Tari Tor-tor Harus Terus Dibudidayakan

Medan, Sumut - Tari tor-tor merupakan salah satu tarian khas tradisional asal Sumatera Utara. Tarian tor-tor Indonesia seirama dengan alunan alat musik traditional batak seperti gondang, suling, dan terompet khas Batak. Tari ini digunakan dalam acara ritual khusus yang bersinggungan dengan leluhur, dan dijadikan simbol komunikasi dengan para leluhur Batak Sumatera Utara. Untuk itu, sebagai warisan budaya, tarian ini harus terus dibudidayakan dan jangan sampai terlupakan.

Kabid Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Padang Lawas, Jamjuma Rosnita Hasibuan, dalam acara Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), mengatakan, tarian Tor-Tor merupakan warisan mahal budaya Sumut terutama bagi Padang Lawas Utara. Untuk itu dalam event PRSU ini Kabupaten Padang Lawas mendapatkan kesempatan pertama untuk mengisi open stage, acara pagelaran kesenian daerah di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU). Tor-tor boru yang biasa digunakan dalam pesta perkawinan pun menjadi pembuka pagelaran tersebut.

"Pegelaran budaya kali ini tidak jauh berbeda dibandingkan tahun lalu, tor-tor Boru atau tradisi budaya pernikahan selalu menjadi satu pagelaran yang selalu dibawanya," ujarnya Senin (17/3).

Tak hanya itu, lanjut Jamjuma, pihaknya juga akan menampilkan beberapa budaya khas Padang Lawas di antaranya tarian kreasi, endeng-endeng dan tor-tor Naposo Nauli Bulung.

"Kita tampilkan tari kreasi dengan temanya bersawah dan ada pula tor-tor naposo nauli bulung khusus untuk muda-mudi, endeng-endeng dan adat pernikahan khas Padang Lawas yang dibawakan oleh 20’an pemuda-pemudi Padang Lawas, dari pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum," katanya sembari mengatakan musik dibawakan oleh Haba-haba Group, Pasombu Lungun langsung dari Padang Lawas.

Diharapkannya, kegiatan ini dapat mengangkat kebudayaan Padang Lawas dan memperkenalkan kepada seluruh masyarakat Sumut.

"Saya harap anak-anak khususnya para generasi di Padang Lawas dapat lebih menghargai budayanya sehingga ke depan ia bisa membawa budaya ini dan memperkenalkannya ke masyarakat umum," katanya.

Pelihara Budaya, Banjar Adakan Diklat Seni Tari

Banjar, Kalsel - Kabupaten Banjar merupakan wilayah yang kaya akan budaya, bahkan seni kebudayaan Banjar sudah sangat terkenal di seluruh wilayah nusantara. Untuk itu pemerintah Kabupaten Banjar melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga selalu berusaha agar kebudayaan dan kesenian Banjar tetap menjadi pilihan utama khususnya bagi para pemuda. Untuk itu ada beberapa langkah yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Banjar, salah satunya dengan melaksanakan Diklat Seni Tari Banjar.

Untuk Melestarikan Seni Tari di Kabupaten Banjar, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjar melaksanakan Sanggar dan Komunitas Seni Se-Kabupaten Banjar, Selasa (18/3/2014).

Diklat Seni Tari Budaya Banjar ini dilaksanakan di Aula Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang dihadiri oleh para pejabat dan seniman provinsi Kalimantan Selatan, d iantaranya Kabid Pariwisata I GT Made , Kabid Olahraga Kun Nasrullah, Seniman Provinsi Kalimantan Selatan Abdurahman dan guru-guru pengajar yang ada di Kabupaten Banjar yang hadir pada diklat tersebut.

Untuk membuka diklat Seni Tari Budaya Banjar ini, Kabid Olahraga selaku mewakili Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kun Nasrullah mengatakan pentingnya pengenalan tentang Kebudayaan Banjar bagi masyarakat Kabupaten Banjar khususnya bagi para pemuda yang ada diKabupaten Banjar. Salah satunya dibidang seni tari yang saat ini banyak digemari para pemuda pemudi Kabupaten Banjar.

Oleh Karena itu Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga mengadakan Diklat Seni tari Budaya Banjar ini selama 2 hari tentunya sangat penting , karena dengan diadakannya diklat Seni Tari Budaya Banjar ini para pemuda pemudi dapat ikut berpartisipasi dalam melestarikan budaya Banjar yang sedikit demi sedikit termakan oleh zaman.

Nasrullah juga mengharapkan untuk para guru maupun siswa siswi yang mengikuti diklat ini dapat memotivasi atau menyampaikan kepada muridnya untuk mengembangkan lagi seni kreasi tari banjar. Dari hasil diklat ini, 3 bulan ke depan akan diadakan lomba tari tradisional Banjar terutama tari yang sudah diberikan pada diklat ini.

Industri Batik Nasional Masih Terhambat Keterampilan SDM

Banten - Membanjirnya produk batik China di pasar dalam negeri sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dilaporkan impor batik selama tahun 2013 (Januari-November) mencapai 278 ton atau senilai US$ 5,1 juta. Oleh sebab itu, pemerintah dituntut untuk mengatasi masalah ini dan harus konsekuensi bahwa pihak pemerintah Indonesia maupun organisasi kemasyarakatan terkait harus terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tak benda batik.

Direktur Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Euis Saedah Mengatakan industri batik di Indonesia sampai saat ini tercatat sebanyak 48.300 unit usaha dengan skala kecil dan menengah dan skala besar sebanyak 17 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 797.351 orang dengan nilai produksi sebesar Rp 3.141 triliun dan total ekspor sebesar US$ 110 juta.Keberhasilan pembinaan yang telah dilakukan menunjukkan perkembangan yang pesat.

"Beberapa tantangan dan masalah, dan salah satu diantaranya adalah kemampuan SDM IKM Batik untuk menjadikan produk batik mejadi produk yang fashionable belum seperti yang diharapkan karena pakaian jadi batik yang di produksi IKM batik masih terbatas pada desain pakaian formal dan adati, serta semakin berkurangnya orang yang tertarik menjadi pembatik terutama batik tulis yang membutuhkan keterampilan yang sangat tinggi," ujar Euis saat membuka pelatihan Pengenalan Industri Batik Bagi Kalangan Siswa di Provinsi Banten yang akan diikuti oleh 30 orang peserta dan peletakan batu pertama tempat pelatihan di Serang, Banten, Senin (17/3).

Lebih lanjut lagi Euis mengatakan dalam rangka program pengembangan IKM Sandang tahun 2014 Ditjen IKM Wilayah II mengadakan Pelatihan Pengenalan Industri Batik Bagi Kalangan Siswa di Provinsi Banten yang akan diikuti oleh 30 orang peserta yang berasaldari SMKN 1 kota Serang sebanyak 15 orang, SMKN Pasundansebanyak 10 orang dan MAN 2 Kota Serangsebanyak 5 orang.

Banten Mukarnas pimpinan Bapak UkeKurniawan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mencetak perajin batik muda yang mampu meningkatkan kualitas dan desain sesuai permintaan semua lapisan konsumen baik untuk pakaian wanita maupun pria, dewasa ataupun anak-anak sesuai perkembangan tren desain yang berkembang sangat pesat.

Kegiatan pengembangan Industri Kreatif Batik dengan sasaran pelajar sangat perlu ditingkatkan mengingat perlunya regenerasi pengrajin batik, pengembangan motif dan teknik membatik yang lebih efisien dan ramah lingkungan serta perlunya produk berbahan dasar batik khususnya industri kreatif fashion batik yang lebih modern dan mengikuti pengembangan zaman.

Dengan kegiatan Pelatihan Pengenalan Industri Batik Bagi Kalangan Siswa di Provinsi Banten diharapkan dapat memacu tumbuhnya wirausaha baru batik di Provinsi Banten sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian batik banten. Selain itu kegiatan ini diharapkan dapat memacu stakeholder daerah khususnya Provinsi Banten untuk mencanangkan program-program terkait pelestarian dan pengembangan batik banten misalkan melalui kurikulum pendidikan di SMA atau SMK ataupun dengan pelatihan-pelatihan terkait pengembangan teknis produksi dan desain batik dikalangan para pelajar.

Batik Banten terkenal mewarisi kearifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan pemerintah Islam Kesultanan Banten. Batik ini kaya akan muatan filosofi yang mengandung arti dalam setiap motif, dan hal ini yang menjadi ciri khas Batik Banten. Batik Baten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita). Kekhasan inilah yang menjadikan Batik Banten terkenal hingga kancah internasional.

Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kecil menengah (IKM) nasional pada tahun 2014 mencapai 6%. Angka itu lebih rendah dibandingkan 2013 sebesar 6,2%. Tahun 2014 pertumbuhan IKM ditaksir melambat karena tantangan yang dihadapi lebih berat, antara lain kenaikan harga bahan baku, biaya energi gas, listrik, dan BBM.

