Festival Topeng Digelar 19-21 Juni di Balekambang

Solo, Jateng – Penyelenggaraan Indonesia Mask Festival (IMF) 2014 pada pertengahan tahun ini terus dipersiapkan. Even yang baru pertama kali ini digelar, digadang-gadang mampu menjadi salah satu ikon Kota Solo di dunia seni tingkat international.

“Rencananya kami akan mengundang 12 delegasi. Enam dari dalam negeri dan sisanya dari luar negeri. Sejauh ini kami telah mendapat persetujuan dari negara Korea, Jepang dan Inggris. Sedangkan untuk delegasi dari dalam negeri dari daerah Yogya, Malang dan Surabaya,” terang Ketua Panitia IMF 2014, Irawati Kusumorasri saat dihubungi Timlo.net, Sabtu (25/1) siang.

Perempuan yang akrab disapa Bunda Ira itu juga mengatakan, dalam pertunjukan tersebut sejumlah delegasi akan menampilkan sejumlah kesenian yang memiliki tautan dengan legenda topeng di daerahnya masing-masing. Kesenian tersebut nantinya akan diwujudkan ke dalam sebuah seni tari yang sarat akan muatan budaya dari masing-masing daerah atau negara.

“Kami berikan mereka kesempatan perform. Untuk dalam negeri akan tampil sebanyak satu kali, sedangkan delegasi luar negeri tampil sebanyak dua kali,” ungkap Bunda Ira.

Mengingat IMF baru diadakan tahun ini, lanjut Bunda Ira, pihaknya akan menggelar sejumlah rangkaian acara. Mulai dari workshop, pameran, serta karnaval yang bernuansa tentang topeng.

Disinggung tema yang akan diangkat nanti, diungkapkan, pihaknya akan mengusung tema tentang lakon Panji. Dipilihnya tema tersebut karena cerita Panji yang menceritakan tentang cinta kasih antara Raden Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji tersebut sudah menyebar ke berbagai penjuru Nusantara, seperti Bali, Jawa dan Kalimantan. Bahhkan, sampai ke negeri di benua Asia, seperti Kamboja, Myanmar dan Filiphina.

“Temanya kita mengusung sosok Panji Asmarabangun. Mengingat, sosok tersebut telah banyak dikenal di berbagai penjuru negeri,” ungkap Bunda Ira.

Rencanaya, IMF sendiri akan digelar selama tiga hari berturut-turut mulai dari tanggal 19-21 Juni di Kawasan Taman Balekambang, Solo.

Jejak Peninggalan Bersejarah Kerajaan Gelang Gelang yang Dilupakan

Jakarta - Ada jejak peninggalan bersejarah di Ngurawan, Dolopo, Madiun, Jawa Timur yang seolah dilupakan. Peninggalan ini sisa-sisa Kerajaan Gelang Gelang yang berdiri pada tahun 1290-an lalu.

"Lokasi ini seperti sejarah yang tidak diakui," jelas aktivis Komunitas Bersejarah Madiun, Nunung Widia saat berbincang dengan detikcom, Senin (27/1/2014).

Dahulu Kerajaan Gelang Gelang ini didirikan oleh Jayakatwang yang menghancurkan Kerajaan Singosari. Kini jejak-jejak kerajaan Jayakatwang itu masih tersisa, sayangnya tak terawat.

"Dahulu pertama kali di tempat itu cikal bakal yang namanya bendera merah putih dikibarkan, dalam bentuk panji-panji. Ada situs-situs dan prasasti di tempat ini," terang Widia.

Di desa di kawasan Madiun ini, situs kerajaan Gelang Gelang bertebaran. Bahkan ada yang di pekarangan dan persawahan rumah warga.

"Kawasan ini semestinya ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya agar melindungi peninggalan masa lalu," terang dia.

Hingga kini sisa-sisa peninggalan bersejarah itu teronggok begitu saja. Tak ada perawatan dan tak ada eskavasi. Pihak arkeologi menurut Widia hanya sekedar tahu saja.

"Padahal bila melihat area sisa peninggalan kerajaan ini, diperkirakan ada candi dan berbagai sarana kota. Kita saja bisa melihat bekas pentirtaan atau tempat mandi raja-raja," tuturnya.

Pesona Topeng Rangde di festival Bulgaria

London, Inggris - Penggalan pendek kisah Rama menyelamatkan Shinta dari cengkaraman Rahwana yang diperankan salah seorang penari dengan menggunakan topeng "Rangde", menarik perhatian masyarakat kota Pernik di Bulgaria.

Penonton berkali-kali meneriakkan: "bravo, bravo. Indonesia", kepada tim kesenian KBRI Sofia seusai tampil dengan fragmen pendek Epic Mahabrata di lapangan terbuka pusat kota Pernik, tempat berlangsungnya the Surva XXIII International Festival of Masquerade 2014, Sabtu.

Sekretaris dua KBRI Sofia Dina Martina kepada ANTARA, Minggu, mengatakan Tim KBRI yang menggunakan kostum tradisional dan Rangde menjadi pusat perhatian penonton yang mengelilingi lapangan terbuka pusat kota saat itu.

Dikatakannya, Tim kesenian KBRI yang dipimpin I Nyoman Chaya, Dosen ISI Surakarta, juga menampilkan grup gamelan KBRI yang terdiri dari staf KBRI dan pelajar Bulgaria sebagai pengiring tari.

Nyoman Chaya juga bertindak sebagai koreographer tari dan musik tradisional Tim Kesenian.

Meskipun cuaca saat itu kurang bersahabat dengan turunnya salju, penonton tetap tidak beranjak dari tempatnya.

Di sepanjang jalan menuju pusat kota Pernik, tim kesenian KBRI memainkan gamelan, gong, kendang dan atraksi topeng Rangde Bali.

Tidak hanya topeng Rangde dan kostum penari yang menjadi perhatian penonton tetapi juga gamelan dan kendang.

Alat musik tradisional Indonesia tersebut nampak sebagai sesuatu yang baru bagi mereka sehingga para kru TV pun meliputnya dari jarak dekat.

Tim KBRI yang berada di barisan pertama, merupakan tim asing yang mendapatkan kesempatan pertama tampil di lapangan terbuka.

Mimpi Tenun Lombok Ingin Tembus Pasar Dunia

Mataram, NTB - Indonesia memang sangat kaya akan keragaman budaya. Masing-masing daerah memiliki makanan khas dan kain adat nan cantik dan eksotis. Salah satunya adalah kain tenun.

Masyarakat Lombok merupakan salah satu penghasil tenun di Indonesia. Kerajinan yang dikembangkan secara turun temurun ini telah menjadi sumber pendapatan alternatif selain beternak dan bertani.

Senim (40), salah satu penenun asal Desa Sukarara, Lombok Tengah mengaku sudah menekuni kerajinan tenun ini sejak kecil. Untuk menyelesaikan satu kain Tenun Sasak Lombok, Senim menghabiskan waktu antara dua minggu hingga satu bulan.

Jangka waktu pengerjaan dan motif tenun yang rumit, menjadikan harga jual Tenun Sasak Lombok melambung. "Makin banyak warna makin mahal. Ada yang harga Rp 200.000. Untuk 2 meter bisa satu bulan kalau ada kerjaan lain, kalau rutin bisa dua minggu," jelas Senim di Desa Sasak, Lombok Tengah, Sabtu (18/1).

Kepala Kelompok Penenun Desa Sasak, Mila (30) menambahkan, untuk tenun sutra, biasanya dibuat sesuai pesanan mengingat bahan baku tenun sutra sulit di dapat dan mahal.

"Paling murah Rp 2 juta. Paling sebentar pengerjaan 15 hari. Kalau ada pesanan kami bikin, karena mahal benangnya. Kami ambil dari Bali," imbuh Mila.

Menurutnya, hasil tenun tersebut dipasarkan melalui sistem jaringan, salah satunya adalah jaringan Bank Indonesia. Walaupun demikian, Mila optimis tenun Lombok ini akan menembus pasar global.

"Ada langganan khusus, BI. Paling banyak ke Jakarta, ada juga Malang. Belum ada yang pesan dari luar negeri. Kami ingin sampai ke luar negeri," ujar Mila.

Mila optimis, hasil tenun tradisional tidak akan tersaingi oleh kain-kain pabrikan, mengingat tenun tradisional memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Agar ciri khas terus bertahan, Mila mengatakan, keahlian menenun akan terus diturunkan kepada anak-anak perempuan di desa tersebut.

"Tidak terancam dengan buatan pabrik, karena beda. Kita turunin (keahlian menenun) ke anak-anak, biar gak hilang. Semua perempuan bisa nenun. Laki-laki tidak ada," tutup Mila.

Kampung Majapahit Lahir Kembali

Mojokerto, Jatim - Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun ini memiliki proyek Kampung Majapahit. Proyek ini berupa pemugaran tampilan luar rumah-rumah warga yang akan dipermak meniru arsitektur rumah zaman kerajaan Majapahit.

"Model dan desainnya sudah ada, tinggal sosialiasi ke warga," kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Aris Soviyani, Selasa, 21 Januari 2014.

Pemerintah telah menetapkan 296 rumah yang akan disulap menjadi Kampung Majapahit. Rumah-rumah itu tersebar di tiga desa antara lain Desa Sentonorejo, Bejijong, dan Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Tiga desa ini termasuk bekas wilayah peninggalan Majapahit.

Aris mengatakan BPCB dalam proyek ini berperan memberi masukan pada pemerintah provinsi mengenai model desain rumah zaman Majapahit berdasarkan literatur yang ada.

Menurut Aris, tidak semua bagian rumah direhabilitasi tapi hanya tampilan luarnya saja. Misalnya pagar atau atapnya. Proyek ini pun bukan wajib pada setiap rumah yang dipilih. Warga yang punya rumah bisa memilih mau atau tidak.

Aris mengingatkan bahwa proyek Kampung Majapahit yang didanai Pemerintah Provinsi itu berbeda dengan proyek perbaikan, pembangunan, dan pengembangan kawasan Trowulan atau Taman Majapahit yang dilakukan pemerintah pusat selama ini dan masa mendatang.

Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Mojokerto Alfiah Ernawati mengatakan pemerintah provinsi dan kabupaten setempat sudah berkordinasi dalam rencana proyek Kampung Majapahit.

