Mereka Bekerja sebagai Pelacur

Lapangan Saburai, Enggal, Kota Bandar Lampung, berubah menjadi arena transaksi seks. Remang lampu sorot mobil yang melintas di Jalan Majapahit, menangkap sosok-sosok perempuan pekerja seks komersial (PSK) dalam dandanan yang begitu mencolok.

Sudah menjadi rahasia umum, di antara pengunjung yang memadati lapangan olahraga itu, ada pekerja seks yang giat mencari konsumennya. Melakukan transaksi dalam remang cahaya yang membias dari lampu jalan, mereka perlu merasa khawatir ada petugas yang akan merazia. "Jarang petugas kemari," kata Leli (25), yang mengaku tinggal di kawasan Kampung Sawah.

Leli, dalam balutan jin dan t-shirt merah muda, terlihat begitu mencolok. Sambil berulang-ulang membasahi bibirnya, PSK yang mengaku berasal dari Banten ini, hampir tiga tahun merantau ke Bandar Lampung. Selama itu, Leli menjalani profesi sebagai PSK. "Saya melakukan pekerjaan ini sejak tinggal di Banten," kata dia.

Leli bercerita, awalnya dia bekerja sebagai pelacur sejak masih duduk di bangku sekolah. Cuma, belum segencar seperti sekarang. Saat itu, dia melakoni profesinya sebagai perempuan panggilan. "Saya bekerja kalau ada yang menelepon. Biasanya saya mendatangi pelanggan ke hotel-hotel tempat mereka menginap," ujarnya.

Tapi, lama-kelamaan Leli menyukai pekerjaannya. Hingga suatu hari ada pelanggan yang mengajaknya ke Lampung. "Dia pengusaha di Banten, tetapi punya bisnis di Lampung," katanya.

Dari perjalanan ke Bandar Lampung bersama pelanggan itu, Leli mengaku tertarik untuk tinggal. Mula-mula dia menjadi wanita panggilan untuk pelanggan beberapa hotel di kawasan Tanjungkarang, tetapi cuma bertahan beberapa tahun. "Sekarang saya operasi di Saburai, tetapi "main" tetap di hotel," ujarnya.

Selain Leli, ada juga Nova, Tika, Yani, dan puluhan PSK lain yang berpraktek di kawasan Lapangan Saburai, Enggal. Setiap orang selalu punya kisah yang berbeda tentang keterlibatannya dalam dunia "jual syahwat". Yuli, Nefi, dan Yeyen punya cerita dan latar belakang berbeda. Yuli telanjur terjun karena pernah menjual keperawanannya dengan warga keturunan saat berada di Bandung karena butuh biaya kuliah. Yeyen, janda beranak dua, cerai dengan suami pada 2001 karena suaminya tak mampu memberi nafkah. Sementara, Nefi karena tuntutan ekonomi keluarga dan membiayai satu anaknya, serta adik-adik dan menjadi tulang punggung keluarga.

Meskipun tidak sedikit yang mengaku ingin meninggalkan profesinya, ada juga yang yakin bertahan dengan pekerjaan tersebut. "Saya tidak punya keterampilan lain," kata Leli.

Para PSK tersebut mengaku mangkal di Lapangan Saburai lebih aman dibandingkan di tempat lain. Pasalnya, lapangan cuma dipakai untuk transaksi seks. "Biasanya pelanggan datang kemari untuk transaksi. Mereka membawa kami ke hotel atau tempat lain," kata Nefi.

Nefi mengaku pernah beroperasi di lokalisasi. Tapi, sejak lokalisasi ditutup, Nefi memutuskan keluar. Sebab, PSK yang bertahan di lokalisasi lebih banyak menjadi "sapi perahan", baik mucikari maupun oknum.

Sementara, di luar lokalisasi, Nefi mengaku merasa lebih aman. Dengan tarif Rp50 ribu--Rp100 ribu sekali main, dia mengaku mendapat penghasilan yang lumayan. Dalam satu malam, bisa membawa pulang Rp100 ribu--Rp300 ribu meskipun ada kalanya tidak ada sama sekali.