Untuk mencapai target pertumbuhan 6%, Ditjen IKM Kementerian Perindustrian RI akan melanjutkan program pemacu pertumbuhan yang dilakukan selama ini. Program-program itu adalah penyaluran insentif subsidi pembelian mesin untuk restrukturisasi pabrik, penumbuhan wirausaha baru dilengkapi peralatan dan bahan start up, penguatan klaster dengan bantuan promosi di dalam dan luar negeri, serta memfasilitasi akses pembiayaan, seperti kredit usaha rakyat (KUR).

Saat ini kita berada dalam perdagangan bebas yang ditandai dengan persaingan yang sangat ketat, tidak saja persaingan usaha dalam negeri akan tetapi lebih lagi pada persaingan antar negara dalam mengisi pasar domestik maupun pasar ekspor. Pada kawasan ASEAN telah disepakati liberalisasi perdagangan dan investasi oleh negara-negara anggota ASEAN yaitu pasar tunggal ASEAN atau yang disebut dengan ASEAN Economic Community (AEC). Pemberlakuan AEC tersebut dapat menjadi tantangan dan sekaligus menjadi peluang bagi IKM untuk memasarkan produknya pada pasar ASEAN tanpa adanya hambatan tarif bea masuk maupun hambatan non tarif barrier lainnya.

Lampung Heritage Dukung Penyelamatan Rumah Sejarah

Bandarlampung, Lampung - Komunitas penyelamatan cagar budaya galang dukungan Save Daswati yang merupakan sebuah rumah tua tempat kesepakatan berdirinya Provinsi Lampung tahun 1963. Ketua Komunitas Lampung Heritage, Teguh Prasetyo, Minggu (16/3/2014) menjelaskan, kegiatan penyelamatan Daswati I berangkat dari sebuah keprihatinan para pemuda Lampung yang menyadari bahwa banyaknya cagar budaya yang beralih fungsi menjadi bangunan modern.

"Ini adalah kegiatan pertama Lampung Heritage dan rencananya kami akan ada beberapa kegiatan Save Daswati Lampung," kata Teguh.

Lebih lanjut Teguh mengatakan, pihaknya sedang mengejar beberapa persyaratan untuk menetapkan bagungan kuno itu sebagai cagar budaya di Lampung. "Ini momentum hari kelahiran 50 tahun Provinsi Lampung. Jika pemerintah tidak juga menetapkan Rumah Daswati I sebagai cagar budaya, maka kami akan menggalang koin melalui masyarakat. Biar masyarakat Lampung yang membeli kembali rumah ini," ujarnya.

Sementara itu, kondisi rumah yang dulunya sebagai rumah perjuangan pembentukan Provinsi Lampung itu, kini dijadikan tempat penyimpanan gerobak dagangan dan menjadi lokasi pengungsian para gelandangan. Rumah tersebut juga sudah dijual oleh pihak keluarga sejak tahun 1997 sekitar Rp 1,5 miliar, namun hingga saat ini belum diubah apa pun oleh pemilik rumah,

Pesan Keragaman Perupa Indonesia di Art for Cancer

Jakarta - Datangi penggalangan dana bertajuk Art for Cancer di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta, pengunjung bisa menerjemahkan dan mengapresiasi karya lima perupa Indonesia yang baru saja ditampilkan pada forum seni rupa internasional, Bienniale Venesia 2013 lalu.

Memasuki bagian depan museum, ribuan stupa karya Albert Setyawan, bertajuk Cosmic Labyrinth: The Silent Pathway ada. Bukan stupa kebanyakan, karena dia diinspirasi bentuk rumah ibadah: gereja, mesjid, dan candi. 1.200 stupa ini mencerminkan ke-bhinneka-an, penciri Indonesia sepanjang masa dengan toleransinya.

Ke dalam museum, ada sesosok berjubah berwarna cerah dengan ratusan manik-manik. Ternyata, manik-manik itu berisi janin-janin merah menyala. Di depan sosok ini terdapat sampan perahu dayung kecil berwarna hitam dan tampak usang. Inilah dia, Unbearable Darkness, karya Titarubi.

Sampan usang ini ternyata menyimpan banyak cerita kehidupan yang menjadi saksi bisu sejarah Indonesia yang kelam, termasuk kekuasaan kolonial di negara ini. Pada sisi kanan karya Tita ini, gerbang sepanjang kurang lebih belasan meter berposisi. Mirip dengan relief di Candi Borobudur dan candi lain, relief gerbang itu terbangun dari grafit.

Sekumpulan figur grafis duduk mengelilingi meja, mereka berwajah. Mereka adalah pahlawan dan presiden Indonesia dulu sampai saat ini. Di antara figur-figur ini, hanya ada satu figur yakni figur perempuan yang berdiri, karya yang dinamakan Endang Wiharso --empuna karya-- The Indonesian: No Time to Hide.

Eko Nugroho mengajukan Penghasut Badai-badai, patung serupa manusia berdiri dan duduk berbagai macam posisi di atas rakit bambu dan drum minyak bekas.

Negara Indonesia yang disokong kekayaan minyak dan sumber daya alam lainnya dia representasikan dalam karyanya ini.

Terakhir, di tengah ruangan museum giliran karya Sri Astari, Pendopo: Dancing the Wild Seas yang giliran layak mendapat perhatian, serupa sembilan patung wayang penari yang sedang berada dalam pendopo.

Dari budaya Jawa, pendopo bagian penting dalam rumah tradisional mereka, tempat (juga) tradisi dan budaya Jawa dijaga dan dikawal.

Indahnya Musik Jegog di Festival Seni Jembrana

Bali - Keindahan harmonisasi alat musik tradisional bali, Jegog ditampilkan dalam Festival Seni Jembrana. Dimainkan serentak, keindahan bunyi alat musik bambu itu menarik perhatian para wisatawan.

Sebanyak 50 kelompok musik jegog ikut serta dalam Festival Seni Jembrana yang sedang digelar di Kabupaten Jembrana di bagian barat Pulau Dewata, Bali.

Alat musik bambu bernama jegog memang berasal dari daerah ini. Sehingga musik tradisional Bali ini terus diperkanalkan ke mancanegara.

Keindahan harmonisasi musik jegog pun mengundang perhatian warga setempat hingga para wisatawan mancanegara. "Indah, sangat indah, magic. Saya sudah 3 kali ke Indonesia, tapi kali ini luar biasa." ujar wisatawan kepada Liputan 6 SCTV.

Festival Seni Jembrana bertujuan untuk mengangkat Bali Barat sebagai tujuan wisata, karena selama ini hanya terpusat di Bali Selatan.

Ultah Sultan Ternate Digelar Festival Legu Gam

Jakarta - Selama 2 minggu sepanjang pertengahan hingga akhir bulan April 2014 mulai tanggal 13-27, rakyat Maluku Utara akan menggelar pesta meriah. Pesta yang diadakan berupa festival tersebut diadakan guna merayakan ulang tahun Sultan Ternate sekaligus mengeratkan hubungan antara penduduk Maluku dengan keluarga kerajaan Ternate.

Selama dua minggu tersebut, seluruh rakyat Ternate akan keluar rumah dan berpesta bersama penduduk Maluku lainnya dan para turis. Sebagian besar perayaan akan berlokasi di Kedaton Sultan atau kediaman sang Sultan, Drs. Haji Mudaffar Syah (Mudaffar II) yang memimpin Ternate sejak tahun 1975 hingga sekarang.

Sementara, sebagian wilayah perairan Ternae akan dipenuhi perahu-perahu hias yang akan berkompetisi satu sama lain. Sementara di bawah laut akan diramaikan oleh para nelayan serta para penyelam yang akan berlomba dalam ajanng Diving Expedition, serta kompetisi berenang dan menangkap ikan.

Salah satu acara menarik sepanjang festival ini adalah Fere Kie, ritual dimana para keluarga kerajaan berdoa bersama di puncak Gunung Gamalama. Ritual tersebut dipersembahkan atas perlindungan terhadap dari para dewa yang dipercaya berdiam di Gunung tersebut.

Jangan lewatkan juga Festival Baramasuen 100 Bambu Gila, dimana sekitar 100 penari Bambu Gila akan menari bersama Bambu yang telah dimanterai.

Penerbangan menuju Ternate tersedia dari sejumlah wilayah di Indonesia, dengan umumnya satu kali transit. Perkiraan biaya berkisar 2 - 4 juta rupiah untuk transportasi pulang pergi dengan pesawat terbang.

Meski biayanya tergolong tinggi, namun festival ini hanya terjadi setahun sekali dan selalu ada yang unik setiap tahunnya. Dan, ini hanya terjadi di Ternate.