Tiap rumah akan diberi bantuan dana Rp25 juta untuk melakukan pemugaran tampilan luar rumah. Dana tersebut merupakan sharing antara pemerintah provinsi dan kabupaten.

Tabula Rasa, Film Kuliner Rasa Minang

Jakarta - Film bertema kuliner berjudul "Tabula Rasa" digarap dengan persiapan panjang demi menyajikan detil masakan, makanan, dan budaya yang sempurna. Produser Sheila Timothy mengemukakan persiapan film yang mengangkat kekayaan masakan Minang membutuhkan riset intensif selama 1,5 tahun sebelum mulai produksi bulan ini.

Perempuan yang sebelumnya memproduseri "Pintu Terlarang" dan "Modus Anomali" itu menyayangkan referensi literatur kuliner Indonesia yang kurang lengkap sehingga menyulitkan riset."Kalau soal makanan Jepang misalnya, mudah cari literaturnya. Pengaturan makanan harus seperti apa dan alasannya apa. Tapi untuk kuliner Indonesia, sulit mencari literaturnya," ujar dia di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2014.

Bahan-bahan riset kuliner Minang akhirnya didapatkan setelah mewawancara langsung orang-orang di pedalaman Sumatera Barat. Selain itu, ahli kuliner seperti Culinary Advisor Chef Adzan dan penulis buku Rendang Traveller Reno Andam Suri juga turut terlibat dalam persiapan film "Tabula Rasa".

Sheila menjelaskan, keduanya memberi banyak saran dan mengajarkan berbagai hal dalam membuat pengaturan dapur tradisional, cara memasak, detil alat masak, dan makanan yang senyata mungkin untuk ditampilkan dalam film."Misalnya ulekan Minang seperti apa karena berbeda dengan ulekan biasa, juga konsep dapur tradisional dengan tungku di bagian tengah, dan cara menyalakan api tungku yang benar agar talent terlihat luwes saat syuting dimulai," katanya menjelaskan.

"Bahkan, Chef Adzan juga membuat menu khusus untuk setting lapau Mak, meski tidak ada di cerita tapi tetap muncul di visual untuk menghidupkan suasana agar terlihat senyata mungkin," katanya.

"Tabula Rasa" berkisah tentang pemuda asal Serui, Papua bernama Hans (Jimmy Kobogau) yang kehilangan semangat hidup saat impiannya jadi pesepakbola kandas. Dia pun bertemu dengan Mak Uwo (Dewi Irawan) seorang pemilik rumah makan Minang sederhana (Lapau). Mimpi dan semangat hidup mereka mulai terbentuk lewat makanan dan masakan.

Pendekatan Budaya, Promosi Islam Italia Tiru Indonesia

Madinah, Arab Saudi – Komunitas muslim di Italia mengagumi cara orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam. Mereka ingin meniru apa yang dilakukan oleh orang Indonesia untuk mengenalkan Islam di Italia.

Wakil Ketua Italian Islamic Religious Community sekaligus Ketua Dewan ISESCO (Islamic Education, Scientific, and Culture Organization) Eropa Yahya Sergio Yahe Pallavicini mengatakan, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia sejak ratusan tahun lalu untuk menyebarkan Islam sangat menarik.

Dalam menyebarkan agama Islam, orang Indonesia menggunakan pendekatan budaya. “Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang bijak, bisa melakukan pendekatan terhadap orang yang belum Islam melalui cara budaya lokal. Ini memberikan keuntungan pada orang yang belum memeluk Islam,” kata Yahya di sela acara Konferensi Islam Khusus Menteri Kebudayaan yang diselenggarakan oleh ISESCO di Madinah, Arab Saudi, Rabu (22/1).

Menurut Yahya, cara yang dilakukan oleh orang Indonesia dalam menyebarkan agama Islam berbeda dengan orang Arab. Ia sudah bertahun-tahun mempelajari bagaimana penyebaran dan pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh Indonesia dan Arab. “Arab bagus karena tempat lahirnya Islam.

Tapi tidak mudah jika cara-cara arab diimplemetasikan di Italia,” kata Yahya.Karena itu, ia menilai cara yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam lebih cocok dikembangkan di Italia. Karena, terkadang orang non muslim di Italia tidak menyukai cara-cara yang dilakukan orang Arab dalam memperkenalkan agama Islam.

“Kami ingin meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Indonesia ke Italia. Di mana, cara itu akan bisa membuka pikiran orang Italia terhadap Islam,” kata Yahya. Yahya menyatakan kekagumannya kepada penyebaran dan perkembangan agama Islam di Indonesia itu setelah mendengarkan pemaparan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia M Nuh.

Di mana, Nuh menceritakan bagaimana Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisongo, yang menyebarkan agama Islam melalui pendekatan budaya.Nuh mengatakan, kebudayan memiliki tiga aspek. Yaitu, ekspresi (permukaan), substansi, dan nilai. Menurutnya, orang sering kali terjebak di ekspresi atau hanya kulit luarnya saja.

“Nah apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga itu, tidak begitu menganggap penting kulit luarnya saja, tetapi yang paling penting adalah substansi dan nilai dari ajaran Islamnya,” kata Nuh yang memaparkan dalam bahasa Inggris.

Menurutnya, dengan cara seperti itu, perpindahan orang Indonesia di zaman dulu dari Hindu dan Budha ke Islam, melalui cara-cara perdamaian yaitu kebudayaan. Sehingga, tak ada dendam yang muncul dari orang Hindu dan Budha kepada umat Islam di Indonesia saat ini.Hal tersebut berbeda dengan penyebaran Islam di Cordoba, Spanyol.

Saat Islam masuk, seluruh kebudayaan lokal dihapus tradisinya. Yang tersisa hanya bangunan fisiknya saja. Sehingga, begitu Islam dikalahkan, maka sisa-sisa ajaran Islam pun diberangus habis. “Ibaratnya, kalau orang yang berkuasa melalui kudeta, nanti kalau jatuhnya juga dengan dikudeta,” kata Nuh.

Kongres Kebudayaan Kaltara Pertama Segera Digelar

Jakarta - Lembaga Bintang Utara, Kalimantan Utara, akan menggagas Kongres Kebudayaan Kaltara I. Agenda itu untuk mengembangkan kearifan lokal melalui seni dan budaya. Apalagi, posisi Kaltara sangat strategis menjaga keluhuran budaya bangsa.

Ketua Umum Bintang Utara, Jimmy Borneo, mengatakan, selama ini generasi muda dan masyarakat umum banyak meninggalkan warisan budaya nenek moyang dan kearifan lokal. Padahal, sebagai provinsi termuda, pengembangan seni budaya di Kaltara memiliki peran vital.

Kaltara, lanjut Jimmy, perlu menguatkan dan mengembangkan identitas budayanya. "Apalagi bagi provinsi di garda terdepan NKRI," ujarnya, melalui rilis yang diterima ROL, Kamis (23/1).

Jimmy menjelaskan, Kaltara menjadi satu provinsi sentral membendung budaya barat yang dinilai bisa merusak generasi. "Sebelum kongres kebudayaan, kita telah menghelat sejumlah agenda budaya," katanya. Antara lain, pentas seni budaya, parade seni, dan agenda budaya lainnya di Kaltara.

Kongres Kebudayaan Kaltara I, rencananya digelar 7-9 Feberuari 2014 di Hotel Kaltara. Agenda akan dipandu artis senior yang juga Wakil Ketua Liga Budaya Nusantara, Didin Bagito.

Perhelatan bersejarah bagi insan budaya di Kaltara ini akan menghadirkan sejumlah pemateri. Di antaranya, Pj Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, Bupati/walikota se-Kaltara, budayawan, redaktur Republika Online Jakarta, penulis buku, tokoh adat, dan pemateri lain. Delegasi pelajar dan guru se-Kaltara juga siap menghadiri perhelatan ini.

Diharapkan, kongres tersebut bisa merumuskan sejumlah rekomendasi yang akan dibawa ke pusat. "Kami mohon doa dan dukungan seluruh pihak menjaga budaya bangsa di wilayah terdepan RI," tutur Jimmy.

Panitia Kongres, Rudi Agung Prabowo, menambahkan, budaya barat telah merusak bangsa ini. Terutama generasi muda. Bahkan, kerusakan budaya merangsek ke daerah pedalaman-pedalaman di Kaltara. Misal, di Sekatak, Bulungan.

"Banyak ABG wanita menggunakan celana pendek, yang sangat jauh dari budaya mereka sendiri," jelasnya. Padahal suku Dayak termasuk ketat dalam menjaga etika dan kesantunan. Generasi muda, lanjut Rudi, dirusak melalui siaran televisi yang destruktif.

Tontotan itu telah lama masuk ke pelosok pedalaman Kalimantan dan menjadi kiblat. "Apa yang ada di televisi ditiru sebagai acuan. Miris sekali ya," tutur Rudi.

Diharapkannya, Kongres Kebudayaan nanti bisa menghasilkan rekomendasi dan program tuntas pihak terkait. Demi menjaga serta mengembangkan budaya dan kearifan lokal yang santun dan membanggakan.

Senjakala Kesenian Tayub Tuban

Tuban, Jatim - Nasib kesenian Tayub di Kabupaten Tuban, tak berbeda jauh dengan kesenian tradisional lain, hidup ngos-ngosan.

Sunaryo, Kabid Pariwisata di Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban mengatakan, kelompok tayub ini cukup banyak. Walau demikian, para pemain seni ini didominasi seniman tua. Jumlah seniman muda bisa dihitung dengan jari. Sama dengan pemainnya, penontonnya pun sebagian besar orang sepuh. Tidak terlihat ada upaya regenerasi, baik pemain maupun penontonnya.

Hal ini dirasakan Nasru Indra Rukmana, penari tayub kenamaan asal Kecamatan Meraurak. Wanita berusia 32 tahun ini, mencoba banting stir menjadi calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Tuban.

Menurut Indra, saat ini banyak waranggono yang terbuai dengan kesuksesannya. Mereka lupa mengembangkan, atau juga abai mengelola upah yang didapat. Semakin tua waranggono, semakin ia ditinggalkan penggemarnya. "Kami tak bisa terus-terusan seperti ini," katanya.

Sementara upaya pemerintah, disebutnya masih sebatas mempermudah menghidupkan kesenian pertunjukan saja. Tak ada pemberdayaan pada para waranggono.

