Lestarikan Adat Kedaton Kutai Gelar Seminar Budaya Keraton

Tenggarong, Kaltim - Guna melestarikan adat budaya Kutai Kartanegara, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menggelar Seminar Budaya Khas Keraton Kutai Kartanegara. Acara diperuntukkan bagi masyarakat umum, para budayawan dan perias pengantin, diikuti sekitar 200 peserta.

Di Kedaton Kutai Kartanegara, Selasa (31/12) kemarin, digelar adat belenggang, upacara mendi atau besiram, naik ayun dan memberikan makan pada anak. Sehari sebelumnya juga telah diadakan seminar pengantin khas Kutai Kartanegara. Para peserta sangat antusias melihat langsung dan mengetahui secara detail tentang adat yang digelar.

Seperti dikatakan ketua panitia Bambang Dedy Hartono, saat pergelaran adat Kutai. Dia menjelaskan, acara seminar yang menghadirkan pakar kecantikan khas Kutai Augustin Sani Rahman dan Raden Asmuni tersebut bertujuan lebih memperkenalkan adat istiadat di Kedaton kepada masyarakat. Tujuannya, agar adat istiadat terus ada sepanjang masa, tidak punah ditelan zaman modern.

Acara adat khas Kedaton yang dikemas secara apik dan penuh makna tersebut berhasil memberikan tontonan. Selain itu, berhasil pula menyampaikan besarnya makna yang terkandung dalam adat tersebut. Acara dihadiri Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura Adji Mohamad Salehoeddin II dan para kerabat keraton.

Acara dimulai dari upacara adat belenggang yang dilakukan pada ibu hamil anak pertama, bertujuan melonggarkan pinggul sang ibu. Kemudian upacara mendi atau besiram bagi ibu hamil dan suaminya yang memakai caul sebagai basahan dan disiram oleh lima perempuan sesepuh. Dilanjutkan menyantap 41 macam makanan tradisional khas Kutai. Acara dirangkai dengan upacara naik ayun yang sebelumnya dilaksanakan acara pemberian nama bagi si anak dengan pembacaan ayat suci Alquran.

Naik ayun adalah acara menaikkan anak yang baru lahir berumur 40 hari ke dalam ayunan, disambung acara tijak tanah, besunat untuk anak laki-laki dan beketan untuk anak perempuan. Dilanjutkan dengan acara memberikan makan kepada anak oleh bidan yang membantu melahirkan, anak tersebut diberi pisang, bertus, nasi rasul dan lain–lain. Makna upacara naik ayun adalah pemberian doa dan restu agar memperoleh keselamatan, berkah, untung dan tuah, dalam pertumbuhannya menjadi dewasa dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat.

Dedy berharap dengan digelarnya acara tersebut masyarakat bisa lebih mencintai adat istiadat khas keraton, agar menjadi warisan turun-temurun dan tidak punah. “Kami dari pihak keraton sangat berharap adat yang telah diwariskan oleh leluhur selalu diteruskan oleh generasi-generasi akan datang, agar adat kebudayaan yang telah tertanam di Kutai tidak akan punah begitu saja. Kami juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah mendukung acara ini,” ungkapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts