Seniman Polandia Pentas ‘Nunggak Semi Leluhur’ di Radya Pustaka

Solo, Jateng - Karolina Nieduza, perempuan asal Polandia beserta anak dan seorang rekannya tampaknya tidak segan bermain tanah di depan Museum Radya Pustaka, Solo, Minggu (2/6). Dengan gerakan tubuh, seakan-akan dirinya ingin menunjukkan kebersatuan antara raga dengan tanah itu sendiri. Dimana, raga yang diciptakan oleh Tuhan berasal dari tanah.

Dengan diiringi musik khas asal Makasar, seakan-akan aksi yang diperlihatkan tersebut menyatu baik secara raga maupun jiwa. Konsep tempat pertunjukan pun didesain sedemikian rupa, dengan ukiran patung-patung sosok wajah. Sehingga menambah kental unsur intrinsik dalam performance yang ditunjukan oleh Karolina.

Seniman Solo, Suprapto Suryodarmo mengatakan aksi yang diberi tema “Nunggak Semi Leluhur” tersebut merupakan kali pertama diadakan. Hal itu dikarenakan kegelisahan seniman akan kelangsungan bangsa dan negara pada umumnya dan Kota Solo pada khususnya.

“Nunggak Semi Leluhur ini kali pertama diadakan di sini (museum Radya Pustaka) berawal dari kegelisahan seniman akan kelangsungan negeri ini,” paparnya kepada wartawan, Minggu (2/6).

Pria yang akrab dipanggil dengan sebutan Mbah Prapto tersebut juga mengatakan ada keyakinan yang mendalam tentang masa depan yang terjadi pada negeri ini. Sehingga dengan mengangkat tema tersebut akan lahir tunas-tunas baru yang akan rela mengorbankan jiwa raganya untuk negara.

“Untuk tema ini dapat diartikan sebagai tunas baru. Seperti pohon yang telah ditebang, namun tumbuh tunas-tunas yang lain dan makin banyak. Diharapkan tema yang kita usung nantinya juga seperti itu,” tuturnya.

Sementara, terkait pemilihan tempat yang diadakan di depan salah satu museum di Kota Bengawan itu, dirinya merasa bahwa museum hanya dijadikan sebagai materi semata. Padahal di dalamnya terdapat banyak ilmu kesusastraan Jawa yang dalam digali serta dipelajari.

“Saya menilai museum Radya Pustaka ini hanya sebuah materi tanpa isi. Padahal kalu dicermati lebih mendalam lagi, di dalamnya banyak tersimpan sastra karya pujangga Ranggawarsita. Kenapa itu tidak dipelajari. Tidak hanya mengangung-agungkan tempat dan koleksinya semata. Maka dari itu, kami ingi mengetuk hati masyarakat dengan mengadakan aksi budaya lokal di lokasi ini,” papar Mbah Prapto.

Selain itu, lanjut Mbah Prapto, sebagian besar kebudayaan yang berada atau yang ditampilkan di Car Free Day (CFD) merupakan kebudayaan kota. Sehingga dirinya berinisiatif menciptakan suatu aksi yang dapat bersinggungan antar dua budaya yakni tradisi dan modern. Diharapkan melalui acara Nunggak Semi Leluhur tersebut nilai tradisi tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh masyarakat Kota Solo.

-

Arsip Blog

Recent Posts