Taman Batu Megalitik di Cipari, Kuningan

Di kecamatan Cipari, Kuningan, terdapat sebuah situs purbakala yang bernama Taman Purbakala Cipari. Cipari merupakan sebuah kecamatan yang terletak di kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Indonesia. Berjarak kurang lebih 2 jam atau 4 kilometer dari kota Kuningan dan 35 kilometer dari kota Cirebon. Taman Purbakala Cipari menyimpan banyak koleksi peninggalan prasejarah dari akhir zaman megalitikum hingga awal zaman perunggu.

Taman purbakala Cipari adalah sebuah situs prasejarah peniggalan komunitas manusia purba yang hidup di zaman megalitikum. Zaman megalitikum adalah zaman batu besar dengan ciri kebudayaan yang dihasilkan merupakan kreasi dari batu dan berukuran besar. Dengan luas sekitar 7000m2. Situs purbakala ini menyimpan banyak sekali artefak prasejarah dari masa megalitikum. Menurut Teguh Asmar. MA yang berprofesi sebagai typolog stratigrafi, menyimpulkan bahwa taman purbakala cipari pernah menggalami dua kali masa pemukiman yakni akhir zaman neolitik dan awal zaman perunggu sekitar 1000 sampai 500 sebelum masehi. Sehingga di Taman Purbakala Cipari yang diresmikan oleh Menteri P dan K RI Prof. Dr. Syarif Tayeb pada tanggal 23 Pebruari 1978 ini, kita dapat menemukan artefak peninggalan prasejarah megalitik dan zaman kelanjutannya yang telah mampu membentuk batuan menjadi mangkuk, gelang, dll.

Sebelum menjadi situs purbakala nasional, status awalnya adalah tanah milik warga bernama Wijaya. Ia secara tidak sengaja menemukan sebuah batuan yang mirip dengan batuan yang dipamerkan di gedung Tri Panca Tunggal di Cigugur, Kuningan. Kemudian penggalian pun berlanjut dan ditemukan banyak temuan seperti peti kubur, dolmen, kapak batu, gelang batu dan gerabah.

Peti kubur yang terdapat di taman purbakala Cigugur ini masih tertata dengan baik. Bentuk dan fungsinya dianggap memiliki kesamaan dengan peti-peti kubur batu di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Seperti di Sulawesi Utara masyarakat menyebut peti kubur batu sebagai waruga, di Bondowoso masyarakat menyebutnya pandusa, dan di Samosir masyarakat setempat menyebutnya tundrum baho.

Dalam peti kubur ini ditemukan beberapa barang seperti gerabah, gelang batu dan beberapa perhiasan dari batu lainnya. Sebuah sistem kepercayaan purba yang meyakini bahwa orang yang meninggal perlu membawa bekal ke alam selanjutnya. Peti kubur ini juga tepat menghadap ke arah matahari tenggelam, sebuah konsep kepercayaan magis masyarakat purba dahulu yang meyakini kehidupan dan kematian berasal dari matahari. Hal ini menegaskan bahwa manusia purba yang hidup di tataran Sunda dahulu sudah mengenal adanya kekuatan luar biasa di luar jangkauan manusia, serta meyakini kehidupan setelah kematian.

Sistem kepercayaan animisme yang dianut manusia purbakala yang hidup di daerah Cipari Kuningan ini diperkuat dengan adanya sebuah dolmen atau meja batu besar yang di topang empat batu lonjong di bawahnya. Dolmen ini di duga merupakan meja untuk menyimpan sesajian atau persembahan kepada roh nenek moyang. Pemujaan terhadap roh nenek moyang ini bertujuan untuk menghormati roh leluhur yang telah tiada. Memohon perlindungan serta keselamatan kepada yang masih hidup. Di sana terdapat juga menhir dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Menhir merupakan batu besar yang berdiri tegak dan yang digunakan sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang.

Di Taman Purbakala Cipari, juga terdapat punden berundak. Suatu bangunan yang tersusun dari batu. Banyak yang menyatakan bahwa punden berundak adalah tempat pemujaan karena bagian teratas punden berundak terdapat tugu. Punden berundak pada umumnya berbentuk melingkar dari bawah ke atas dan semakin keatas semakin mengecil. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa punden berundak merupakan arsitektur asli manusia Indonesia, karena bentuknya unik dan berbeda dengan bentuk istana, benteng maupun bangunan yang dibangun pada masa kerajaan hingga masa kolonial yang dipengaruhi aristektur agama.

Selain itu di kawasan Taman Purbakala Cipari juga terdapat museum yang menyimpan alat-alat dan barang-barang hasil temuan para ahli ketika melakukan penggalian di kawasan ini, seperti; kapak batu untuk membantu bercocok tanam dan pertanian, gelang batu sebagai perhiasan, peralatan dapur seperti gerabah, dan lain-lain yang disimpan dalam kotak kaca. Di sana tertulis data mengenai masa megalithikum memang yang didominasi oleh alat-alat dari batu karena belum dikenalnya logam dan tekhnologi peleburan logam. Atau lebih tepatnya sebuah masa perundagian (paleometalik atau perunggu-besi) yang masih melanjutkan tradisi megalitik.

_______________

Sumber Rujukan:

Fakhri. 2012. Taman purbakala cipari. http://pecintawisata.wordpress.com/2011/04/03/taman-pubakala-cipari-kuningan/

Nana Mulyana. 2009. Situs museum taman purbakala cipari dulu dan kini. http://uyutjangkung21.wordpress.com/2009/06/12/situs-museum-taman-purbakala-cipari-kuningan-dulu-dan-kini/.

The Adioke Center. 2011. Berkunjunglah Ke Kota Kuningan, Jawa Barat 3. http://theadiokecenter.wordpress.com/2011/12/28/berkunjunglah-ke-kota-kuningan-jawa-barat-3/

Sumber: wacananusantara.org
-

Arsip Blog

Recent Posts