya bandrol tersendiri.

Tapi menurut cewek SMU ini, pelajar di Bekasi masih lebih banyak yang baik. Sebagian besar pelajar tidak melakukan perbuatan mesum seperti itu.

45 Persen Ekonomi
Benny Tunggul HS, pengamat masalah sosial di Bekasi, mengaku pernah melakukan survei sederhana dengan dialog dari hati ke hati terhadap beberapa pelajar SMP dan SMA di Kota Bekasi yang melakukan praktik seks komersil.

“Hasilnya, sekitar 45 persen siswi-siswi SMP dan SMA di Kota Bekasi yang menjajakan seks disebabkan faktor runtuhnya ekonomi keluarga , tapi menginginkan gaya hidup glamour dalam pergaulan,” tandas Benny Tunggul, Rabu (11/2).

“Orangtua mereka tidak bekerja. Mereka ingin mandiri dan menjadi tulang punggung buat adik-adiknya,” jelas Benny.

Gaya hidup mereka, kata Benny, memang cukup tinggi. Mereka gemar ke mal, nonton bioskop, belanja dan makan di tempat-tempat hiburan. Mereka juga punya komunitas dalam pergaulan. “Ini memang ciri-ciri generasi modern (neo ages),” tandas Beny.

Agama Dan Keluarga
Untuk membentengi siswi supaya tidak terjerumus, KH Jasman Suhaemi, pimpinan Pondok Pesantren Yapina, Tambun Selatan, menyebutkan agama dan keluarga adalah benteng utama.

Dengan agama, kita bisa tanamkan rasa iman. “Karena yang punya iman akan malu melakukan hal yang dilarang agama,” katanya.

Keluarga juga punya peran penting. “Kalau setiap elemen keluarga menjalankan fungsinya masing-masing Insya Allah itu juga akan menjadi benteng yang kokoh buat anak-anak,” jelasnya.

Pelacur Nyaru Pelajar
Melvy Noviza tidak yakin banyak pelajar menjajakan diri. Dia malah bilang justru banyak pelacur yang nyaru jadi pelajar. Meski begitu, pemeran Deswita dalam Suami-suami Takut Isteri (Trans TV) dan presenter Liga Dunia di Trans7 ini cukup prihatin pelajar jadi pelacur.

“Gue yakin lebih banyak pelacur yang nyaru jadi pelajar. Bukan pelajar jadi pelacur. Menurut gue 5% pelajar yang jadi pelacur dan 95% pelacur yang menyaru jadi pelajar,” kata cewek kelahiran Balikpapan, 2 Mei 1982 ini kepada Pos Kota, Rabu (11/2).

Menurut Melvy, banyaknya pelajar menjadi pelacur karena begitu derasnya globalisasi, sehingga pelajar menjadi konsumeris. Begitu banyak barang-barang yang menggiurkan untuk dimiliki. Karena tidak punya uang dan ingin memiliki barang seperti HP, tas, sepatu, mobil dan lain-lain, membuat pelajar mengambil jalan pintas.

“Pelajar yang berbuat hina itu karena tak tahan hidup sederhana. Mau hidup mewah tapi bokek. Mungkin juga karena orangtua miskin, namun tak kuat dengan kemiskinan. Semestinya pelajar itu harus menguatkan imannya,” kata cewek yang memiliki tinggi 165 cm dan berat 45 kg ini dengan nada prihatin.

Juga Mahasiswi
Tidak pelajar saja yang melakukan pekerjaan hina itu, banyak juga mahasiswi yang melakukan hal yang sama. Kenyataan itu membuat Melvy miris. Ia berharap para orangtua dan aparat yang berwenang menindak tegas. (poskota.co.id)

-

Arsip Blog

Recent Posts