Ritual Penti Digelar di Wae Rebo

Jakarta - Ritual penti yang merupakan salah satu ritual adat suku Manggarai akan digelar Sabtu (16/11/2013) di kampung adat Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Ritual penti yang digelar di Wae Rebo merupakan ritual tradisional yang masih dilakukan secara lengkap sebagaimana ritual aslinya.

Ritual penti adalah ritual adat Manggarai yang digelar sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh selama setahun. Bagi masyarakat Manggarai, penti juga sekaligus merupakan peringatan untuk menyambut tahun baru.

Di Wae Rebo, penti digelar satu tahun sekali pada bulan November. Tamu yang hadir biasanya mencapai ribuan orang.

”Ritual penti melibatkan semua warga Wae Rebo, baik yang tinggal di Wae Rebo maupun di luar Wae Rebo,” kata Sekretaris Lembaga Adat Wae Rebo Yosep Katop. Oleh karena itu, penti sekaligus menjadi ajang berkumpul warga.

Ritual penti dimulai dengan adat barong wae dan barong oka. Warga beriringan menuju halaman di depan rumah utama atau rumah gendang diiringi gong dan gendang, membawa persembahan berupa ayam ke mata air. Tujuannya, mengundang roh leluhur penjaga mata air untuk menghadiri penti.

Penti juga dimeriahkan dengan caci, yaitu tarian yang dibawakan sepasang penari pria dengan gerakan saling mencambuk. Tidak ada yang kalah dan menang dalam caci karena yang diangkat adalah nilai-nilai persahabatan dan seni.

Sebelumnya arak-arakan menyinggahi batu pantas (watu pantas) sebagai simbol pertobatan bagi para pendosa, menyinggahi compang (altar batu) sebagai konklusi barong wae, barong oka, dan roi boa (bersih kubur).

Selama ritual penti berlangsung, sekelompok laki-laki dan perempuan membawakan nyanyian tradisional tanpa musik yang disebut sanda. Sanda dimulai dari tengah malam hingga pagi hari tanpa putus.

”Sanda harus terus dikumandangkan karena saat ritual penti berlangsung, suasana tidak boleh sepi untuk menghormati arwah para leluhur,” kata Direktur Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gendro Nurhadi, Rabu (8/11/2013), di Jakarta.

-

Arsip Blog

Recent Posts