Festival Maritim Internasional Pertama di Indonesia Segera Digelar

Jakarta - Indonesia International Maritime Festival (IIMF) 2014 akan diselenggarakan di Batam, Natuna, dan Anambas, Kepulauan Riau pada 28 Maret hingga 3 April 2014 mendatang.

IIMF 2014 merupakan acara tahunan yang bertujuan untuk mengembangkan serta mempromosikan potensi maritim di Kepulauan Riau. Serta memajukan dan mensejahterakan masyarakat khususnya di Batam, Natuna, dan Anambas dalam hal perhubungan, olahraga, pariwisata dan budaya.

“Acara ini bisa menunjukkan betapa Indonesia itu kaya akan kreasi dan rekreasi. Kreasi itu potensi ekonomi kreatif kita yang berbasis kearifan lokal,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Ukus Kuswara, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (14/3/2014)

Kegiatan yang akan diselenggarakan pada IIMF 2014 antara lain, "Maritime Conference and Expo" yang merupakan pameran maritim untuk memetakan kekuatan maritim nasional. Acara lainnya adaah "Sport, Leisure, and Entertainment" yang terdiri atas kompetisi olahraga serta pertunjukan seni dan budaya.

Pulau Batam, Natuna, dan Anambas dipilih karena memiliki infrastruktur yang paling siap. Selain itu, ketiganya berlokasi di wilayah terluar Indonesia. Batam juga merupakan pintu masuk menuju Indonesia ketiga terbanyak yang digunakan oleh wisatawan asing.

“Kunjungan melalui Batam pada Januari tahun ini meningkat 39 persen dibanding Januari tahun lalu. Batam juga berlokasi strategis. Semakin banyak aktivitas, maka akan semakin banyak pula kunjungan dari negara-negara sekitar,” ujar Ukus.

Melodi Sumatera dalam Angklung

Jakarta - Sebagai wujud komitmen untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia, Galeri Indonesia Kaya mengajak para pengunjungnya untuk mencoba dan merasakan bagaimana cara memainkan angklung secara bersama-sama dalam pertunjukan Melodi Sumatera Dalam Angklung pada Sabtu, 15 Maret 2014 di auditorium Galeri Indonesia Kaya, West Mall Grand Indonesia lantai 8, Jakarta Pusat.

“Angklung telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia dan sudah selayaknya generasi muda bangga dan turut mengembangkan kesenian ini. Untuk itu, Galeri Indonesia Kaya menggandeng Ikreasindo yang juga aktif membawa misi kebudayaan, untuk memperkenalkan dan mendekatkan masyarakat dengan angklung melalui kegiatan memainkan angklung bersama-sama," ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Semoga kegiatan ini memberikan pengalaman baru dan mendorong generasi muda untuk semakin mencintai kebudayaan dan kesenian Indonesia,” imbuhnya.

Dalam waktu satu jam, Ikreasindo memperkenalkan alat musik angklung kepada para pengunjung Galeri Indonesia Kaya dengan cara yang menyenangkan. Melalui kegiatan interaktif ini, para pengunjung juga diajarkan mengenai pentingnya kebersamaan, kekompakan dan gotong royong dalam membentuk harmoni lagu. Dalam acara ini, Ikreasindo membawakan lagu-lagu dari Sumatera sampai lagu yang sedang populer saat ini.

“Suatu kebanggaan bisa tampil dan mengajak para pengunjung Galeri Indonesia Kaya untuk memainkan angklung bersama-sama dalam rangka mempertahankan eksistensi kebudayaan Indonesia khususnya musik angklung. Permainan angklung bersama ini mencerminkan hubungan harmonis antarmanusia yang dapat menciptakan keindahan tersendiri,” ujar Ika Widianingsih selaku pimpinan dari Ikreasindo Bandung.

Acara ini juga diramaikan oleh penampilan Tari Saman dari peserta Uji Pentas Workshop tari dari Gema Citra Nusantara (GCN). Selama 6 hari, GCN mengadakan workshop Tari Saman yang terbuka untuk publik. GCN merupakan sanggar tari tradisional yang dirintis oleh Ibu Mira M.A. Soerianatamihardja, seorang seniman tari tradisional. Sanggar ini didirikan berawal dari kelompok anak muda yang menaruh minat pada seni tradisional.

70 Pemuda dari 45 Negara Pelajari Seni Budaya Indonesia

Jakarta - Sebanyak 70 pemuda dari 45 negara mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI.

"Mereka adalah para sahabat Indonesia yang akan turut mempromosikan Indonesia di negaranya masing-masing," demikian Dubes Ibnu Said selaku Plt. Sekretaris Jenderal Kemlu RI pada pembukaan Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) tahun 2014 di Gedung Pancasila, Rabu (12/3/2014).

Pada seremoni pembukaan yang dihadiri sejumlah Dubes dan tamu undangan lainnya itu Dubes Ibnu Said juga mengharapkan agar para peserta BSBI dapat memanfaatkan waktunya selama di Indonesia untuk mempelajari seni dan budaya yang beraneka ragam sebaik mungkin.

"Sehingga akan lebih mengenal Indonesia yang berbeda-beda tetapi tetap satu, sesuai tema BSBI tahun ini yakni Unity in Diversity; One Love for the World," imbuh Dubes melalui Subdit Sosial Budaya Direktorat Diplomasi Publik kepada detikcom.

Sementara itu Direktur Diplomasi Publik Kemlu RI Al Busya Basnur pada kesempatan itu melaporkan bahwa sejak dimulainya BSBI tahun 2013 telah dihasilkan 518 alumni yang tersebar di 55 negara.

"Para alumni tersebut sampai sekarang turut mempromosikan Indonesia melalui berbagai kegiatan seni budaya di negaranya," terang Basnur.

Disampaikan juga bahwa pada BSBI tahun 2014 ini terdapat wakil dari 3 negara peserta baru yakni Mongolia, Irlandia dan Uzbekistan.

Program BSBI terdiri dari BSBI Reguler dan BSBI Kekhususan yang mempelajari tari dan musik tradisional, bahasa Indonesia, kearifan lokal dan keberagaman seni budaya melalui berbagai kegiatan.

Pada tahun 2014, BSBI Program Reguler diikuti 60 peserta diadakan di Bandung, Solo, Surabaya, Denpasar dan Makassar.

Sedang BSBI Kekhususan dengan tema Indonesian Studies for Future Indonesianist diikuti oleh 10 peserta dari 10 negara diselenggarakan di Jurusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta.

Beberapa peserta merupakan pemuda keturunan Indonesia seperti Jilly Knoll dari Belanda, dan Djosiannie Somowijoyo dari Suriname.

Sementara beberapa peserta sudah dapat berbahasa Indonesia seperti Sanjay dari India, Daniel Krausse dari Jerman, dan Narmin Hasanova dari Azerbaijan.

Terdapat 5 pemuda Indonesia yang terpilih mengikuti BSBI Program Reguler tahun 2014 yaitu Nurlaily Fitri (Riau), Baliya Alqadri (Kalimantan Barat), Grandy Oley (Sulawesi Utara), Eka Febrina (Sulawesi Tengah) dan Alberto Revideso (Papua Barat).

Pada akhir kegiatan para peserta BSBI akan tampil dalam pagelaran budaya bertajuk Indonesia Channel 2014 di Yogyakarta pada 19 Juni 2014. Mereka akan memainkan tari dan musik yang telah mereka pelajari selama di Indonesia.

Asean Literary Festival 2014 Segera Digelar

Jakarta - Asean Literary Festival 2014 siap digelar untuk pertama kalinya pada 21-23 Maret mendatang di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

ALF adalah gelaran festival sastra yang pertama kali diselenggarakan untuk negara-negara Asia Tenggara.

Damhuri Muhammad dari Dewan Pengarah ALF mengatakan festival sastra ini dilatarbelakangi kesamaan iklim sastra antara negara Asia Tenggara.

"Dunia sastra di Asia Tenggara hampir semuanya berhadapan dengan kolonialisme," ujarnya dalam jumpa media di Jakarta, Rabu.

Banyak sastrawan Asia Tenggara yang terintimidasi dan dibatasi kreativitasnya karena dianggap mengancam kepentingan kolonialisme, lanjut dia.

Festival Sastra Asia Tenggara mengangkat tema "Anthems for the Common People" yang terinspirasi dari sajak penyair Indonesia Wiji Thukul bertajuk "Nyanyian Akar Rumput".

Wiji Thukul dianggap mewakili tema karena merupakan salah satu contoh sastrawan yang karyanya banyak mengusung Hak Asasi Manusia.

"Sejalan dengan tema tahun ini yaitu bagaimana sastra dapat mendorong penghargaan demokratisasi dan HAM, dia juga merupakan contoh sastrawan yang menjadi korban HAM," jelas Okky Madasari, Program Director ALF.