"Padahal kami ini tak bisa terus-terusan menjadi waranggono," timpal Indra.

Tidak hanya itu, kehidupan Waranggono saat ini tidaklah sebaik 10, 20 atau 30 tahun lalu. Saat ini, panggilan untuk manggung hanya dari beberapa kalangan saja mau nanggap mereka. Seni ini sudah kalah dengan seni-seni modern yang jauh lebih murah biaya pertunjukkannya.

Haryadi, budayawan Tuban sekaligus dosen di Universitas Ronggolawe mengibaratkan seni tayub di Tuban masih dalam masa keemasannya. Kesenian ini masih banyak diminati masyarakat kelas bawah.

"Tapi, kalau ini tak dijaga betul bisa jadi akan punah seperti kesenian lain," kata Haryadi.

Menurut Haryadi sudah ada dua kesenian yang punah di Tuban. Pertama, adalah Gendak, yaitu seni yang menggabungkan tari, musik, dan teater ini sudah tak ada lagi penerusnya. Berikutnya adalah kentrung. Seni bernyanyi dengan tabuhan ketipung, gendang, dan sitar ini sudah hilang.

"Padahal ini salah satu seni tradisional asli Tuban," lanjut Haryadi.

Kelompok kentrung di Tuban sendiri kini tinggal menyisakan Mbah Surati. Dulunya kelompok ini berjumlah tiga orang, namun karena usia satu persatu anggotanya meninggal tanpa pewaris. Seni ini sudah di ujung tanduk. Usia Mbah Surati yang sudah menginjak 94 tahun juga tak meninggalkan penerus.

Saat wartawan mengunjungi rumahnya beberapa waktu lalu, kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Ia tinggal sebatang kara di gubuk reotnya di Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban. Gubuk ini ia beli dari hasil jerih payahnya ngentrung saat muda.

Nasi Rasul Hidangan Khas Muludan Keraton Kasepuhan Cirebon

Cirebon, Jabar - kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, di Keraton Kasepuhan Cirebon membuat banyak hidangan untuk dihidangkan pada acara puncak upacara panjang Jimat. Di dapur Mulud Keraton Kasepuhan pun tampak beberapa juru masak yang sibuk mengolah masakan.

Para juru masak tersebut adalah ibu-ibu pengajian di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan. Ibu-ibu yang memasak ini adalah wanita yang sudah lanjut usia. Karena jika sudah menapouse, wanita tersebut dianggap sudah suci.

Dari banyak hidangan salah satunya yang istimewa adalah nasi rasul atau nasi jimat. Nasi yang dibuat setahun sekali untuk disuguhkan pada peringatan tradisi muludan ini dimasak dengan cara tradisional menggunakan tungku dan minyak, tidak menggunakan air seperti biasanya.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat mengatakan bahwa nasi rasul dibuat dari beras yang khusus dan memiliki kesamaan dengan nasi kebuli.

Cara membuat nasi rasul menggunakan beras yang sudah siap dimasukan ke dalam tungku dan dimasak selama 7 jam agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Pada acara puncak, Nasi rasul tersebut akan dihidangkan dengan sedikitnya 25 kg ikan laut seperti ikan kakap dan tenggiri yang diawetkan dalam guci selama satu bulan atau disebut dengan ikan bekasem.

Festival Sriwijaya Lestarikan Budaya Buka Mata Dunia

Jakarta - Sumatera Selatan tengah serius menggarap paket perjalanan wisata Musi Tour dan City Tour. Tahun ini, Bumi Sriwijaya juga mulai memberikan sentuhan berbeda pada Festival Sriwijaya yang akan digelar pertengahan 2014.

Festival Sriwijaya merupakan acara tahunan yang dimiliki oleh Sumatera Selatan. Tujuannya melestarikan budaya Bumi Sriwijaya hingga tampak ke mata dunia.

“Diharapkan ada banyak negara tetangga yang bergabung di Festival Sriwijaya selanjutnya agar semakin meriah suasananya,” kata Toni Panggarbesi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, saat berkunjung ke redaksi Okezone di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, belum lama ini.

Toni menambahkan, konsep yang tengah direncanakan adalah sekitar 20 kapal yang telah difasilitasi akan berjalan beriringan di Sungai Musi. Ketika kapal mendekat, disambut meriah oleh tentara dan masyarakat dengan tema Kerajaan Sriwijaya atau konsep ke masa lalu.

“Barulah pagelaran budayanya kita tampilkan lengkap dengan beragam kuliner khas masing-masing daerah yang ada di Sumatera Selatan,” terang Toni.

Festival Sriwijaya merupakan sebuah perhelatan akbar tahunan yang diselenggarakan oleh Provinsi Sumatera Selatan. Festival ini menghadirkan hiburan menarik yang mencerminkan kekhasan ragam dan budaya serta perlombaan. Event tahunan ini bukan saja bertujuan melestarikan budaya Kerajaan Sriwijaya, juga sebagai senjata promosi pariwisata Sumatera Selatan.

Tahun lalu, festival ini berhasil mendongkrak pertumbuhan pariwisata Sumatera Selatan sebanyak 15 persen. Para pesertanya berasal dari masing-masing kabupaten yang ada di Sumsel. Pada tahun ini, festival keagungan maritim di sepanjang Sungai Musi dari hulu ke hilir itu diselenggarakan secara meriah selama lima hari.

Perigati Maulid Nabi, Keraton Kasepuhan Gelar Upacara Panjang Jimat

Cirebon, Jabar - Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar berbagai kegiatan tradisi, hingga pada acara puncak menggelar upacara panjang jimat.

Ribuan masyarakat dari sejumlah daerah begitu antusias mengikuti budaya yang masih dilestarikan Keraton Kasepuhan Cirebon ini.

Tradisi panjang jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diawali dengan pawai alaigoris berupa simbol-simbol kelahiran seorang anak manusia di bumi. Selain benda-benda kasepuhan, beberapa hidangan pun dibawa dalam iring-iringan tersebut.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat menjelaskan makna dibalik upacara Panjang Jimat tersebut. Upacara yang masih dilestarikan ini gunanya untuk mengingat cara para wali saat penyebaran agama Islam.

Iring-iringan dengan pengawal lengkap tersebut berjalan menuju Langgar Agung dari Bangsal Purbayaksa. Di tempat itu, Nasi Jimat dibuka bersama dengan makanan yang lain yang disajikan diatas 38 buah piring pusaka. Piring tersebut merupakan benda bersejarah dan keramat karena merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.

Di Langgar Agung ini dilakukan shalawatan dan pengajian kitab Barjanzi yang dipimpin oleh Imam Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan hingga tengah malam.

Tragedi Seni Rakyat: Semua Gedung Ludruk di Surabaya Tutup

Surabaya, Jatim – Hidup segan mati tak mau. Peribahasa kuno itu pas untuk menggambarkan nasib terkini sejumlah kesenian rakyat dan kesenian tradisional. Kesenian-kesenian yang mendapat predikat warisan budaya bangsa ini semakin miskin pewaris.

Sebut saja di antaranya, ludruk beserta tari remo, dan karawitan. Lalu ketoprak, gandrung, dan tayub (tandak). Surya mengambil sebagian kesenian ini sebagai contoh. Kebetulan deretan kesenian rakyat ini pernah menjadi ikon atau setidaknya akrab dengan Jawa Timur.

Dulu, di tahun 1980-an, kesenian-kesenian ini menjadi menu utama panggung hiburan. Tapi putaran zaman menggerus pamor mereka. Di zaman digital sekarang, mereka belum mati. Tetapi panggung atraksi mereka sudah sulit dicari. Para seniman sendiri mengaku ngos-ngosan, mempertahankan warisan yang disebut-sebut sarat dengan nilai-nilai luhur itu.

Ludruk pernah menjadi ikon di Jatim atau setidaknya di Surabaya. Di masa jayanya dulu, seni lakon (drama khas Jawa Timuran ini) tak pernah berhenti melahirkan pesohor. Kini tinggal tiga yang tersisa di Surabaya, Sidiq Wibisono, Kartolo dan Sapari.

Itupun mereka sudah lama tidak menggeluti 100 persen dunia ludruk. Mereka memilih lawakan sebagai jalan mengais rezeki. Tidak ada lagi tobongan atau pentas keliling kota.

Kartolo menceritakan, dari sekitar 20-an grup ludruk yang pernah ada, kini tinggal tiga di Surabaya. Irama Budaya, Arboyo dan RRI. Itupun sudah tidak lengkap. Mereka saling pinjam personel untuk melengkapi penampilan.

Pria 67 tahun itu menyebut, membentuk grup ludruk tidak mudah. Butuh personel hingga puluhan orang. Sebab harus memiliki grup karawitan, penari remo pria dan wanita. Penari remo dalm ludruk mesti juga pintar berjula-juli atau ngidung. “Yang bisa jula-juli inilah yang sulit sekali dicari,” kata Kartolo.

Belum personel grup musiknya yang juga tidak sedikit. Ada lakon-lakon dalam ludruk. Ada lakon antagonis, ada juga yang protagonis. Dan terakhir, ada banyolan yang dibawakan pelawak. Ludrukan Suroboyo harus menggunakan bahasa khas Suroboyoan. “Kalau ada piye-piyenya, atau ngapak-ngapak (Banyumasan), wah rusak,” kata Kartolo, sembari tertawa ketika diwawancarai Surya di kediamannya di Jalan Kupang Jaya I, Senin (20/1/2014).

Tradisi Lisan Masyarakat Dayak Kalimantan Barat Terancam Punah

Banjarmasin, Kalbar - Suku Dayak di Kalimantan Barat memiliki tradisi seni bertutur atau tradisi lisan yang menawan. Ada beragam jenis seni bertutur di kalangan masyarakat Dayak. Namun kelestarian tradisi ini kian terancam. Minat generasi muda untuk mempelajarinya sangat minim. Mereka yang menguasai tradisi ini kini sudah bisa dihitung jari.

Penulis buku Kearifan Lokal Masyarakat Dayak, Dedy Armayadi, mengatakan, pada dasarnya hampir setiap subsuku Dayak di Kalimantan Barat memiliki tradisi seni bertutur atau tradisi lisan. Hanya saja penamaan dan penyampaiannya yang berbeda-beda. Misalnya saja di kalangan Suku Dayak Desa di Sintang, seni bertutur ini dinamakan bekana. Sedangkan pada masyarakat Uud Danum tradisi ini dikenal dengan sebutan kolimoi. Tentu saja ada banyak lagi jenis tradisi lisan yang ditemui pada masyarakat subsuku Dayak lain, seperti Kanayatn, Iban, Kayaan, dan lain-lain.

