Kesenian Tradisional Kini Hilang dari Sekaten

Solo, Jateng - Meskipun peringatan kelahiran Nabi Muhammad baru dilaksanakan 7 Januari 2014 mendatang, namun hiruk pikuk sekaten sudah mulai terasa. Puluhan pedagang sudah mulai memadati Alun-alun Utara sejak beberapa hari lalu. Berbagai dagangan dijajakan mulai dari pakaian hingga makanan.

Sayang, kesenian tradisional kini tak tampak lagi dalam perhelatan tahunan yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Kota Solo dan Keraton Surakarta itu. Padahal, menurut keterangan Pengageng Kusuma Wandawa, KGPH Puger, dahulu kesenian tradisional sempat mendominasi perayaan Sekaten.

“Dahulu pasti ada reog, jaran dor, kethoprak, ludruk, wayang, dan lain sebagainya. Sekarang sudah tidak ada,” kata Puger.

Menurut keterangan Puger, pagelaran kethoprak, dan ludruk diadakan dalam sebuah bangunan temporer yang disebut tobong. Di masa kejayaannya, ludruk dan kethoprak banyak diminati masyarakat. Namun dengan pesatnya kemajuan zaman, kesenian tradisional itu mulai ditinggalkan.

“Banyak faktor yang menyebabkan kesenian tradisional hilang dari sekaten. Tapi faktor utamanya karena masyarakat sudah mulai bergeser ke televisi dan hiburan yang lebih modern. Akibatnya, para seniman menanggung kerugian karena tidak ada yang mau nonton,” terang Puger.

Kendati demikian, Puger masih optimistis kesenian tradisional masih bisa eksis di Sekaten. Puger berharap ke depan, perayaan sekaten dapat mengakomodasi kesenian tradisional, tidak melulu dipenuhi dengan hiburan modern seperti komedi putar, bianglala, istana balon dan lain sebagainya.

“Sebenarnya mungkin saja kita menggencarkan ekonomi berbudaya seperti dilakukan raja-raja zaman dahulu ketika kesenian banyak ditampilkan di pasar-pasar. Tinggal kemauan pemerintah saja,” kata Puger.

-

Arsip Blog

Recent Posts