Beragam acara yang dihadirkan meliputi diskusi seputar sastra, workshop, seni pertunjukan, pembacaan puisi, pameran buku, bincang-bincang bersama penulis, sastra untuk anak-anak dan pojok komunitas.

Festival yang diselenggarakan oleh Yayasan Muara dan didukung Hivos dan Kementerian Luar Negeri akan dihadiri lebih dari 40 penulis, akademisi dan kritikus dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Myanmar, Vietnam, Timor Leste, China, Korea, Inggris, Australia dan Belanda.

Film Dokumenter Tenun Batak Diputar di Maroko

London, Inggris - Film dokumenter "Rangsa Ni Tonun" yang menceritakan dan mendokumentasikan tentang teknik serta tradisi pembuatan tenun khas Batak, Sumatera Utara, diputar dalam Festival Internasional 5th Marrakech Biennale di Kota Marrakech, Maroko.

Pemutaran film itu berlangsung sejak 26 Februari lalu hingga akhir Maret 2014, kata Sekretaris III/Pelaksana Fungsi Pensosbud Suparman Hasibuan kepada Antara London, Jumat.

Ia mengatakan, film tersebut merupakan karya seniman Jawa, MJA Nashir, bersama Sandra Niessen, Antropolog Belanda-Kanada yang banyak menulis dan meneliti tentang kain tenun Batak.

Dikatakannya penyelenggaraan Festival Marrakech Biennale bertujuan untuk menjembatani hubungan yang erat antarkebudayaan dari berbagai negara melalui karya seni, yang diadakan di Kota Marrakech, Maroko, setiap dua tahun sekali.

Festival itu dirintis oleh Vanessa Branson, wanita berkebangsaan Inggris, anggota the British Moroccan Society, pada tahun 2014.

Penyelenggaraan festival kali ini merupakan yang kelima dan telah banyak menghadirkan karya para seniman dari berbagai negara termasuk Maroko.

Film "Rangsa Ni Tonun" mendapat kehormatan untuk diputar setiap harinya dalam festival ini, tepatnya di Gedung Dar Si Said Marrakech.

Karya film ini juga dibahas secara khusus dalam program Artist Talk yang diadakan di Hotel Sofitel Marrakech, dengan menghadirkan pembuat film, MJA Nashir dan Sandra Niessen.

Di ruang serba guna KBRI Rabat, baru-baru ini juga diadakan pemutaran film yang dihadiri oleh masyarakat Indonesia di Maroko.

Masyarakat Indonesia memanfaatkan kesempatan diskusi dengan Sutradara Film MJA Nashir untuk mengetahui lebih lanjut tentang film ini.

Lirik penutup film ini, "Hanya generasi sekarang yang mampu meyakinkan bahwa tradisi luhur masa silam tak kan lenyap ditelan zaman", semakin membuat antusias para penonton, khususnya mahasiswa Indonesia di Maroko untuk mendiskusikan karya ini.

"Film ini dibuat bersumberkan kekaguman terhadap keindahan Batak tradisional dan untuk menjunjung tinggi nilainya," ungkap MJA Nashir sutradara Film ini.

Jokowi Buka Fiesta Fatahillah

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, meresmikan Fiesta Fatahillah yang diadakan di Kota Tua malam ini.

Saat berkeliling meninjau kawasan Kota Tua beberapa waktu yang lalu, ia memutuskan peremajaan Kota Tua harus dilakukan tahun ini juga.

"Revitalisasi area seluas 284 ini betul-betul bisa kita mulai untuk kita kerjakan. Baik rekonstruksi, restorasi, infrastruktur, dan penghijauan," kata Jokowi saat meresmikan Fiesta Fatahillad di depan Museum Fatahillah, malam ini.

SD Darmono, Chairman Board of Trustee Jakarta Endowment for Art& Heritage (JEFORAH), mengatakan bahwa 56 persen gedung di kawasan Kota Tua dimiliki oleh swasta, 40 persen gedung milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan 4 persen milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peremajaan Kota Tua tidak akan sulit bila ada kerja sama antar pemangku kepentingan.

Jokowi menilai bila dibandingkan dengan kawasan kota tua di negara lain, Jakarta memiliki potensi yang lebih besar.

Malam ini, Gedung Pos yang terletak di seberang Museum Fatahillah pun akan dialihfungsikan menjadi visitor center, pusat pelayanan terpadu untuk para pemilik modal dan pakar yang ingin terlibat dalam revitalisasi Kota Tua, dan juga gedung seni rupa kontemporer.

Goenawan Mohamad selaku Chairman Board of Advisor JEFORAH dalam sambutannya mengatakan, langkah awal menjadikan Gedung Pos sebagai tempat pameran seni rupa bertujuan untuk membuka diri terhadap kreativitas.

"Diperlukan kepekaan desain dan ruang yang akan jadi modal menghidupkan kembali Jakarta menjadi ruang kehidupan yang layak," katanya.

Empatpuluh tujuh seniman seperti Agus Suwage dan Dolorosa Sinaga terlibat dalam pameran seni rupa kontemporer yang berlangsung hingga enam bulan.

Fiesta Fatahillah digelar mulai 13-16 Maret.

Yogyakarta Jadi Tuan Rumah Festival Film dan Budaya Dunia

Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival film dan budaya internasional. Selain memutar film bertema perempuan, festival yang digelar di Dusun Jogja Village Inn, Yogyakarta, 16-18 Maret 2014, itu juga diramaikan dengan pembacaan cerita pendek serta pertunjukan tari dan musik.

Bertajuk "Like the Unlike Film and Culture Festival Hits Jogjakarta", festival ini mengusung tema Crossing Borders. Tema ini menggambarkan bagaimana orang berpikir keluar dari kotak, melintasi batas dan keterbatasan.

”Semua orang punya kesempatan untuk berkarya di tingkat internasional,” kata panitia festival Muhammad Anta Kusuma, Kamis, 13 Maret 2014. Penyelenggaraan festival ini, kata dia, bertujuan mendukung seniman muda lokal untuk membangun jejaring dengan seniman internasional.

Festival film ini merupakan bagian dari Unlike Family, yakni festival film dan kebudayaan yang digarap oleh tim sukarelawan internasional. Muhammad Anta mengatakan festival serupa telah berlangsung di banyak negara. Beberapa di antaranya Yunani dan Denmark. Di Indonesia, festival film ini baru pertama kali gelar.

Tahun ini pengunjung akan menikmati festival film layaknya festival film di museum musik di Oslo, Norwegia, atau di Akropolis, Yunani. Selain film-film Indonesia, panitia juga akan memutar film dari sejumlah negara, seperti Prancis, Yunani, Korea, dan Palestina. “Kami akan membuat suasana menjadi intim dalam festival ini,” kata Anta.

Sutradara Nia Dinata rencananya membuka festival ini. Akan hadir pula Tamara Erde, sutradara, artis, dan fotografer yang banyak menyorot konflik Israel-Palestina. Pada hari yang sama, koreografer Willy Heramus juga akan menunjukkan kemampuannya menari.

Muhammad Anta mengatakan panitia akan memutar film bertema perempuan pada hari pertama. Beberapa di antaranya film tentang sunat yang menimbulkan trauma bagi perempuan Indonesia. Ada juga film tentang buruh migran yang bekerja di Hong Kong dan film tentang waria. “Kami menyajikan film-film dengan tema yang tidak populer dan kontroversial,” katanya.

Pada hari kedua, giliran sutradara film Indonesia Vivian Idris yang bakal tampil. Festival ditutup dengan penampilan rapper Indonesia, JFlow, dan penari Didik Ninik Thowok.

Indonesia Bangun Rumah Budaya di 10 Negara

Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggagas konsep diplomasi budaya dalam wujud Rumah Budaya Indonesia (RBI) yang direncanakan didirikan di 10 negara.

"Rumah Budaya Indonesia merupakan ruang publik untuk memperkenalkan kekayaan budaya bangsa ini kepada dunia dalam rangka meningkatkan citra, apresiasi dan membangun ikatan (budaya) masyarakat internasional terhadap Indonesia," kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti di Jakarta, Rabu (12/3).

"Di Rumah Budaya Indonesia, masyarakat lokal bisa belajar berbagai hal mengenai Indonesia seperti sejarah, bahasa dan tentu saja keragaman budaya Nusantara. Di tempat ini akan digelar pula berbagai pertunjukan seni dan pameran kesenian budaya Indonesia seperti pertunjukan tari tradisional, permainan musik tradisional, dan lain-lain," katanya.

Kegiatan promosi budaya melalui Rumah Budaya Indonesia direncanakan dikembangkan di 10 negara secara bertahap yaitu di Timor Leste, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Prancis, Singapura, dan Turki.