“Kalau kita menyempatkan diri berkunjung ke perkampungan-perkampungan tradisional Suku Dayak, kita masih akan menjumpai tradisi ini. Misalnya di rumah-rumah betang di Sintang maupun Kapuas Hulu. Ada banyak jenis tradisi lisan ini,” kata Dedy Armayadi.

Menurut Dedy, tradisi bertutur ini biasanya diturunkan secara turun temurun. Tradisi ini sendiri biasanya disampaikan dalam berbagai acara adat, mulai dari pesta panen, gunting rambut atau penyambutan tamu. Bentuknya berupa senandung untuk memanjatkan doa, menyampaikan pujian, ataupun memberi nasihat. “Sejak dahulu, nenek moyang suku Dayak sudah terbiasa dengan kesenian sastra tutur ini. Ada banyak pesan yang biasa disampaikan dalam tradisi ini,” katanya.

Rafael Syamsuddin, tokoh masyarakat Uud Danum yang kini tinggal di Pontianak mengatakan, tradisi seni bertutur juga sangat erat dengan masyarakat Uud Danum. Masyarakat Uud Danum menyebut tradisi ini dengan istilah kolimoi. Kolimoi sendiri biasanya dituturkan dalam sejumlah acara. Bahkan biasanya seni ini dituturkan selama tiga hari tiga malam. Menurut Rafael, tidak banyak yang menguasai seni ini karena menggunakan bahasa yang dipercaya merupakan bahasa kayangan.

“Kolimoi itu misalnya bercerita tentang mitos orang-orang kayangan yang hidup berbaur dengan manusia di dunia,” katanya. Ada juga seni bertutur yang disebut Tahtum, yakni legenda kepahlawanan nenek moyang masyarakat Uud Danum yang terdiri atas 75 tokoh yang harus dikisahkan. Menurut Dedy Armayadi, tradisi seni bertutur kini terancam punah. Hanya sedikit orang tua yang masih menguasainya, sementara anak-anak lebih tertarik pada kesenian modern.

“Di Kalangan Dayak Desa misalnya, hanya sedikit orang yang kini masih menguasai seni bertutur bekana. Para penuturnya sudah banyak yang meninggal, sementara anak-anak muda yang mau belajar tradisi ini semakin sedikit,” jelasnya.

Bagi anak-anak muda, lagu populer lebih menarik dibanding seni ini. Linin Markus, salah seorang warga Dayak, merasa prihatin soal ini. “Banyak yang terpengaruh hiburan dari luar sehingga lupa dengan budaya sendiri. Apalagi sekarang televisi, telepon dan berbagai hiburan mudah didapat,” katanya.

Masuknya televisi atau radio memang berdampak besar pada kebudayaan setempat. Dulu sangat banyak orang bisa melantunkan bekana atau seni bertutur lainnya, tapi kini hanya bisa dihitung jari. “Karena ada intrusi budaya dari luar sehingga banyak yang lebih tertarik pada budaya-budaya modern ketimbang budaya tradisional. Kini yang menguasai tradisi ini terbatas di kalangan tertentu terutama orang tua yang berusia lanjut,” jelas Dedy.

Menurut Dedy diperlukan satu upaya untuk melestarikan tradisi ini, salah satunya dengan mendorong generasi muda agar mau belajar seni bertutur ini. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat rekaman video mengenai berbagai tradisi seni bertutur ini.

Upaya merekam tradisi Bekana menggunakan teknologi video atau audio diharapkan bisa melestarikan tradisi itu untuk generasi mendatang. Paling tidak, generasi Dayak di masa mendatang masih bisa menjalin keterikatan dengan seni bertutur kuno itu melalui pemutar musik.

Kalangan Anak Muda Semakin Minati Tarian Tradisional

Jakarta - Menurut Alexander Hassim, sutradara dan koreografer tari dari Kinarya GSP, dewasa ini masyarakat sudah mulai mengapresiasi budaya lokal. Dikatakannya kalau hal itu disebabkan oleh negara Malaysia yang beberapa waktu lalu sempat mengklaim tarian dan budaya Indonesia.

"Buat saya pribadi kita harusnya berterima kasih dengan Malaysia. Orang-orang yang tadinya hanya diam saja, akhirnya jadi memberontak dan menaruh perhatian lebih," ungkapnya di sela-sela pertunjukan Pasundan Merona di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (19/1).

Dia juga menambahkan, seharusnya orang-orang Indonesia jangan mudah terpancing emosi dalam menghadapi masalah ini. Justru hikmahnya adalah dengan sering adanya berita mengenai Malaysia yang mengklaim budaya Indonesia, secara tidak langsung bisa menjadi alat promosi Indonesia ke negara lain.

Dampak itu, ternyata juga cukup mempengaruhi kaum muda. Saat ini antusiasme anak-anak muda untuk bergabung dengan Kinarya GSP agar lebih mengenal tarian tradisional juga semakin baik.

Namun, menurut Alex (sapaan akrabnya) menangani anak-anak muda juga ada tantangannya. Dengan besarnya pengaruh televisi, membuat mereka jadi sulit menentukan ingin ke arah mana.

"Mereka meyaksikan tarian hiphop atau mungkin tarian seperti Cesar di televisi yang bisa mempengaruhi mereka. Dengan begitu, kita harus pelan-pelan mengarahkan mereka ke tarian tradisional," ujar Alex.

Oleh karena itu, Alex mengaku untuk anak-anak yang awal bergabung di Kinarya GSP tidak memiliki minat atau keahlian menari tradisional, maka mereka akan mengajarkan tarian tradisional dengan sentuhan modern terlebih dahulu. Setelah itu, baru pelan-pelan akan dikenalkan ke tarian tradisional klasik.

Alex, yang sudah 32 tahun bergabung dengan Kinarya GSP, mengatakan bahwa pentas Sri Mimpi tahun lalu juga cukup membuka mata dan pikiran anak-anak dari sekolah-sekolah swasta dan internasional dalam melihat kebudayaan Indonesia.

"Kita berinisiatif untuk menyediakan sekitar 20 kursi untuk anak-anak dari sekolah di setiap pertunjukan Sri Mimpi. Akhirnya setelah pertunjukan selesai banyak dari mereka yang menghampiri saya dan bilang sangat suka dengan persembahan dari GSP. Mereka tidak menyangka kesenian tradisional bisa semegah itu," terang Alex.

Lebih lanjut, Alex mengatakan bahkan Kinarya GSP menjadi inspirasi utama mereka saat mengadakan pertunjukan-pertunjukan di sekolahnya.

Masyarakat Banjar Perlu Kongsi Budaya dengan Etnik Lain

Kuala Lumpur, Malaysia - Masyarakat Banjar diseru untuk berkongsi kepelbagaian adat dan budaya mereka dengan kumpulan etnik lain bagi meningkatkan imej negara di mata dunia, kata Timbalan Menteri Kewangan Datuk Ahmad Maslan Rabu.

Beliau berkata keunikan dan keistimewaan yang wujud dalam golongan Banjar boleh dipelajari dan dijadikan teladan dalam memperkukuhkan hubungan dan kerjasama antara pelbagai etnik dan kaum di negara ini.

Katanya, jika ia dihayati sepenuhnya oleh semua pihak, ia mampu menjadikan Malaysia sebuah negara yang aman, stabil dan maju serta disegani oleh seluruh dunia.

"Kepelbagaian etnik merupakan aset kekuatan kita. Oleh itu, kita perlu himpun kepelbagaian budaya, agama dan bahasa dalam kalangan rakyat sebagai satu kekuatan dalam Gagasan 1Malaysia," katanya kepada pemberita selepas merasmikan prapelancaran Konvensyen Sosio-Ekonomi Banjar Sedunia, di sini.

Turut hadir Pengerusi Konvensyen Datuk Zainal Abidin Rahmat dan Pengerusi Pertubuhan Berita Nasional Malaysia (Bernama) Datuk Abdul Rahman Sulaiman.

Orang Banjar adalah tergolong dalam rumpun bangsa Melayu berhijrah ke Malaysia (Tanah Melayu ketika itu) dari beberapa tempat di Kalimantan, Indonesia pada awal abad ke-18.

Tambah Ahmad, rakyat Malaysia juga hormat-menghormati serta memahami budaya dan agama masyarakat lain demi memperkukuh perpaduan.

"Kita perlu belajar dari masyarakat Jawa tentang aspek perpaduan dan kerjasama erat. Saya adakan pertandingan kampung cantik anugerah desa cemerlang di Pontian sejak lima tahun dahulu. Setakat ini, kampung-kampung yang menang adalah kampung (orang) Jawa.

"Kenapa mereka menang? Sebab tahap kerjasama lebih daripada orang lain. Kekuatan macam itu kita hendak pelajari. Oleh kerana, kerjasama dan gotong royong mereka lebih kuat, maka kampung mereka menang," jelasnya.

Dalam perkembangan lain, Ahmad berharap 2.7 juta orang Banjar di seluruh negara akan memajukan diri dalam bidang keusahawaan dalam meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masing-masing.

"Masyarakat Banjar mempunyai kemahiran dalam bidang perniagaan. Oleh itu, mereka perlu merancang dan merealisasikan dalam pemilikan ekuiti, pemilikan hartanah atau aset dan penyertaan dalam semua bidang supaya menjadi etnik yang maju," jelas beliau.

Terdahulu, dalam ucapan perasmian, Ahmad menyeru masyarakat Banjar untuk menceburi dalam penggunaan teknologi maklumat yang terkini melalui ’networking’ untuk merapatkan hubungan komuniti Banjar serta memperkasakan lagi kedudukan sosioekonomi serta memberi ruang jaringan sosial dan ekonomi tanpa sempadan.

Menurut banci tahun 2011, terdapat 5.4 juta orang Banjar iaitu 1.24 juta dan 4.12 juta masing-masing di Malaysia dan Indonesia.

