1.000 Telur & Sirih Keraton Kasunanan Jelang Maulid Nabi Laris Manis

Solo, Jateng - Sebanyak 1.000 telur asin dan kinang (sirih) dibagikan Keraton Kasunanan Surakarta kepada masyarakat umum di Bundaran Gladak, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah. Telur dan kinang menjadi tanda kegembiraan pihak Keraton menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pantauan Okezone, aksi bagi-bagi 1.000 telur asin dan kinang kepada masyarakat luas dimulai sekitar pukul 09.25 WIB. Sebelumnya dilakukan kirab prajurit Keraton dan putra-putri keturunan Paku Buwono XII yang kemudian ikut dalam aksi bagi-bagi telur dan kinang.

Setibanya di lokasi, empat peti yang dipanggul abdi dalem Keraton langsung dibuka. Di dalam peti tersebut, tiap bungkus plastiknya berisi satu buah telur asin dan kinang. Selanjutnya, telur dan kinang langsung dibagikan kepada para pengguna jalan yang kebetulan melintas. Dalam waktu 10 menit, telur asin beserta sirih habis ludes dibagi-bagikan ke masyarakat luas.

Pengageng III Musium dan Pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta Kanjeng Pangeran (KP) Satrio Hadinagoro mengatakan, tradisi membagi-bagikan telur dan kinang merupakan pengganti pembagian udik-udik atau uang receh yang disebar kepada masyarakat. Namun, seiring zaman, pihak Keraton menggantikan tradisi pembagian udik-udik menjadi telur asin yang biasa disebut sebagai telur amal.

Telur amal sendiri, ungkap KP Satrio, diartikan sebagai roda kehidupan atau simbol masyarakat kuat dengan makna filosofi yang terkandung di dalam telur, di mana 1.000 telur bisa diartikan kehidupan manusia tidak terlepas dari angka 1.000. "Manusia akan lahir ke dunia ini 1.000 hari sebelumnya, ibu yang mengandung sudah mulai merasakan adanya tanda-tanda melahirkan. Begitu juga tanda-tanda manusia hendak dipanggil Yang Maha Kuasa, seribu hari sebelumnya sudah ada tanda-tanda kematiannya. Termasuk kalau orang yang sudah meninggal selalu diperingati hingga 1.000 hari. Itulah makna yang terkandung dari angka 1000 telur yang dibagikan ini," papar KP Satrio kepada Okezone sambil membagikan telur asin di Solo, Jawa Tengah, Rabu (8/1/2014).

Sementara, alasan lain telur yang dipilih juga terkandung tiga makna. Ada tiga simbol, ungkap Satrio, yang terkandung dalam bulatan telur. Simbol pertama, fase kulit yang dimaknai sebagai lahir, fase putih telur sebagai hidup, dan fase terakhir yaitu kuning telur sebagai akhir kehidupan.

"Jadi, melalui satu telur ini diharapkan manusia mau menirunya, terutama berbuat kebaikan karena satu telur asin dapat menghabiskan nasi sepiring. Ibaratnya, kehadiran kita berguna untuk masyarakat," jelasnya.

Tak hanya telur yang memiliki makna. Di dalam kinang juga ada lima makna yang terkandung sesuai dengan lima bahan di dalamnya, yakni injet (kapur), suruh (sirih), tembakau, gambir, dan daun kantil. "Kelimanya merupakan kiasan lima Rukun Islam yang harus dijalankan. Lambang suruh memiliki makna mendapatkan kekuatan, habluminallah (hubungan dengan Tuhan-red), dan habluminannas (hubungan dengan sesama manusia-red)," ungkapnya.

Selain itu, pihak Keraton mengajak masyarakat luas bersama-sama menyikapi kondisi bangsa Indonesia yang kian memprihatinkan, seperti maraknya kasus korupsi. Dia menilai perlunya dukungan, persatuan, dan doa seluruh masyarakat luas agar kondisi bangsa menjadi lebih baik.

-

Arsip Blog

Recent Posts