Untuk merealisasikannya, ujar Wiendu, Kemdikbud bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan pemerintah negara setempat. Timor Leste menjadi negara tujuan pertama untuk dibangunnya RBI. Pembangunan fisik RBI di Timor Leste akan rampung pada September tahun 2014, dengan menelan anggaran sekitar Rp 60 miliar.

"Timor Leste kami utamakan karena kedekatan hubungan, karena itu kita prioritaskan, dan ini akan menjadi rumah budaya Indonesia yang pertama," ujar Wiendu. Diharapkan, keberadaan rumah budaya Indonesia di sejumlah negara tersebut dapat menjadi tonggak penting dalam diplomasi budaya Indonesia.

Pagelaran Seni dan Budaya di Sekolah

Tanah Datar, Sumbar - Lembaga pendidikan, khususnya sekolah, memiliki peranan penting untuk melestarikan dan mengembangkan hasil karya seni dan budaya tradisional daerah. Peranan lembaga sekolah tersebut dinilai sangat strategis karena pewaris seni dan budaya tersebut masih berusia muda. Di pundak mereka tertumpang harapan untuk melestarikan seni dan budaya hasil karya pendahulu kita. Inilah salah satu landasan diadakannya pagelaran seni dan budaya di sekolah.

Seni dan budaya tradisional asli daerah tidak akan lenyap ditelan oleh gegap gempitanya seni dan budaya milik bangsa asing. Anak-anak bangsa akan meresapi lekuk-lekuk nilai yang tersimpan dalam kesenian dan kebudayaan daerah yang lebih sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, SMP Negeri 4 Lintau Buo, salah satu sekolah di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat, telah mengadakan acara pagelaran seni dan budaya sehari penuh, 12 maret 2014. Acara serupa telah diadakan setiap tahun menjelang ujian nasional ( UN ). Tujuan pagelaran seni dan budaya antara lain sebagai langkah untuk menerapkan teori pada mata pelajaran seni dan budaya sekaligus sebagai penilaian dalam ujian praktik UN 013-2014 mata pelajaran Seni dan Budaya

Selain itu, acara ini juga merupakan ajang ekspresi hasil karya seni dan budaya tradisional Minangkabau, seperti lagu dan tarian daerah, randai, drama Minangkabau, dan lain-lain. Melibatkan para pelajar secara langsung dalam berbagai acara seni dan budaya tradisional ini berujung pada tujuan meningkatkan apresiasi siswa terhadap hasil karya seni dan budaya daerah.

Diharapkan pagelaran seni dan budaya ini dapat juga dilakukan oleh semua sekolah sehingga kesenian dan kebudayaan daerah tetap lestari dan menjadi milik bangsa Indonesia.

UKSU-ITB Tampilkan Kesenian 7 Etnik Sumut di Jakarta

Jakarta - Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan beragam etnik yang tersebar dari utara hingga selatan. Dengan keragaman itu, Unit Kesenian Sumatera Utara Institut Teknologi Bandung (UKSU-ITB) menampilkan pertunjukan Maragam Bangso yang mengangkat tema "Keindahan 7 Etnik Sumatera Utara" pada Sabtu, 8 Maret 2014 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, West Mall Grand Indonesia lantai 8, Jakarta.

"Sebagai ruang publik yang berkomitmen untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia, kali ini Galeri Indonesia Kaya ingin mendekatkan masyarakat dengan 7 etnik di Sumatera Utara melalui pertunjukan yang digelar oleh UKSU ITB ini. Pertunjukan ini merupakan bentuk nyata dari kerinduan para pelajar yang berasal dari Sumatera Utara yang ingin mengembangkan dan melestarikan budaya Sumatera Utara melalui lagu, musik, dan tarian yang pantas untuk kita dukung dan apresiasi," tutur Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Judul Maragam Bangso ini berasal dari bahasa Batak Toba yang berarti beragam bangsa yang mengangkat keindahan 7 etnik Sumatera Utara, yakni Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Pak-Pak, Mandailing, dan Nias. Pertunjukan yang digelar oleh para mahasiswa ini mengajak penonton untuk menikmati lantunan musik, lagu, tarian dari ketujuh etnik tersebut.

Selama 50 menit, pengunjung Galeri Indonesia Kaya diajak untuk mengenal ketujuh etnik di Sumatera Utara melalui paduan video, musik, dan tarian yang ditampilkan. Dibuka oleh penampilan musik Batak dan tarian kontemporer yang diiringi paduan suara, penonton juga akan menyaksikan secara langsung salah satu lagu, atau tarian dari masing-masing etnik beserta esensi atau arti dari lagu, musik, atau tarian tersebut.

Beberapa lagu, video dan tarian yang ditampilkan oleh Pergelaran UKSU-ITB 2014 adalah tarian Tor-tor Somba, Tari Ya"ahowu Nias, musik dan tarian Piso Surit, Dembas Simenguda, Sitogol, Selayang Pandang dan paduan suara Batak Toba. Penampilan para pelajar ini ditutup dengan musik dan paduan suara. Pada bagian penutup ini, penonton akan diajak juga untuk menari bersama.

"Pertunjukan ini muncul dari kerinduan pada tanah kelahiran kami di Sumatera Utara keinginan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya leluhur di tanah perantauan melalui alunan musik, lagu dan tarian dari ketujuh etnik Sumatera Utara. Karena itu, kami mengapresiasi Galeri Indonesia Kaya yang memberikan dukungan dan ruang untuk berekspresi serta melestarikan kesenian budaya Indonesia," ujar Christian Sidauruk dari UKSU ITB.

Festival Kuliner Digelar di Banteng Vastenburg

Jakarta - Pemerintah kota Surakarta kembali menyelenggarakan festival kuliner pada 14-16 Maret 2014. Acara yang dihelat di pelataran Benteng Vastenburg ini akan menampilkan masakan dari berbagai hotel di Surakarta.

Ketua pelaksana festival kuliner, Daryono mengatakan setiap hotel sebenarnya punya makanan unggulan. "Itu yang ingin kami tampilkan dalam festival kali ini," katanya kepada wartawan, Jumat, 7 Maret 2014.

Ada 55 stan kuliner plus 25 stan yang memamerkan beragam peralatan memasak dari hotel. Dia sengaja menampilkan masakan para koki hotel agar masyarakat umum bisa melihat dan ikut merasakan. "Harganya lebih terjangkau," ucapnya, berpromosi.

Masakan hotel yang ditampilkan mulai makanan pembuka, makanan utama, dan makanan penutup. Setidaknya ada 30 hotel yang berpartisipasi dalam festival kuliner kali ini.

Tapi panitia juga memberi kesempatan kepada kuliner non-hotel untuk ikut serta. Misalnya para pembuat nasi liwet atau cabuk rambak. "Kami fasilitasi tempat gratis. Bagi yang berminat bisa segera mendaftar," katanya.

Untuk kuliner luar Solo, dia akan menampilkan sebagian dari 30 ikon kuliner nusantara. Contohnya rendang, sate ayam Madura, nasi tumpeng, dan soto ayam. Festival kuliner dapat dikunjungi mulai pukul 07.30 sampai 21.00.

Penasehat Indonesia Chef Association Solo, Jeffrey Y. Kotta mengatakan para koki hotel sudah berkomitmen menampilkan masakan khas Indonesia dan khususnya Solo. Dia mencontohkan menu yang ditampilkan seperti nasi liwet, tengkleng, asem-asem buncis, dan wedang kunyit asam. "Masih ada menu-menu tradisi lain yang akan kami tampilkan. Ini masih didiskusikan," katanya.

Selain pameran kuliner, acara akan dimeriahkan dengan lomba memasak dengan juri ahli kuliner terkenal seperti Sisca Soewitomo, Bondan Winarno, dan William Wongso. Juga ada pemberian penghargaan ahli memasak oleh panitia.

Grup Sarinam Juara I Festival Randai Rantau Kuantan

Teluk Kuantan, Riau - Grup Randai Sarinam dari Desa Teratak Air Hitam, Kecamatan Sentajo Raya, keluar sebagai juara I pada Festival Randai Rantau Kuantan yang telah digelar selama 10 hari (1-10 Februari).

Festival yang digelar Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kuansing bekerja sama dengan Komunitas Seni Kabupaten Kuansing, bertempat di Taman Jalur Kota Teluk Kuantan tersebut ditutup Senin (10/3/2014) malam.

Hadir pada malam penutupan itu Ketua Dewan Kesenian Kuansing Hj Juwita Alfis Sukarmis yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kuansing, Kepala Dinas Budparpora Maifadal Muin yang diwakili Sekretaris Yulisar Musri dan sejumlah Kabid pada Dinas Budparpora.

Malam penutupan Festival Randai itu disaksikan ratusan warga Kota Teluk Kuantan dan sekitarnya. Pada malam itu masyarakat dihibur Teater Grup Bahoyak Kirit Cs yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kuansing.