Mengikut taburan di Malaysia, penduduk Banjar terdapat di Kedah, Perak (Kerian, Sungai Manik, Bagan Datoh), Selangor (Sabak Bernam dan Tanjung Karang), Johor (Batu Pahat), Sabah (Sandakan, Tenom, Keningau dan Tawau) dan Sarawak (Kuching dan Sri Aman).

Konvensyen Sosio-Ekonomi Banjar Sedunia yang akan diadakan pada 8 dan 9 Jun tahun ini, akan disertai kira-kira 3,000 masyarakat Banjar dari seluruh dunia termasuk Brunei Darussalam, Afrika Selatan dan Madagascar.

Tulisan Jawi di Papan, Upaya Pertahankan Warisan

Melaka, Malaysia - Inisiatif kerajaan negeri Melaka mengarahkan tulisan Jawi dipamer di papan tanda premis dan iklan di negeri ini merupakan sesuatu yang wajar dicontohi semua pihak dalam usaha melestarikan tulisan yang bukan sahaja menjadi identiti orang Melayu malah negara ini sejak sekian lama.

Ahli akademik dan badan bukan kerajaan (NGO) bersetuju langkah yang bermula awal bulan ini, wajar dicontohi bukan sahaja bagi memastikan tulisan Jawi dipertahan malah membawa nilai estetika tersendiri yang memberi nilai tambah kepada sektor pelancongan di bumi Hang Tuah ini.

Mengulas pelaksanaan inisiatif itu, Ketua Menteri Datuk Seri Idris Haron tidak mahu terburu-buru dalam menguatkuasakan arahan itu supaya usaha meletakkan tulisan Jawi di papan tanda premis dan iklan di negeri itu menjadi mekanisma berkekalan.

"Kita tidak boleh buat hari ini beri arahan dan esok semua sudah laksana, kerana bila beri arahan sebegini jika dilaksana secara biasa-biasa sahaja, hasilnya tidak jadi seperti dimahukan.

"Sebagai seorang jurutera saya amat percaya dengan mekanisme, jika kita ada mekanisme dalam sistem pelaksanaan, tulisan Jawi di papan tanda di negeri ini akan berkekalan," katanya ketika ditemui Bernama di sini baru-baru ini.

Idris berkata inisiatif itu pada masa kini dalam arahan pentadbiran Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) dalam usaha mengenal pasti mereka yang terlibat, masalah yang bakal dihadapi dan mengumpul maklum balas orang ramai.

"Sebarang bentuk arahan pentadbiran lazimnya dalam masa tiga atau empat bulan jadi peraturan tepat, jadi kita akan tengok selepas tempoh berkenaan dan ambil langkah sewajarnya selepas itu," katanya.

Timbalan Menteri Kesejahteraan Bandar, Perumahan dan Kerajaan Tempatan Datuk Halimah Mohd Sadique berkata inisiatif kerajaan negeri Melaka itu selari dengan usaha kementeriannya dalam memelihara warisan di kawasan bandar.

"Pihak kementerian menyokong penuh usaha ini dan ia merupakan suatu pendekatan baik dalam mengekalkan warisan," katanya.

Beliau berkata tulisan Jawi merupakan warisan penting yang perlu dihargai semua pihak pada masa kini terutamanya generasi muda bagi membolehkan ia kekal pada masa hadapan.

Bekas pengarah Akademi Pengajian Melayu Universiti Malaya, Datuk Zainal Abidin Borhan pula mengingatkan semua pihak supaya tidak melihat inisiatif itu daripada sudut perkauman sebaliknya usaha bagi mengekalkan budaya yang diwarisi rakyat Malaysia sejak sekian lama.

"Benar tulisan Jawi ini sinonim dengan orang Melayu tetapi tulisan ini digunakan secara meluas di Nusantara sejak ratusan tahun dahulu malah tulisan Jawi ini secara ejaan asasnya sama dengan tulisan rumi cuma yang berbeza hanya bentuk tulisan itu," katanya.

Zainal Abidin, yang juga Setiausaha Satu Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena), berkata sebarang bentuk bantahan terhadap inisiatif itu perlu ditangani secara penerangan yang menyeluruh dan hujah yang bernas supaya semua rakyat Malaysia memahami kepentingan inisiatif itu.

Yang Dipertua Ikatan Muslimin Malaysia negeri Melaka Amru Iskandar Burhan berkata inisiatif itu mampu membentuk identiti Melayu Islam dalam kalangan generasi muda sekali gus menghidupkan budaya Melayu Islam yang kian terpinggir.

"Diharap inisiatif seperti ini disokong dan diikuti pihak yang lain dalam usaha mengurangkan kadar buta huruf terhadap huruf Al-Quran terutama generasi muda kita sekarang," katanya.

Sumsel Segera Kembalikan Benteng Kuto Besak sebagai Pusat Budaya

Jakarta - Sempat menjadi pusat budaya di Palembang, Sumatera Selatan, Benteng Kuto Besak akan dikembalikan fungsinya tahun ini. Caranya dengan menambahkan fasilitas hotel dan restoran demi menarik minat wisatawan.

“Memang, statusnya masih menjadi pusat budaya, namun fungsinya sedikit berubah. Kini, Benteng Kuto Besak masih dikelola oleh militer, tetapi ke depan akan dijadikan pusat budaya,” kata Toni Panggarbesi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, saat berkunjung ke redaksi Okezone di Jalan Kebon Sirih, Jakarta, belum lama ini.

Toni menambahkan bahwa Benteng Kuto Besak tidak hanya akan dikembalikan fungsinya. Benteng ini juga akan ditambah dengan beberapa fasilitas pendukung pariwisata, seperti hotel dan restoran. Nantinya akan ada renovasi besar-besaran guna menunjang fasilitas tambahan tersebut.

“Mengingat industri pariwisata tak pernah bisa lepas dari MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhitibition-red), jadi saya berharap bisa segera membangun hotel dan restoran di sekitar Benteng Kuto Besak,” harap Toni.

Mengembalikan fungsi Benteng Kuto Besak agar dapat dikunjungi oleh wisatawan bukanlah hal mudah. Pasalnya, perwujudannya melibatkan banyak institusi, termasuk militer. Seperti diketahui, saat ini wilayah Benteng Kuto Besak masih digunakan sebagai markas militer dan di dalamnya terdapat pemukiman pensiunan TNI serta sebuah rumah sakit.

Ratusan Cagar Budaya Bandung Terancam Lenyap

Bandung, Jabar - Satu per satu bangunan cagar budaya di Kota Bandung rontok. Sejak 2009, sudah lebih dari 20 bangunan cagar budaya yang lenyap. Lebih dari 500 bangunan tua lainnya menanti penyelamatan pemerintah.

Tim Pertimbangan Pelestarian kawasan dan Bangunan Cagar Budaya Kota Bandung mendata, jumlah bangunan tua berjumlah 700 unit lebih di enam kawasan, seperti vila, etnik Sunda, instalasi militer, industri, dan pecinan. Sebanyak 100 bangunan telah dilindungi Peraturan Walikota Nomor 921 Tahun 2010 sehingga tidak boleh dibongkar.

"Tambahan baru 50 bangunan belum disetujui pemerintah, dan tahun ini ditargetkan 200 bangunan lagi agar bisa dilindungi," kata anggota tim Ipong Witono, Rabu, 15 Januari 2014.

Perlindungan itu kini sangat mendesak, karena belakangan marak bangunan tua yang berganti wujud dan hilang secara ilegal. "Sekarang muncul fenomena pagar seng di lokasi bangunan tua untuk menutupi pembongkaran," kata anggota tim lainnya, David Soediono. Beberapa lokasinya seperti di Jalan Dago dan Teuku Umar. Pemagaran setinggi 2 meter lebih tanpa celah terlihat, ujar arsitek itu, seharusnya sudah ditindak pemerintah karena menyalahi aturan.

Tim merekomendasikan Walikota Bandung Ridwan Kamil untuk memberlakukan moratorium pembongkaran bangunan cagar budaya. Sementara Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung Dudy Prayudi mengatakan, pihaknya berpegangan pada aturan 100 bangunan cagar budaya. Di luar daftar itu dengan sebutan masih diduga sebagai cagar budaya, belum dilindungi dari upaya pembongkaran. "Statusnya sama seperti bangunan lainnya karena baru diduga cagar budaya," ujarnya.

Indonesia Promosikan Kuliner di Vakantiebeurs Belanda

Utrecht, Belanda - Pemerintah Indonesia memromosikan kekayaan kuliner dalam negeri di bursa promosi wisata Vakantiebeurs yang berlangsung di Jaarbeurs, Utrecht, Belanda, selama 15-19 Januari 2014.

Di ajang promosi wisata itu, Paviliun Indonesia yang dirancang serupa kapal tradisional phinisi antara lain memamerkan 30 ikon kuliner Indonesia seperti rendang, sate maranggi, sate lilit bali dan ayam panggang bumbu rujak.

Selama kegiatan Vakantiebeurs 2014, setiap hari Pavilliun Indonesia juga menggelar demo memasak dan icip-icip makanan tradisional Indonesia.

Selain acara demo memasak oleh Chef Vindex Tengker, Paviliun Indonesia juga menampilkan ketrampilan memahat buat Chef Didi Han.

Selain itu pemerintah Indonesia juga menggelar lokakarya memasak makanan Indonesia bersama Chef Vindex Tengker di Kookery College Noordwijkerhout pada Kamis serta diskusi tentang perkembangan kuliner Indonesia.

Menurut Agustini Rahayu, Wakil Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri untuk Wilayah Eropa pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Paviliun Indonesia juga mengundang 100 jurnalis Belanda dan internasional mengikuti lokakarya di Juliana Congrezhall Jaarbeurs Utrecht dan mengadakan Trade Day Networking untuk mempertemukan sekitar 50 pelaku bisnis pariwisata.

Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Esthy Reko Astuty, mengatakan pengelola perjalanan wisata dan pelaku industri wisata dalam negeri juga ikut serta memromosikan tujuan wisata Indonesia di ajang itu.

Untuk menarik pengunjung di paviliun Indonesia juga digelar pertunjukkan kesenian dengan menampilkan tari Bali serta penampilan Solo Batik Carnival, kata Agustini.

Promosi keragaman produk wisata di bursa promosi wisata tersebut diharapkan dapat menarik minat lebih banyak wisatawan asing, khususnya Belanda, untuk mengunjungi Indonesia.

