Ida Antasari: Suamimu Akan Kuambil

Nasib orang memang tak ada yang tahu. Entah sudah berapa koruptor yang dijebloskannya ke penjara, tetapi kini Antasari Azhar (56) justru dibui. Tuduhannya pun tak tanggung-tanggung, ia diduga menjadi otak pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Sejalan dengan itu, ia pun dituduh punya hubungan asmara dengan Rani Juliani, seorang caddy, yang ternyata istri siri mendiang.

Ida Laksmiwati (54), perempuan yang sudah menemani Antasari lebih dari seperempat abad, bersikeras, “Suami saya tidak begitu. Saya percaya dia 100 persen!” Berikut pembicaraan dengan ibu dua anak ini di kantor salah satu tim pengacara suaminya, Ari Yusuf Emir, di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

Bagaimana kabarnya, Bu?

Alhamdulillah, seperti yang terlihat, sehat. Kabar saya baik-baik saja.

Kapan tepatnya mendengar kabar suami tersangkut kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen?

Di hari yang sama, di mana media memberitakannya pertama kali. Kalau tak salah, Kamis malam. Hari itu saya sedang melakukan kegiatan sosial di suatu tempat. Tiba-tiba ada seorang teman yang memberitahu, Bapak terkena kasus pembunuhan Nasrudin. Teman saya tahu informasi itu dari pemberitaan televisi yang ditontonnya di tempat kami melakukan kegiatan.

Ibu kenal Nasrudin?

Saya hanya tahu namanya saja melalui pemberitaan pembunuhannya. Itu pun hanya sepintas mendengar namanya. Kalau tidak salah, itu bertepatan dengan kepulangan kami (Ida dan Antasari) dari Australia, menjenguk anak yang kuliah di sana. Saya sama sekali tidak menyangka kalau itu ada hubungannya dengan Bapak.

Mungkin pernah mendengar namanya dari Bapak sebelumnya?

Enggak. Saya baru dengar pas dia meninggal saja.

Bagaimana rasanya dan apa yang dilakukan setelah dengar kabar suami diduga terlibat perkara pembunuhan?

Terkejut sekali, ya. Dalam hati, saya bertanya, ada apa ini? Waktu itu saya langsung mencoba menghubungi Bapak, tapi nadanya sibuk terus. Mungkin bukan saya saja yang ingin tanya mengenai persoalan ini, tapi teman-temannya juga. Akhirnya saya berniat bertanya di rumah saja.

Apa jawaban Bapak saat ditanyai soal tuduhan tersebut?

Dia bilang, “Saya tak pernah menyuruh seseorang untuk membunuh orang lain.” Itu saja. Saya percaya dia 100 persen!

Selama menjabat sebagai Ketua KPK, hal apa yang biasa diceritakan suami?

Semua urusan kantor tidak pernah dia ceritakan ke saya karena kapasitasnya memang tidak berhubungan dengan keluarga. Justru saya tahu apa saja kegiatannya dari pemberitaan di media.

Kelihatannya Ibu tenang sekali menghadapi persoalan ini?

Jujur, saya sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Dari awal saya sudah belajar menata emosi. Setiap hari saya selalu membayangkan hal terburuk yang mungkin akan terjadi pada suami dan keluarga saya. Makanya, saat bayangan itu jadi kenyataan, saya sangat siap.

Terbiasa? Maksudnya?

(Terdiam sejenak). Dimusuhi atau tidak disukai oleh banyak orang, terutama orang-orang yang berhasil Bapak penjarakan, sudah menjadi risiko pekerjaannya sebagai Ketua KPK. Ancaman melalui SMS atau telepon gelap, sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan sebelum Bapak bekerja di KPK.

Memang seperti apa ancamannya?

Macam-macamlah. Ada yang bilang, “Suamimu akan kuambil”, “Suamimu tadi tidur sama saya”, “Suamimu tadi kucium”. Sebelum Bapak dipenjara, saya juga pernah dapat SMS singkat seperti, “Tunggu saatnya”. Awalnya, sih, saya tidak mengerti apa maksudnya. Sekarang, saya mengerti, oh ini (penangkapan Antasari), toh, maksudnya.

Setelah Bapak dipenjara, teror SMS tidak berhenti. Isinya, antara lain, “Rasain, lu!”, “Misi gue berhasil”, “Hukuman mati di depan mata,” dan sebagainya. Yang terakhir saya terima malah bilang begini, “Tetep hukuman mati, lu!” Sehari bisa 4-5 kali.


(Ida menghela napas dan membenarkan posisi duduknya). Semua SMS itu tidak pernah saya tanggapi. Buat apa? (Selama wawancara berlangsung, telepon Ida memang tidak pernah berhenti berbunyi. Saat dipersilakan untuk menjawab panggilan atau SMS, dia hanya bilang, “Biarkan saja. Memang begitu setiap hari. Telepon saya selalu ramai.”)

Ancaman langsung ke ponsel Bapak banyak juga?

Saya tidak pernah membuka handphone-nya. Sebagai orang Jawa, pamali buat istri membuka dan memeriksa dompet atau handphone suami. Meski dia tidak mengetahuinya, pantang buat saya melakukannya. Kalaupun ada, pasti Bapak tidak akan menceritakannya ke saya karena dia memang tidak ingin membuat saya resah.

Bapak memang suka main golf? Seberapa sering?

Ya, dia senang sekali main golf. Biasanya main setiap hari Sabtu dan Minggu. Lokasinya tidak hanya di Modernland. Kadang juga di Rancamaya dan tempat lainnya. Kalau soal tempat sih, tergantung ajakan teman. Kalau enggak golf, biasanya treadmill di rumah.

Laporan wartawan NOVA Ester Sondang

Sumber : Kompas.com, Selasa, 12 Mei 2009
-

Arsip Blog

Recent Posts