Selain mendapatkan piala bergilir dari Komunitas Seni, Grup Randai Sarinam juga mendapatkan piala tetap dan uang pembinaan sebesar Rp4 juta. Juara II diraih Grup Randai Air Mata Bunda dari Desa Pulau Busuk, Inuman, mendapatkan piala dan uang pembinaan sebesar Rp3 juta. Sementara juara III diraih Grup Randai Sagiro asal Desa Teratak Air Hitam, Kecamatan Sentajo Raya, mendapatkan piala dan uang pembinaan Rp2 juta.

Juara harapan I diraih Permata Bunda dari Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, mendapatkan Rp700 ribu, harapan II Gelora Muda dari Desa Banjar Benai, Kecamatan Benai, mendapatkan Rp500 ribu dan favorit diperoleh SMAN 1 Gunung Toar, Kecamatan Gunung Toar, mendapatkan uang pembinaan Rp1 juta.

Panitia pelaksana Alfion mengatakan, selama pelaksanaan kegiatan randai yang digelar pada malam hari mendapatkan sambutan antusias masyarakat Kuansing. "Alhamdulillah, masyarakat sangat antusias. Ini bisa dilihat, mulai pertama dilaksanakan festival sampai ke acara penutupan selalu ramai," kata Alfion.

Sementara Ketua Dewan Senin Kuansing Hj Juwita Alfis Sukarmis dalam sambutannya pada acara penutupan Senin malam, mengharapkan festival randai semakin berkembang dan dapat menghasilkan seniman-seniman yang andal, khususnya seniman di bidang kesenian tradisional.

Juwita Alfis Sukarmis sekaligus menyerahkan piala bergilir dan uang pembinaan kepada grup randai yang berhasil meraih juara I. Malam itu, Ketua TP PKK Kuansing ini juga berjoget bersama masyarakat yang dihibur musik tradisional randai tradisi masyarakat Kuansing.

Sebanyak 31 Gethek Ramaikan Bengawan Solo Gethek Festival 2014

Solo, Jateng - Even tahunan Bengawan Solo Gethek Festival kembali digelar. Even yang biasanya dihelat pada akhir tahun tersebut untuk tahun ini sengaja dimajukan mengingat debit air di Bengawan Solo yang jauh lebih tinggi dibanding pada akhir tahun kemarin.

Untuk tahun ini Bengawan Solo Gethek Festival diikuti sebanyak 31 peserta. Berbeda dengan tahun sebelumnya, untuk tahun ini Bengawan Solo Gethek Festival tidak saja diikuti oleh instansi dan kelompok masyarakat yang ada di Solo, melainkan juga diikuti oleh peserta dari Klaten Sukoharjo dan Wonogiri.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Eny Tyasni Suzana mengatakan penyelenggaraan even yang akan menginjak kali keempat tersebut sengaja dibuat lebih meriah daripada tahun-tahun sebelumnya. Oleh karenanya pihaknya juga tak membatasi peserta dari Solo saja tapi juga dari luar Solo juga diundangnya.

"Kali ini peserta dari Soloraya juga hadir seperti dari Klaten, Wonogiri dan Sukoharjo. Ini supaya lebih meriah," ujarnya, Minggu (9/3/2014).

Ditambahkan dalam acara Bengawan Solo Gethek Festival juga dimeriahkan dengan panggung hiburan dari seniman lokal Solo. Selain itu juga ada bazaar murah yang dikoordinasi dibawah Dinas Koperasi (Dinkop), Dinas Industri dan Perdagangan (disperindag) dan Dinas Pengelolaan Pasar (DPP).

Kuliner Indonesia Menggoda Lidah Masyarakat Namibia

London, Inggris - Citra rasa kuliner Indonesia yang khas menggoda lidah masyarakat dan komunitas internasional yang mengunjungi "Windhoek International Bazaar 2014".

Konselor KBRI Windhoek di Namibia Pramudya Sulaksono, Selasa (11/3) mengatakan kuliner Indonesia perlu diperkenalkan di Afrika, khususnya Namibia, mengingat makanan Indonesia kaya akan rasa dan rempah-rempah yang berbeda dengan kuliner negara lainnya.

Dikatakannya kuliner Indonesia mendapat pengaruh dari bangsa Eropa, khususnya Belanda. Penduduk Namibia keturunan Jerman dan Belanda (Boer) sebetulnya juga mengenal beberapa sajian dari Belanda seperti rissole atau risoles.

Meski sudah dikenal secara turun-temurun, risoles Indonesia mempunyai citra rasa berbeda. Selain risoles, beberapa kuliner Indonesia lain seperti mi goreng, lumpia sayur dan ayam, bakwan sayur dan jagung, kue lumpur, ketan srikaya, disajikan Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Windhoek dalam bazar tersebut.

KBRI Windhoek tidak hanya memperkenalkan kuliner khas Indonesia, tetapi juga tari tradisional "Candik Ayu" dari Jawa yang mengisahkan anak kecil yang sedang bermain sebelum matahari terbenam (candikala). Tari itu dibawakan Aura Syifa Nareswari (6), puteri pegawai KBRI Miranto Suwandi.

Tarian tradisional Indonesia melengkapi penampilan budaya dari Zulu, Mozambik, Nigeria, Jepang, Meksiko, Portugis, Belanda, Swiss, Italia dan Thailand. Selain Indonesia, bazar diikuti negara lainnya di antaranya Kuba, Brazil, Venezuela, Portugal, Spanyol, Aljazair, Turki, India dan Mesir.

Ketua panitia penyelenggara Amit Babluki menyampaikan apresiasinya terhadap keikutsertaan KBRI dan menyatakan makanan yang disajikan DWP KBRI merupakan yang terbaik dalam acara tersebut.

Hal yang sama juga disampaikan beberapa pengunjung lainnya yang tampak antusias membeli dan menikmati makanan khas Indonesia hingga makanan habis sebelum waktu yang ditetapkan.

Pemkot Kenalkan Batik Bekasi

Bekasi, Jabar - Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, Mulai mengintensifkan pengenalan motif batik Bekasi sebagai kebanggaan daerah kepada masyarakat setelah berhasil memperoleh hak paten dari pihak terkait.

"Sekarang Kota Bekasi sudah memiliki motif batik yang identik dengan daerahnya. Hal ini perlu kami perkenalkan juga kepada seluruh lapisan masyarakat," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi Amit Riyadi di Bekasi, Senin.

Tahap awal pengenalan motif tersebut dilakukan kepada sekitar 650 siswa SD dari Kecamatan Bekasi Selatan yang mengikuti Gerakan Mencanting di sekolah.

Kegiatan yang baru pertama kalinya digelar itu merupakan bagian dari rangkaian peringatan hari jadi ke-17 Kota Bekasi yang jatuh pada Senin (10/3).

"Selain dalam rangka memeriahkan HUT, acara ini juga dimaksudkan untuk menanamkan kecintaan terhadap batik di kalangan generasi muda," katanya.

Tak hanya itu, praktik membatik di kalangan siswa SD itu juga dimaksudkan untuk persiapan regenerasi pembatik di masa mendatang.

Saat ini saja, pelaku industri batik di Kota Bekasi baru sebatas pada enam pengusaha.

"Bila tak ada regenerasi, dikhawatirkan jumlah pembatik yang sudah minim itu bisa terus menyusut," katanya.

Salah satu siswa yang turut asyik mencanting pola batik di atas kain ialah Nazwa (9), siswa kelas 4 SDSN Pekayon VI. Objek pola batiknya kali ini ialah bambu yang menjadi simbol Kota Patriot.

"Mencanting tidak sulit, soalnya sebelumnya pernah juga mencoba, jadi sudah tahu bagaimana caranya," katanya.

Institusi Kesultanan Melayu Berhadapan Cabaran Besar

Kuala Kangsar, Malaysia - Institusi Kesultanan Melayu kini berhadapan cabaran lebih besar untuk menjadi institusi yang kekal relevan serta diterima secara positif dan dihormati rakyat, titah Pemangku Raja Perak Raja Dr Nazrin Shah.

Baginda bertitah kebelakangan ini kedengaran suara yang secara terbuka mencabar peruntukan tertentu undang-undang negara, bersikap melanggar adat dan adab serta mempersendakan Institusi Kesultanan di negara ini.

"Pada 21 Februari 2014, Mahkamah Tinggi mendapati pihak pendakwaan berjaya membuktikan kes melampaui keraguan munasabah terhadap Yang Berhormat Karpal Singh (Pengerusi DAP) yang didapati bersalah atas tuduhan melafazkan perkataan berbaur hasutan terhadap Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak pada 6 Februari 2009," titah baginda pada Mesyuarat Ke-156 Dewan Negara Perak di Istana Iskandariah di sini, hari ini.