Menurut data pemerintah, wisatawan asal Belanda yang berkunjung ke Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan sepanjang Januari-November 2013, jumlahnya 145.324 orang atau naik 5,98 persen dari periode yang sama tahun 2012.

Pemerintah menargetkan, tahun ini jumlah wisatawan Belanda yang mengunjungi Indonesia bertambah menjadi 190.000 orang.

Kemendikbud Tetapkan Candi Muarojambi sebagai Cagar Budaya

Jambi - Kompleks percandian Muarojambi di Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai cagar budaya nasional.

Siaran pers Biro Humas dan Protokol Pemprov Jambi yang diterima Selasa menyebutkan, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus menyambut baik penetapan tersebut dan akan terus memberikan perhatian terhadap komplek percadian tersebut.

"Kita bersyukur dan berterima kasih. Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Candi Muaro Jambi ditetapkan sebagai cagar budaya. Insya Allah, UNESCO juga akan segera menetapkan menjadi warisan dunia," kata gubernur.

Saat ini, kawasan percandian Muarojambi tengah menunggu penetapan status sebagai warisan dunia dari UNESCO. Pemerintah Republik Indonesia telah mendaftakan kawasan tersebut sebagai warisan dunia ke UNESCO bersama delapan objek lainnya pada tahun 2012 lalu.

Hasan Basri Agus menjelaskan, sepanjang tahun 2013, pihaknya telah mengundang tim Kemendikbud untuk melakukan percepatan proses penetapan, terutama terkait dengan regulasi dan persoalan di lapangan.

Menurut dia, Kemendikbud memakai dasar hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Cagar Budaya dalam penetapan tersebut.

Untuk mempertegas undang-undang tersebut digunakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1993. Kemudian akan diperkuat lagi dengan Surat Keputusan Menteri, yang sudah dapat direalisasikan, katanya.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, sudah dapat ditegaskan status Candi Muarojambi menjadi cagar budaya di Indonesia, langkah selanjutnya tinggal persoalan di lapangan.

Pada tahap lapangan, pemerintah pusat yang terdiri dari Kemendikbud, Kemendagri, Kemenkum dan HAM serta pemerintah daerah akan melakukan koordinasi terkait izin yang diberikan untuk perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar kawasan percandian Muarojambi.

Di kawasan percandian Muarojambi seluas 2.612 hektare itu berdiri beberapa industri seperti terminal tampung (stockpile) batu bara, pabrik kelapa sawit, dan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan. Dikhawatirkan perusahaan-perusahaan tersebut dapat merusak daerah cagar budaya tersebut.

"Selain menyelesaikan persoalan perizinan, pemerintah akan segera membuat batas-batas. Pemagaran kawasan Candi Muarojambi akan dilakukan setelah batas-batasnya sudah jelas," ujarnya.

Ia mengatakan yang akan dilakukan oleh Pemprov Jambi adalah mendorong agar kawasan Candi Muarojambi sebagai warisan dunia yang diakui oleh UNESCO. Upaya itu akan terus diperjuangkan, sejak kawasan Candi Muarojambi diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu.

Pesona Tari Merak di Pameran Wisata Terbesar Norwegia

Oslo, Norwegia - Pertunjukan budaya Indonesia memberikan warna berbeda pada pameran wisata terbesar Norwegia, Reiselivsmessen, yang digelar di Telenor Arena, Oslo, akhir pekan ini. Pada hari kedua pameran (Sabtu, 11/01), tari Merak asal Jawa Barat yang dibawakan dengan gemulai dan mempesona oleh Fatimah Shaw-Iversen, seniman asal Bandung yang kini berdomisili di Oslo. Fatimah berhasil mempesona pengunjung pameran, baik di panggung utama maupun di anjungan Indonesia. Kostum Fatimah yang menggambarkan burung merak jantan yang indah dengan corak bulu burung merak juga memukau para pengunjung.

Tidak hanya tari merak, pertunjukan musik tradisional oleh kelompok masyarakat Indonesia pimpinan Valentino Malaihollo juga mendapat sambutan meriah dari para pengunjung. Medley lagu daerah seperti Soleram, Injit-injit Semut, Sajojo, dan Apuse ditampilkan dengan apik dan penuh keceriaan oleh kelompok Valentino. Sorak-sorai dan tepuk tangan pengunjung begitu jelas terdengar pada setiap pertunjukan budaya tersebut.

Kedua pertunjukan tersebut akan kembali tampil di panggung utama hari ini (Minggu 12/01). Fatimah akan membawakan tari Belibis, yang juga menggambarkan alam dan kehidupan binatang di Indonesia. Ini pertama kalinya terdapat panggung pertunjukan budaya dalam Reiselivsmessen. Penampilan dari Indonesia sangat mengagumkan dan pertunjukan tersebut membuat para pengunjung semakin penasaran dengan Indonesia.

Reiselivsmessen setiap tahunnya diselenggarakan pada bulan Januari, dan tahun ini diikuti oleh 115 negara dengan hampir sebanyak 600 anjungan. Jumlah pengunjung pameran diperkirakan akan mencapai 45.000 orang. Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) RI Oslo S. Sayoga Kadarisman menjelaskan bahwa dalam pameran kali ini, anjungan Indonesia mengusung tema eco-tourism dengan menampilkan tujuan wisata alam dan produk kreatif hasil hutan. “Kami memilih penampilan yang menggambarkan kedekatan budaya Indonesia dengan alam, seperti tarian yang menggambarkan kehidupan binatang. Sedangkan medley lagu daerah akan memberikan gambaran mengenai ragam budaya Indonesia yang berlimpah,” kata Sayoga.

Sejak pembukaan pameran yaitu Jumat (10/01), baik anjungan Indonesia maupun pertunjukan budaya selalu ramai pengunjung. Ketua Panitia, Sekretaris I Ekonomi KBRI Oslo Hartyo Harkomoyo mengatakan bahwa Kolaborasi KBRI Oslo dengan berbagai pihak di Indonesia telah memberikan nilai tambah pada pameran tahun ini. UKP4, Kementerian Kehutanan, PT Antam, Daemeter Consulting, Borneo Chic, Sabai Bag and Luggage Javana, Javara, Indonesia Nature Film Society (INFIS), dan Kompas TV turut memberikan andil yang besar bagi kesuksesan pameran.

Sekretaris II Pensosbud KBRI Oslo, Dyah Kusumawardani, yang mengkoordinir misi kesenian dalam pameran ini menuturkan bahwa tahun lalu, Indonesia juga diminta untuk membuka pameran, dan dua penari cilik Ann-Dewi dan Andrea Torgersen memukau pengunjung dengan tari Puspanjali. Kelompok Anak Indonesia juga turut tampil di Anjungan Indonesia. Tahun ini Indonesia kembali mendapat kehormatan untuk tampil dan mengisi pertunjukan di pameran.

Festival Bali di Rumah Tropis Wolhusen Swiss

London, Inggris - KBRI Bern menggandeng Tropenhaus (Rumah Tropis) di Swiss mengadakan pekan promosi Indonesia yang dibalut dalam tema "Delicious Bali " Festival Bali di Rumah Tropis Wolhusen, Swiss, yang berlangsung 8 Januari hingga 23 Februari 2014.

Festival mengajak warga Swiss tidak saja berwisata kuliner makanan khas Bali tetapi juga memperkenalkan budaya Bali, melalui gamelan, pemutaran film dokumenter dan mempromosikan buah-buah tropis khas Bali. Hal itu disampaikan Pensosbud KBRI Bern, Muhammad Budiman Wiriakusumah kepada Antara London, Selasa (14/1/2014).

Menurut Budiman, begitu pengunjung masuk ke rumah tropis Wolhusen, suasana Bali sangat terasa sekali, tidak saja karena dekorasi yang dibuat dengan aksen kental Bali, namun juga karena temperatur udara di taman tropis berkisar 25 derajat celcius di tengah-tengah musim dingin di Swiss.

Menu makanan yang ditampilkan juga dipilih dari jenis-jenis makanan yang mempunyai arti khusus bagi masyarakat Bali, seperti "jukut ares" sejenis sup, yang terkenal di Pulau Bali dan Pulau Lombok.

Hidangan jukut ares selalu menjadi hidangan utama di setiap acara, hari raya atau hajatan. Di Bali misalnya, jukut ares selalu dihidangkan pada acara pernikahan, kematian, potong gigi, bahkan pada saat hari raya Galungan dan Kuningan.

"Sama halnya seperti di Bali, di Pulau Lombok, jukut ares selalu dihidangkan pada saat acara pernikahan, kelahiran bayi, hari raya Maulid bahkan Lebaran. Jukut ares sudah membumi di tanah Sasak ini," ujarnya.

Bahan utama jukut ares adalah batang pisang batu yang masih muda. Di sinilah letak keistimewaan masakan ini, batang pisang menjelma menjadi masakan yang lezat. Selain itu juga ditampilkan makanan lain seperti nasi campur bali lengkap dengan lawarnya.

Selain dapat berwisata kuliner sambil mendengarkan alunan gamelan, pengunjung juga diajak berkeliling di rumah tropis sambil mengenal tanaman-tanaman yang umbuh subur di Indonesia.

Di ruangan khusus juga diputar film-film dokumentar tentang kehidupan masyarakat Bali seperti upacara Ngaben dan ditampilkan pula film dokumenter tentang upacara potong gigi.

Budiman mengatakan KBRI Bern terus menjalin kerja sama, baik dengan instansi pemerintah setempat dan pihak swasta lainnya. Bahkan untuk musim panas 2014 KBRI Bern menjajaki kerja sama dengan Tropenhaus untuk memperkenalkan tanaman-tanaman tropis yang dapat dijadikan bahan obat-obatan. "Mereka mengharapkan perusahaan jamu Indonesia untuk ikut meramaikan acara," kata Budiman.

Tradisi Muludan Endog-endogan di Banyuwangi

Banyuwangi, Jatim - Berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi pada bulan Rabiul Awal penanggalan Islam, ada sebuah tradisi unik dan menarik yang bisa dinikmati. Tradisi tersebut untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Masyarakat Banyuwangi menyebutnya Tradisi Muludan Endog-endogan.

Endog dalam bahasa Indonesia berarti telur. Telur tersebut direbus dan diletakkan pada tusukan bambu kecil yang dihias dengan kembang kertas yang disebut dengan kembang endog. Nantinya kembang endog akan ditancapkan pada jodang, yaitu pohon pisang yang juga dihias dengan kertas warna-warni.

