Kompleks Pelacuran Terbesar Bogor Batal Diberangus

TEMPO Interaktif, Bogor: Kompleks pelacuran di Limusnunggal, Cileungsi, Bogor, gagal diberangus karena para pejabat kabupaten berbeda pendapat bagaimana melakukannya.

Pemerintah daerah semula dijadwalkan bakal membubarkan lokalisasi pelacur terbesar di Bogor itu Selasa (3/3). Tapi rencana ini--yang menjadi target 100 hari Rahmat Yasin menjadi bupati--gagal.

Menurut Camat Cileungsi, Dace Supriyadi, pemberangusan batal dilakukan karena ada pergantian kepala Polisi Pamong Praja. "Jadi kita harus koordinasi ulang dengan Kepala Satpol PP yang baru," kata Dace, Rabu (4/3).

Tapi tak urung muncul kabar bahwa pemberangusan batal karena perbedaan pendapat cara melakukannya. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bogor, Teuku Hanibal Asmar, pada Rabu (4/3), mengatakan, "Pemerintah kabupaten harus memikirkan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Jangan sesudah ditertibkan lalu mereka ditinggalkan begitu saja."

Hanibal Asmar mengatakan bahwa para pelacur dan penghuni kompleks itu juga warga Bogor. "Harus ada solusinya," katanya. "Saya kurang setuju kalau ditertibkan tapi mengesampingkan aspek lainnya."

Sebelumnya Wakil Bupati Bogor, Karyawan Faturrachman, juga mengungkapkan keberatan dengan cara penertiban yang akan dilakukan Pemkab. Bogor terhadap lokalisasi Limusnunggal. "Yang harus ditertibkan itu hatinya," ujar Wakil Bupati.

Para penghuni sendiri kompleks sudah membongkar sendiri bangunannya sebelum Polisi Pamong Praja datang untuk memberangus mereka. Yusuf, pemilik sejumlah bangunan di komplek Anggrek, mengatakan ia dan para tetangganya membongkar sendiri setelah diberitahu Kecamatan Cileungsi.

"Surat itu datang sekitar dua minggu yang lalu," katanya. "Disuruh bongkar, ya kita bongkar."

Menurut Yusuf, kompleks itu pernah ditertibkan. Tapi, hasilnya, malah membuat lokalisasi menyebar. "Dulu tempat prostitusi di desa ini cuma di komplek Ups saja," katanya. "Tapi, setelah ditertibkan, malah menyebar."

Selain Ups, saat ini juga ada kompleks Anggrek, Cokelat, dan Lengkong. Total ada sekitar 200 rumah yang menjadi tempat beroperasi para pelacur. Selama puluhan tahun, sebagian warga di Limusnunggal sudah terbiasa menggantungkan hidup dari bisnis mesum.

-

Arsip Blog

Recent Posts