Baginda bertitah usaha untuk memastikan institusi itu kekal relevan hendaklah difikirkan secara bijak dengan melaksanakan program yang berupaya merapatkan hubungan Raja dengan rakyat agar fahaman dan penghargaan rakyat terhadap Institusi Kesultanan dapat ditingkatkan.

Raja Nazrin bertitah program yang melibatkan Raja Pemerintah hendaklah dirangka dan diolah agar dapat memberi pengertian dan mengisi makna serta berupaya memberikan impak dan keberkesanan.

"Program-program jangan sekadar hanya berwajah istiadat, dianjurkan dan dihadiri oleh lingkungan audiens yang sama lagi terbatas. Program-program yang tidak dirancang secara bijak bersifat permukaan.

"Program-program sedemikian tidak produktif dan gagal memenuhi falsafah dan matlamat ia dianjurkan," titah baginda.

Raja Nazrin bertitah program sedemikian merupakan satu pembaziran sumber, tenaga, masa dan kewangan kerana tidak mendatangkan sebarang nilai tambah mahupun pulangan.

"Oleh itu, program-program yang melibatkan Raja Pemerintah, bermula dengan program sempena sambutan Hari Ulang Tahun Keputeraan Sultan Perak pada tahun ini, perlu diolah secara bijaksana, disuntik dimensi baharu, disegarkan dengan kandungan lebih dinamik, ditiupkan roh yang menghidupkan agar dapat merapatkan tautan hubungan di antara Raja dengan rakyat dan mengimbangkan antara protokol dengan imej kemesraan Raja Pemerintah terhadap rakyat," titah baginda.

Baginda bertitah untuk tujuan itu ia memerlukan perekayasaan semula beberapa perkara dari segi komposisi tetamu yang diundang serta susun atur tempat duduk agar Raja tidak kelihatan bersemayam terlalu jauh dengan audiens dan hanya diapit orang-orang yang sama serta melihat wajah yang serupa.

Raja Nazrin bertitah program dianjurkan di peringkat daerah pula sewajarnya memberi peluang kepada lebih ramai tetamu untuk mengenali Raja dan Raja juga berpeluang mengenali mereka.

Baginda bertitah untuk itu, ketua-ketua jabatan di peringkat negeri memadai dijemput secara selektif dan bergilir agar lebih ruang dapat diberikan kepada tetamu di peringkat daerah.

"Sektor swasta serta badan bukan kerajaan (NGO), wakil-wakil pelbagai agama, persatuan-persatuan kebajikan, belia, sukan dan pelajar, perkhidmatan beruniform, pengetua, guru besar dan guru-guru serta penghulu hendaklah dimasukkan dalam senarai jemputan, agar lebih ramai konstituen berpeluang berinteraksi dengan Raja Pemerintah," titah baginda.

Baginda bertitah selaras dengan langkah berjimat cermat kerajaan, aspek kos juga hendaklah dikawal dan diberikan perhatian serius agar rakyat tidak tersalah anggapan terhadap Institusi Raja.

"Kemeriahan sesuatu acara hendaklah menekankan aspek penyertaan rakyat, dimeriahkan kerana kehadiran rakyat dengan perbelanjaan yang sederhana lagi berpatutan," titah baginda.

Raja Nazrin bertitah demi menjamin kelangsungan dan kefahaman rakyat jelata akan peranan serta kerelevanan Institusi Raja, perekayasaan pendekatan amat perlu diperkenalkan agar terjalin rasa kasih, sayang serta hormat rakyat kepada Raja Pemerintah.

Adat Istiadat Melayu Tergerus Westernisasi

Siak Sri Indrapura, Riau - Gubernur Riau H. Annas Maamun meminta pengurus Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) untuk memberikan pendidikan adat dan budaya kepada generasi muda. Sebab, saat ini kepribadian manusia melayu semakin tergerus westernisasi.

"Dulu, kalau ayah sedang kedatangan tamu di depan (rumah), kami tak sanggup lewat. Kalau sekarang, jangankan lewat, kepalo ayah dipegang dari belakang," ungkap Annas Maamun di Gedung LAM Riau Kabupaten Siak, Kamis (6/3/2014).

Menurut Annas Maamun, itu hanya salah satu contoh kondisi anak-anak zaman sekarang. Masih banyak lagi perilaku negatif yang ditunjukkan remaja.

"Untuk itu, anak-anak sekarang harus diajarkan adat dan agama yang benar. Ini salah satu tugas dari LAM," kata Gubernur.

Sementara itu, Gubernur Riau mengaku sudah meminta pengurus LAM Riau untuk mengadakan pelatihan tentang adat istiadat melayu. Pelatihan itu diperuntukkan untuk pengurus LAM se-Riau. "Sehingga, adat sebetul adat melayu itu benar-benar. Bukan sembarangan," kata Annas.

"Tapi, kalau ada pelatihan, jangan latih-latih yang lain. Ini tidak, maaf ye, kadang mereka (pengurus LAM) sampai-sampai ngomongin korupsi Bupati. Macam dio tak korupsi ajo," lanjut Annas sambil tertawa.

17 Paguyuban Ikuti Festival Tari Jaranan

Tenggarong, Kaltim - Sebanyak 17 paguyuban seni Tari Jaranan atau kuda kepang unjuk kebolehan dalam Festival Tari Jaranan se-Kukar, di lapangan parkir Stadion Rondong Demang Tenggarong, Sabtu (1/3) lalu. Festival kesenian khas Jawa itu dibuka Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Didi Ramyadi, dan dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dibudpar) Sri Wahyuni.

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari dalam sambutannya yang disampaikan Didi Ramyadi mengapresiasi para seniman dan warga Kukar yang senantiasa mencintai kebudayaan serta terus berupaya melestarikan kebudayaan Indonesia.

Pemkab Kukar, kata Rita, berharap kegiatan seperti ini dapat terus terlaksana, sehingga dapat menggali seluruh potensi seni yang ada di Kukar. "Ini tentu saja seiring dengan harapan bahwa melalui kegiatan seperti ini, para seniman dapat memiliki kesempatan untuk menunjukkan hasil kreasinya di bidang seni dan budaya," ujar Bupati.

Sebaliknya, Rita juga mengingatkan karena di Kukar terdiri dari etnis yang berbeda dan membawa adat budaya yang berbeda, maka seluruh masyarakat Kukar memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam membangun dan menyejahterakan bumi Kutai Kartanegara.

Melalui pidatonya, atas nama Pemkab Kukar, Rita mengimbau kepada masyarakat agar memiliki rasa persatuan dan kebersamaan dalam membangun Kukar, baik sektor kebudayaan maupun sektor lainnya, agar secara bersama-sama membangun dan melanjutkan pembangunan yang sedang berlangsung di Bumi Etam.

"Persembahkan yang terbaik yang dapat kita lakukan demi kemakmuran bangsa," pesannya.

Jam Gadang

Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti “jam besar”.

Selain sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik di hari kerja maupun di hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.

Struktur

Jam Gadang memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.

Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.

Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi penyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih.

Sejarah

Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.

***

Sumber : wikipedia

Foto : auliyafithry.blogspot.com

Museum Lambung Mangkurat

Museum Lambung Mangkurat merupakan museum yang terdapat di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Gedung dua lantai dengan total luas area 1,5 Ha, museum yang diresmikan Mendikbud Daoed Yoesoef pada 1979 tersebut memiliki 11.965 koleksi. Koleksi-koleksi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 10 jenis yaitu, Geologi/Geografi, Biologi, Etnografika, Arkeologi, Historika, Numismatika/Heraldika, Filologi, Keramologi, Seni Rupa, dan Teknologi.

Bangunan museum ini berarsitektur rumah tradisional Banjar, Rumah Bubungan Tinggi, yang dipoles dengan gaya modern. Barang koleksi Museum terdiri dari peninggalan Kesultanan Banjar, Candi agung, dan Candi laras, perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin, perkakas pertanian dan perabot rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya.

Di lantai pertama, terdapat tiga ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan jukung tambangan. Selain ketiga jenis kapal tersebut, pengunjung juga dapat melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus Cotaceae).

Sementara di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa masuk ke masa prasejarah. Di salah satu ruangan tertutup ini, pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah, seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pameran tertutup yang lain, pengunjung akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar.

Di lantai dua, pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalimantan Selatan. Di tempat ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai bentuk rumah tradisional Banjar, seperti; Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran, Batamat Al Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya.

Dengan memasuki museum Lambung Mangkurat, para pengunjung dibawa ke masa lalu, yaitu masa sebelum Kalimantan Selatan berubah menjadi sebuah provinsi. Museum ini dapat memberikan pemahaman kepada pengunjung tentang perkembangan masyarakat Banjar dari zaman purba, yakni ketika masih menggunakan perkakas dari batu, hingga perkembangan kerajaan-kerajaan yang pernah ada dan berpengaruh di Kalimantan Selatan. Dengan melihat Genta Kencana (tempat raja beristirahat), misalnya, pengunjung akan mengetahui bagaimana peradaban yang dibangun masyarakat Banjar saat itu.