Biasanya dalam satu jodang berisi 27, 33 ataupun 99 kembang endog. Kemudian jodang-jodang yang sudah ditancap kembang endog akan diarak keliling kampung, bisa dipanggul ataupun menggunakan becak serta diiringi dengan alat musik tradisional seperti alat musik patrol, terbang, ataupun rebana.

Setelah diarak keliling kampung, jodang akan diletakkan di serambi masjid atau mushola dan akan dibagikan kepada masyarakat selepas pengajian dan makan bersama.

Tradisi endog-endogan sendiri tidak hanya dilakukan pada satu wilayah, tapi tersebar di 24 kecamatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi, terutama di wilayah-wilayah yang ditempati Suku Using, suku asli Banyuwangi. Mulai dari mushola kecil di desa, masjid, sekolah, bahkan organisasi Islam, semuanya menggelar tradisi endog-endogan.

Seperti yang dilaksanakan di Mushola Kyai Shaleh, Kelurahan Lateng, Banyuwangi, Rabu (15/1/2014), ada sekitar 30 jodang diarak menggunakan becak keliling kampung diiringi musik tradisonal rebana.

Menurut Suhailik, sejarawan lokal Banyuwangi, munculnya tradisi endog-endogan sejak akhir abad 18. "Endog-endogan ini masuk setelah Islam masuk ke wilayah Kerajaan Blambangan. Kenapa harus telur? Karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran. Untuk tradisi ini adalah bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kembang merupakan simbol pemujaan pada zaman Jahiliyah," jelasnya.

Ia juga mengatakan, tradisi Endog-endogan tidak serentak dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal, tapi dilaksanakan selama satu bulan. "Hari ini bisa di kampung A, besok di kampung B. Pokoknya selama satu bulan penuh di Banyuwangi akan banyak pawai endog-endogan," katanya

Namun dengan perkembangan zaman, kembang endog sudah berubah tidak hanya berbentuk bunga tetapi berubah sesuai kreativitas masyarakat, seperti berbentuk barong, ular naga, pesawat ataupun model kerucut.

Menurut Salimah, salah satu pembuat kembang endog kepada Kompas.com mengatakan, bentuk yang banyak dicari oleh masyarakat adalah bentuk seperti burung dan juga kerucut. "Jadi telurnya tidak lagi ditusuk bambu tapi digantung agar tidak cepat basi. Bentuknya juga lebih menarik terutama bagi anak-anak," katanya.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan endog-endogan ini menunjukkan salah satu budaya gotong royong yang perlu dilestarikan, dan menunjukkan antusias masyarakat sebagai bentuk kecintaan masyarakat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW. "Tradisi ini unik, menarik dan bisa menjadi salah satu event untuk menarik para wisatawan," katanya.

Sambut Maulud Nabi, 27 Group Rebana Ikuti Festival

Klaten, Jateng - Menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW, sebanyak 27 group rebana, Minggu (12/1) mengikuti Festival Rebana di halaman Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ceper.

Tidak hanya group rebana dari Ceper, namun mereka yang ikut festival juga berasal dari Kecamatan Ngawen, Kalikotes, Trucuk dan Pedan.

Kepala KUA Kecamatan Ceper, H. Muhammad Sofyan Tsauri, mengungkapkan, Festival Rebana untuk menghimpun potensi generasi muda dalam seni hadrah agar mereka tidak terjerumus dalam hal yang negatif.

“Festival rebana ini baru perdananya dilakukan di Ceper, dan rencananya akan diselenggarakan setiap tahunnya,” ujar M. Sofyan Sauri kepada Timlo.net.

Sementara itu, Ketua Panitia, Sunarso, menambahkan, Festival Rebana diperuntukkan bagi masyarakat umum, sehingga yang ikut tidak hanya pelajar namun banyak kaum ibu yang ikut tampil. Untuk kriteria pemenag lomba diantaranya akan dinilai dari kekompakan peserta, keharmonisan vokal serta reativitas dalam menyanyi. Sedangkan bagi Peserta terbaik akan mendapatkan hadiah berupa piala dan uang pembinaan.

Indonesia Ikuti Kejuaraan Internasional Barongsai

Jakarta - Indonesia kembali mengirim delegasi keseniannya untuk mengikuti World Hong Kong Luminous Dragon and Lion Dance Championships 2014 pada 11--12 Januari 2014.

Tim Indonesia yang kali ini diwakili Sanggar Seni Universitas Soedirman, Purwokerto, tampil memikat pada kejuaraan yang diselenggarakan di Hong Kong Coliseum, Sabtu (11/1/2014) malam.

Penampilan Lion Dance tim Indonesia yang dibawakan 30 mahasiswi, itu mendapat sambutan hangat dan meriah dari para penonton. Tim mampu menampilkan kepiawaiannya tanpa melakukan kesalahan sedikit pun, demikian laporan Konsul Muda Penerangan KJRI Hong Kong Sam Aryadi. "Tampil tanpa pengurangan poin dari para juri, karena tanpa kesalahan sedikit pun," ungkapnya.

Dewan Pembina Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia Nurdin Purnomo mengatakan kehadiran Indonesia menunjukkan Indonesia memiliki komitmen untuk melestarikan seni dan budaya yang tumbuh berkembang di Tanah Air termasuk seni serta budaya etnis Tionghoa.

"Penampilan tim Indonesia, yang dibawakan oleh mahasiswi non etnis Tionghoa, bahkan semuanya menggunakan hijab, menunjukkan pembauran etnis antara Indonesia dan Tionghoa, berjalan baik. Perbedaan sangat dihargai di Indonesia," ujarnya.

Tentang target tim Indonesia pada kejuaraan dunia dua tahunan itu, Nurding mengatakan pihaknya tidak memiliki target yang terlalu tinggi. "Yang jelas tim pasti akan melakukan yang terbaik, terbaik dan terbaik," katanya.

Kejuaraan Dunia Tari Naga dan Barongsai di Hong Kong yang dimulai sejak 2003 itu, kali ini diikuti 11 negara antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Inggris dan Jepang.

Topeng Muludan, Tradisi Budaya Surabaya yang Lama Tenggelam

Surabaya - Topeng muludan, sebuah tradisi budaya yang sudah lama ada di Surabaya. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi yang biasanya dilakukan untuk menyambut maulid Nabi Muhammad SAW, tidak lagi terlihat.

Ketika masa jayanya topeng muludan, di sepanjang jalan Gubeng besar Surabaya, banyak orang yang berjualan topeng muludan yang sangat kental dengan karakter singa. Tidak hanya itu, anak-anak ketika itu pasti ingin membeli topeng tersebut.

Namun yang terjadi saat ini, masyarakat banyak yang melupakan tradisi tersebut. Anak-anak zaman sekarang, telah terkontaminasi dengan budaya-budaya barat, sehingga sama sekali tidak mengenal apa itu topeng muludan.

Hal itu disampaikan Heri Lentho penggiat budaya yang memprakarsai aksi ritus topeng muludan yang digelar di pertigaan Jl. Tunjungan Surabaya, Minggu (12/1/2013).

Heri Lentho mengatakan, pihaknya prihatin dengan kondisi tersebut. Sehingga mencoba untuk mengingatkan kembali masyarakat Surabaya bahwa tradisi topeng muludan pernah ada.

"Ritus topeng muludan ini, bertujuan untuk menghidupkan tradisi Surabaya yang sudah hilang. Selain itu, guna menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW," kata Heri kepada suarasurabaya.net.

Dia menambahkan, pihaknya juga terus akan menggelar aksi serupa untuk terus memunculkan budaya-budaya Surabaya, yang tidak lagi dikenal oleh masyarakat. "Kedepan kami akan menggelar pertunjukkan serupa, namun lebih besar lagi pada 17 Januari 2014 di taman Bungkul," ujarnya.

Pantauan suarasurabaya.net, pertunjukkan ritus topeng muludan yang digelar di pertigaan jalan Tunjungan surabaya, diikuti sekitar 15 penari. Mereka menari dengan membawa sangkar burung dan kurungan ayam.

Menurut Heri lentho, tarian tersebut adalah bentuk ajakan kepada masyarakat untuk menjaga tradisi budaya Surabaya khususnya topeng muludan.

Pertunjukan ritus topeng muludan, cukup menyita perhatian masyarakat yang melintas di jalan Tunjungan. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang sengaja datang, untuk melihat pertunjukan tersebut.

Anita satu diantara warga yang menyaksikan pertunjukan ritus topeng muludan mengaku, sebelumnya belum tahu jika ada tradisi topeng muludan. Bahkan dia juga mengatakan sebelumnya tidak tahu topeng muludan itu seperti apa.

"Karena penasaran, saya datang untuk melihat pertunjukan ini. Dengar informasi dari radio SS ada pertunjukan itu di daerah pasar Genteng, makanya saya datang kesini," kata Anita warga Tandes Surabaya.

Berbeda dengan Iwan, yang juga menyaksikan pertunjukkan tersebut. Dia mengatakan, tertarik melihat karena merasa kangen dengan tradisi topeng muludan.

"Waktu saya kecil, banyak orang yang jualan topeng disini, dan itu sudah lama tidak ada lagi. Mumpung ada pertunjukkan, saya mampir melihat, sambil mengenang masa kecil," pungkasnya.

Pencucian Piring Keraton Cirebon untuk Nasi Rasul

Cirebon, Jabar -Jelang tradisi muludan, Keraton Kasepuhan melakukan ritual cuci jimat atau cuci piring. Perempuan keraton yang sudah menapouse pun membuka ikan bekasem, Rabu, 8 Januari 204. Tradisi muludan sendiri akan dilaksanakan pada 14 Januari mendatang.

Pencucian piring atau jimat dan guci-guci kuno dilakukan di Bangsal Kaputren Keraton Kasepuhan. Sebanyak 28 buah piring kecil, 7 buah piring besar, 2 buah guci besar dan 2 buah tempat minyak dicuci setelah disimpan selama setahun. Piring-piring tersebut merupakan barang kuno yang berusia ratusan tahun dan merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.

