Singkawang Bawa Tari Kamang ke Festival Budaya Bumi Khatulistiwa

Singkawang, Kalbar - Enam penari, berkaus hitam terlihat berkeringat. Meliuk-liuk. Gerakannya tak beraturan. Kadang gemulai, kadang keras. Keenamnya sedang membawakan tari Kamang, buah kreasi koreografer asli Singkawang, Johari Pion. Kamang judul tariannya. Visualisasi gerak tradisional yang bakal menjadi kebanggaan Singkawang dalam FBBK mendatang. Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK) yang bakal digulirkan 26 – 29 September di Pontianak mendatang. Kamang sendiri mendapat inspirasi dari kehidupan masyarakat adat Dayak Salako Binua Garantuk’ng.
Melalui sentuhan seni oleh koreografer Johari Pion, sebuah adat istiadat masyarakat Singkawang tergambar dalam sebuah tarian. Nantinya tarian ini akan dibawa ke kegiatan lomba Festival Budaya Bumi Khatulistiwa yang dilaksanakan di Pontianak. Penata Tari Kamang, Johari Pion, mengambil sumber pustaka Manusia Dayak Manifestasi Perilaku dan Perbuatannya oleh Niko Andasputra, yang iterbitkan di Pontianak oleh penerbit Lembaga dan penunjang pembangunan sosial Institute of Dayakology Research and Development (Oktober-Desember 1992).
Disebutkan Johari dalam sinopsis yang ditulisnya, Kamang lahir dari beragam filosofis karakter kehidupan dunia abstrak, melalui ungkapan permainan ilustrasi keragaman simbol gerak tari yang disajikan, spiritual karakter kebenaran dan kejujuran muncul, ada baik, ada jelek, ada suka, ada murka, ada kasih, dan ada hina.
“Hidup memang berbeda alam, namun pemberlakukan hak tetap sama, tak ubah seperti layaknya manusia, ketika manusia tidak lagi mengenal norma-norma peradaban sebagai kekuatan, dipercaya Badi (Karma) setiap saat bisa terjadi,” ujar Johari.
Kapan spiritual Kamang bisa dipresentasikan dalam menata peradaban kehidupan manusia yang lebih baik. Jawabannya ada pada keyakinan masyarakat adat itu sendiri.
Tari Kamang, garapan bentuk penyusunan elemen dasar gerak tari daerah garapan baru, diselaraskan dengan unsur keperluan pementasan, dengan memperhatikan norma komposisi tari pertunjukan seperti, pemilihan bentuk gerak sesuai dengan isi dari ide tari, desain lantai, arah hadap, volume gerak, level gerak, iringan musik dan kostum serta properti tari yang mampu mendukung sebuah ide tari.
“Materi tari muncul dari gagasan yang bersumber dari sebuah bentuk keyakinan masyarakat adat terhadap alam dan manusia yang selalu dihubung-hubungkan dengan roh leluhur, fenomena ini tumbuh dan berkembang pada kehidupan masyarakat adat Dayak Salako Binua Sagarantukng Kota Singkawang yang merupakan salah satu komunitas norma-norma adat spirit kekuatan dalam menata kehidupan secara bersama baik terhadap alam, manusia maupun roh-roh nenek moyang,” jelas Johari.
Pada sajian tari Johari mencoba memunculkan bentuk sebuah ilustrasi keberadaan kamang (roh-roh leluhur masyarakat adat dayak) dengan beragam karakter, dipercaya masyarakat adat mampu memberikan spirit kekuatan pada kehidupan mereka oleh karenanya menjaga adat tradisi menjadi sebuah budaya kearifan lokal yang harus dipatuhi.
“Berbagai fenomena diatas, kami mencoba untuk mempresentasikan ke dalam sebuah ide karya tari daerah garapan komunitas masyarakat dayak yang mampu memberikan sebuah nuansa baru dalam perkembangan seni tari saat ini,” katanya.
Tari Kamang yang akan dibawakan, nantinya bertema roh leluhur dipercaya mampu memberikan kekuatan spiritual dalam menata kehidupan lebih baik.
-

Arsip Blog

Recent Posts