Dirazia untuk Diperas

Dirazia bukan hal aneh bagi PSK. Bagi mereka, razia merupakan bagian dari risiko pekerjaannya. Selain itu, adanya razia menunjukkan transaksi seks tidak pernah berhenti, baik siang apalagi malam hari.

Namun, dari catatan Lampung Post, razia terhadap PSK sering dilakukan terutama di eks lokalisasi. Pada Kamis malam (21-10), misalnya, 40 orang, terdiri atas 23 PSK dan 17 pria hidung belang--tujuh di antaranya warga negara Filipina--digaruk Tim Poltabes Bandar Lampung di dua eks lokalisasi.

Petugas menyapu lokasi-lokasi yang diduga dijadikan tempat prostitusi. Namun, diduga informasi razia tersebut bocor ke penghuni Pemandangan. Pasalnya, dari tempat yang biasanya ramai itu, petugas hanya menjaring 5 PSK dan 2 pria pelanggannya, yaitu Maya, Novita, Ati, Endang, Aminah, dan dua pria, Elyas dan Pur. Dua pasang di antaranya kedapatan sedang berasyik masyuk dalam kamar.

Petugas kemudian menyusuri Jalan Yos Sudarso menuju Pantai Harapan, Panjang Selatan. Dari lokasi itu, petugas menjaring 18 PSK dan 15 pria hidung belang. Dari 15 pria tersebut, tujuh di antara pria tersebut warga Filipina dan seorang mucikari.

Ke-18 tersebut, sesuai dengan KTP, yaitu Vivi, Amel, Linawati, Iis, Yulianti, Hertina, Marti, Fitriani, Lisa, Leni, Puput, Yulianti, Yuyun, Cica, Yulia, Kurnia, Ira, dan Tuti. Umumnya, mereka beralamat di Jawa, sebagian di Lampung.

Sementara itu, tujuh pria asal Filipina adalah Nikanor Mitra, Rozi Abad, Ard Theloy, Carlos Mukoi, Guetierrez, Lupo Leopoldo, dan Esperato Arbitraro. Petugas sedikit kesulitan karena mereka tidak bisa berbahasa Indonesia.

Delapan pria lainnya berasal dari luar daerah, di antaranya Antoni, Hermanto, Ahmad, Depi Y., Suhaili, Sofyan, Irianto, dan Setiawandi. Mereka rata-rata pedagang asal Jakarta. Irianto, salah seorang mucikari, mendampingi tujuh PSK anak buahnya.

Ke-40 PSK dan 23 pria hidung belang itu diangkut menggunakan truk Dalmas dan dikumpulkan di aula Poltabes Bandar Lampung. Mereka didata dan diambil gambarnya. Mereka diberi pengarahan agar tidak menjalankan aktivitasnya. Namun, PSK dan pria hidung belang itu diperbolehkan pulang setelah menandatangani pernyataan untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi.

"Mereka diberi pembinaan, didata, kemudian diperbolehkan pulang. Setelah diperiksa, tujuh warga negara Filipina itu bekerja di kapal pesiar. Mereka dilengkapi izin dan surat-surat resmi. Mereka sudah dijemput agennya," kata Kasatreskrim Poltabes Bandar Lampung Kompol Hilman, mendampingi Kapoltabes Kombes Pol. M. Imam Djauhari.

Para PSK yang berusia 16 tahun hingga 40-an tahun itu mengaku berasal dari luar daerah Bandar Lampung. Di lokalisasi mereka tinggal di rumah-rumah yang dikoordinasi mucikari. "Saya baru dua minggu di Panjang. Saya lari dari rumah di Terbanggibesar, tadinya saya mangkal di Enggal," kata Yulia. n JUN/M-3

-

Arsip Blog

Recent Posts