Pencucian piring dilakukan di sebuah bak besar oleh para kaum atau penjaga masjid Agung Keraton Kasepuhan. Selanjutnya piring dan guci tersebut dilap menggunakan kain putih bersih oleh kerabat keraton.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat mengatakan, pencucian piring atau jimat dan guci tersebut merupakan tradisi setahun seklai yang dilakukan jelang malam puncak peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. "Di Cirebon sendiri lebih dikenal sebagai tradisi muludan," kata Arief.

Tujuan pencucian piring itu menurut Arief, untuk menjaga agar piring tetap dalam kondisi bersih saat digunakan saat malam muludan tiba. Karena piring itu sudah disimpan setahun, jadi ya harus dicuci untuk dijaga kebersihannya.

Piring dan guci tersebut akan digunakan untuk membawa nasi rasul dan lauk pauknya. "Nasi rasul merupakan nasi yang dibuat setahun sekali untuk disuguhkan pada peringatan tradisi muludan," kata Arif.

Di ruang Pungkuran Dalem Arum, dipimpin sang permaisuri Raden Ayu Syariefah Isye Natadiningrat dibuka guci-guci yang berisi ikan bekasem. Sedikitnya 25 kg ikan laut seperti ikan kakap dan tengiri diawetkan dalam guci. "Proses ini dilakukan sekitar sebulan lalu," kata Isye.

Setelah dicuci bersih, ikan-ikan itu kemudian diberi berbagai bumbu seperti garam, gula, nasi putih, asem dan lainnnya. Lalu ikan olahan tersebut diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam guci lalu ditutup rapat menggunakan kertas bekas semen.

Agar tidak ada udara yang masuk, ditambahkan abu gosok di sela-sela tutupan guci. Ikan tersebut dibuat pada 5 Safar dalam penanggalan Islam dan dibuka pada 6 mulud yang jatuh hari ini. "Pembuatan ikan bekasem ini syaratnya dilakukan oleh wanita yang sudah menapouse," ujar kata Isye.

Peringati Maulid Nabi, Singkawang Gelar Lomba Qasidah

Singkawang, Kalbar - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 H di Kota Singkawang akan diwarnai beberapa kegiatan. Selain dilaksanakan tausiyah, hiburan musik religi Al-Madina juga akan diadakan lomba Qasidah dengan memperebutkan hadiah total uang senilai Rp25 juta.

Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Singkawang, Ruslan Karim atau yang biasa disapa Haji Bol mengatakan lomba qasidah yang akan dilaksanakan pada 21-25 Januari 2014. Lomba ini terbuka untuk masyarakat Singkawang dan peserta undangan dari Kabupaten terdekat.Pada malam pembukaan (21/1) akan diisi dengan tausyiah yang rencananya disampaikan ustadz Mulyadi, pimpinan pondok pesantren tahfidz qur’an. Sementara malam penutupan (25/1) dimeriahkan penampilan hiburan musik religi gambus Al-Madina dari Pontianak sekaligus pembagian hadiah. Kegiatan nantinya akan dipusatkan di halaman Mess Daerah Singkawang. “Peserta bisa dari utusan madrasah/sekolah, majelis taklim, remaja masjid, jemaah pengajian. Kegiatan ini tidak hanya untuk masyarakat Kota Singkawang, tetapi kita juga mengundang dari Sambas dan Bengkayang,” kata Haji Bol.

Disebutkan Haji Bol, ada dua kategori dalam lomba qasidah yang akan dilaksanakan. Kategori remaja yaitu untuk usia maksimal 25 tahun, serta kategori dewasa usia 25 tahun ke atas. Pendaftaran dapat dilakukan dari 9 hingga 20 Januari di Kantor Kementerian Agama Kota Singkawang, dengan menghubungi saudara Miftahul Khair dan Islamiyati.Kepala Kantor Kemenag Kota Singkawang Jawani memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan PHBI. Pihaknya mengimbau kepada majelis taklim, pengurus masjid, sekolah/madrasah untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Selain tujuan intinya memperingati Maulid Nabi Muhammad, kegiatan ini juga bermaksud menggali potensi-potensi yang ada di masyarakat dalam siaran tamadun Islam atau kesenian Islam,” kata Jawani.Menurut Jawani, menambahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 juga bisa dilaksanakan pihak-pihak lain, misalnya dengan mengadakan kegiatan ceramah agama, perlombaan yang bernuasa Islam di masjid-masjid, sekolah/madrasah, dinas/instansi, memasang spanduk maupun umbul-umbul di masjid- masjid, madrasah. “Kita berharap peringatan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sesuai dengan Tema maulid Dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1435 H, mari kita jadikan Singkawang damai dan harmonis,” katanya.

Ribuan Warga Berebut Dhahar Kembul di Sekaten Yogyakarta

Yogyakarta - Sebanyak 99 nasi tumpeng disajikan di acara Kepung Tumpeng Dhahar Kembul Sego Gurih untuk memeriahkan Sekaten sekaligus mios gongso keluarnya dua pusaka gamelan Kiai Gunturmadu dan Kiai Nogowilogo, Selasa (07/01) di alun-alun lor, Yogyakarta.

Secara simbolis, Dhahar Kembul ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat terhadap segara rejeki yang telah diberikan oleh Allah. Dalam bahasa indonesia Dhahar Kembul berarti makan bersama-sama.

Menurut ketua panitia Dhahar Kembul, Ida Fitri, 3 tingkat sogo atau nasi gurih ini terdiri dari 99 nasi dengan pada tingkat pertama berdiameter 3 meter, tingkat kedua 2 meter, dan tingkat ke tiga berdiameter 1 meter.

"Semua ini disiapkan oleh asosiasi pengusaha jasa boga kota Yogya, selain nasi tumpeng, ada sekitar 1000 endog abang (telur merah) dan 2000 porsi nasi gurih siap makan untuk masyarakat," ujarnya.

Di balik kemeriahan Dhahar Kembul tersebut, Ida mengatakan acara tersebut digelar sebagai salah satu upaya pelestarian budaya, khususnya makanan tradisional. "Ini adalah bagian dari kebudayaan Yogya, kita punya tanggung jawab melestarikan," ungkapnya.

Kepung tumpeng ini dimulai dengan pembacaan doa oleh petugas dan dilanjutkan dengan menyerahkan satu tumpeng kepada wali kota Yogyakarta. Begitu dipersilakan makan, ratusan masyarakat yang antusias langsung menyerbu sego gurih itu.

Bagi warsono, salah seorang warga Gondomanan yang ikut dalam Dhahar Kembul ini bukan sekadar rekreasi tapi juga pelestarian budaya. "Bisa merasakan makan bersama di alun-alun bersama warga rasanya menyenangkan, budaya guyup di Yogya jadi terasa," ujarnya.

Warsono tidak datang sendirian, dia mengajak istri dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SD. Dia berharap dengan acara ini kebudayaan Yogya bisa terus dijaga dan diteruskan ke anak cucu. "Tradisi itu harus diwariskan jangan sampai hilang karena zaman," harapnya.

Upaya Melestarikan Lagu-lagu Daerah

Jambi - Sekretaris Daerah Provinsi Jambi Syarahsaddin minta agar lagu-lagu daerah Jambi terus dilestarikan agar tidak semakin ditinggalkan.

"Mari kita lestarikan lagu-lagu daerah Jambi," katanya saat membuka lomba lagu daerah Jambi antar SKPD di lingkup Pemprov Jambi di Jambi, Kamis.

Menurut Sekda, lomba menyanyi lagu daerah Jambi bisa dijadikan salah satu upaya untuk melestarikan dan mengakrabkan lagu-lagu daerah Jambi di masyarakat.

Pemprov Jambi saat ini sedang menggalakkan lagu daerah dan menyarankan para kepala SKPD berkreaksi menciptakan lagu daerah dan mempopulerkannya ke masyarakat.

Penilaian lomba menyanyi yang diikuti seluruh kepala SKPD tersebut tidak dilihat dari kriteria umum layaknya sebuah lomba, tapi dinilai dari peserta paling lucu dan terheboh dan paling paling percaya diri dengan penampilanya.

Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengatakan perlombaan ini selain merupakan ajang merupakan silaturahmi antar SKPD di lingkup Pemprov Jambi, juga membudayakan lagu daerah Jambi.

"Siapa lagi kalau tidak pejabat daerah kita ini yang mengangkat martabat daerah ini," katanya.

Oleh karena itu, perlu terus dilaksanakan lagu daerah Jambi sekaligus untuk membangkitkan nilai-nilai budaya daerah dan kesenian Jambi, sehingga masyarakat Jambi ikut merasa memiliki, katanya.

Busana Muslim ala Kerajaan Indonesia akan Tampil di London

Jakarta - Desainer Dian Pelangi akan menampilkan 15 koleksi busana kerajaan-kerajaan Indonesia yang sudah dimodifikasi menjadi busana muslim modern pada acara Haute Arabia High Tea 2014 di London, Inggris, 17 Januari mendatang.

"Saya terinspirasi dari kerajaan-kerajaan yang ada di Inggris. Saya mempersembahkan busana berkonsep Royal Kingdom of Indonesia, terinspirasi dari kerajaan di Indonesia seperti Sriwijaya," kata Dian di Jakarta, Kamis.

Acara jamuan minum teh Haute Arabia High Tea 2014 akan menampilkan karya 12 perancang busana muslim dari seluruh dunia.

Dian Pelangi terpilih menjadi satu-satunya perancang berbakat Indonesia akan menampilkan karya-karyanya pada penutupan acara tersebut.

"Selain menampilkan busana, saya juga akan menampilkan sedikit tarian Islam Indonesia, menghidangkan sedikit makanan Indonesia sebagai penutup dan memberikan souvenir khas Indonesia persembahan Dian Pelangi bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ujar Dian.

Pada misi kebudayaan kali ini Dian mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Haute Arabia 2014 akan dihadiri oleh tamu-tamu kehormatan dari London dan Timur Tengah, termasuk di antaranya Ibu Negara Qatar Sheikha Mozah.

Para bangsawan dari Timur Tengah dan Afrika Utara, pembeli internasional, dan fesyen blogger juga akan hadir dalam acara itu.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan, fesyen muslim sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia dan London menjadi salah satu lokasi yang sangat penting bagi perkembangannya.

"Sehingga saat Dian diundang ke London, tentunya akan menjadi kebanggaan bagi Indonesia, dan kita mendukung penuh," kata Sapta Nirwandar.

-

Arsip Blog

Recent Posts