Menuju museum yang terletak di Banjarbaru, 35 km dari Banjarmasin, tidaklah terlalu sulit. Letaknya yang strategis, di Jalan A.Yani, menjadikannya mudah dicapai dengan alat transportasi apa pun juga, baik kendaraan pribadi atau angkutan umum. Dari Bandar udara Syamsudin Noor Landasan Ulin Banjarbaru, pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

***

Sumber: wacananusantara.org

Foto: ace-informasibudaya.blogspot.com

Kerajaan Amanatun – Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki sejarah panjang tentang proses perubahan bentuk wilayah mereka. Salah satu sejarah panjang yang menyangkut wilayah tersebut adalah sejarah mengenai kerajaan Amanatun yang bagi masyarakat setempat dikenal dengan nama kerajaan Onam atau kadang disebut Tun Am-Fatumean. Kerajaan Amanatun (Onam) yang berada di Timor Tengah mungkin bisa menjadi sebuah contoh, bagaimana wilayah yang dulunya memiliki pemerintahan yang sudah mapan kemudian memutuskan untuk menggabungkan diri menjadi bagian dari negara Indonesia.

Kerajaan Amanatun (onam) merupakan salah satu kerajaan tua yang terletak di Pulau Timor bagian barat wilayah Indonesia. Dalam buku “Raja-Raja Amanatun Yang Berkuasa” karya Don Yesriel Yusa Bunanaek, menceritakan asal usul sejarah kerajaan Amanatun berasal dari tiga orang bersaudara yang menjelajahi timor. Ketiga saudara tersebut adalah Tei Liu Lai, Kaes Sonbai, Tnai Pah Banunaek. Salah satu saudara tersebut yaitu Tnai Pah Banunaek mendirikan kerajaan Amanatun dan menjadi pemimpin pertama kerajaan Amanatun di ibukota Nunkolo yang terletak di wilayah Timor Tengah Selatan.

Nama Amanatun berasal dari kata Ama dan Mnatu yang memiliki arti Bapak dan emas. Konon nama ini bermula dari raja Tnai pah Banunaek yang senang mengenakan busana dan perhiasan dari emas.

Penjelajah dari Cina yang menulis teks Dao Zhi dari tahun 1350, bahkan sejak Dinasti Sung sudah mengenal Timor. Ada beberapa jalur pelayaran dan pintu gerbang pelabuhan laut untuk menuju Timor saat itu. Salah satunya adalah di Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am (Tun Am). Pelabuhan di Timor saat itu ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Makasar, Malaka, Jawa, China, dan kemudian –pada abad ke-17 dan 18– Eropa seperti Spanyol, Inggris, Portugis, dan Belanda turut memeriahkan perdagangan.

Awal mula kerajaan Amanatun meliputi wilayah-wilayah kecil yang tersebar, yaitu Noebone dan Noebanu (wilayah Anas). Pada tahun 1913, berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda wilayah Anas bergabung dengan wilayah Timor Tengah Selatan dan menjadi bagian dari kerajaan Amanatun.

Kerajaan Amanatun memiliki masa kejayaan dan keemasan yang membuat kerajaan tersebut menjadi terkenal karena kemakmurannya. Kemakmuran tersebut berasal dari hasil produksi jagung, cendana dan lilin. Cendana merupakan komoditas paling populer dan dicari orang di daerah tersebut. Setengah hasil produksi cendana dan lilin ditukar dengan emas. Produksi cendana yang melimpah serta kualitasnya yang bagus terdengar sampai ke luar negeri. Portugal, Spanyol, Inggris dan Belanda adalah negara yang datang ke kerajaan Amanatun untuk mencari cendana.

Kedatangan orang asing di kerajaan Amanatun ternyata membawa malapetaka. Belanda menjajah kerajaan Amanatun dan nusantara. Penjajahan Belanda terhadap kerajaan Amanatun dilakukan dengan membatasi kekuasaan raja Amanatun. Salah satu pembatasan yang dilakukan oleh penjajah Belanda kepada kerajaan Amanatun adalah membagi Timor kepada beberapa daerah kekuasaan kerajaan. Adapun hal lainnya adalah terjadi kesepakatan antara kerajaan Amanatun dengan pihak Belanda yang mengakibatkan kerugian bagi Kerajaan Amanatun.

Tercatat dalam arsip kuno Portugis “Summaria relaçam do Que Obrerao os relegiozas dan ordem dos pregadores” bahwa pada tahun 1641 ketika bangsa Portugis dan balatentaranya tiba di Kerajaan Amanatun, seorang Padri bernama Frey Lucas da Cruz berhasil membaptiskan (mengkristenkan) seorang raja Amanatun.

Pada tahun 1641 kerajaaan yang terletak di Gunung Sunu (Sonaf Plikuna – Sonaf Ni Fanu) ini kemudian tercatat mendapat serangan dari armada tentara Makassar dibawah pimpinan Raja Tallo dari Kerajaan Gowa-Tallo.

Terjadi perang Penfui pada tanggal 11 Nopember 1749 maka kerajaan Amantun menjadi sekutu Portugis. Salah satu alasan terjadi perang Penfui karena para Raja yang pro kepada Portugis tidak menghendaki adanya pembagian wilayah di Timor khususnya wilayah Timor Barat antara Belanda dengan Portugis.

Residen J A Hazart merupakan residen Timor kelahiran Timor 8 agustus 1873. Saat resident Hazart menjadi residet di Timor maka raja Amanatun pada saat itu adalah raja Muti Banunaek I (atau biasa disebut Raja Kusat Muti ). Residen Hazart memerintah antara tahun 1810-1811, dan pada tahun 1811 Nusantara diserahkan ke Inggris dan baru dikembalikan kepada Belanda pada tahun 1816 dan residen Hazart kembali berkuasa. Banyak hal yang diperbuat Hazart saat menjadi residen Timor seperti : – Daerah pertahanan VOC di pantai utara Timor ( Manulae hingga Pariti pada tahun 1819 dipenuhi oleh orang-orang Rote yang didatangkan oleh Belanda sebagai pagar hidup Belanda untuk mencegah serangan dari raja-raja Timor sepeti Amarasi, Amanuban dan Amanatun.

Belanda melakukan politik adu domba (devide et empera) sebagai upaya membatasi kekuasaan kerajaan Amanatun. Bekas wilayah Kerajaan Amanatun dibagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yakni; Miomaffo, Mollo, dan Fatule’u. Ketiga kerajaan ini berada di bawah onderafdeeling (pemerintahan setingkat kabupaten) yang berbeda. Kerajaan Miomaffo berada di bawah Onderafdeeling Noord Midden Timor (Timor Tengah Utara). Kerajaan Mollo dimasukkan ke dalam Onderafdeeling Zuid Midden Timor (Timor Tengah Selatan). Dan Kerajaan Fatule’u di bawah Onderafdeeling Kupang (Wadu, 2003:63). Sedangkan Onderafdeeling Zuid Midden Timor (Timor Tengah Selatan) hanya meliputi tiga landscappen (kerajaan kecil) yakni; Kerajaan Mollo, Amanuban, dan Amanatun (Fobia, 1995: 48).

Pada saat Raja Muti Banunaek II diasingkan ke Flores, pemerintah kolonial Hindia Belanda melakukan pemindahan batas kerajaan yang sudah ditetapkan oleh Raja Liurai (Belu) dengan Raja Banunaek (Amanatun). Adapun pemindahan tersebut berlangsung pada bulan Juni 1917 (zaman Raja Kusa Banunaek). Dengan memindahkan batas antara kedua kerajaan tua, yaitu perpindahan batas dari Betun ke We Baria Mata, Malaka. Disahkan dengan penandatanganan persehatian perbatasan ini oleh Belanda pada 25 Juli 1917. Perpindahan batas ini sebagai reaksi balas dendam pemerintah kolonial Belanda terhadap Raja Amanatun karena gugurnya tentara Belanda saat melakukan infasi ke Amanatun.

Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kalah kepada Jepang dan pemerintah Nipoon mulai berkuasa. Kekuasaan Jepang di wilayah Indonesia Timur dibawa kekuasaan Kaigun dan berpusat di Makasar. Khususnya di wilayah Indonesia Timur –Sunda Kecil –Nusa Tenggara dipimpin oleh Minseifu Cocan di Singaraja. Di dalam Mainsebu Cokan terdapat dewan perwakilan yang mewakili raja-raja.

Atas kehendak dari Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek) –raja terakhir kerajaan Amanatun– pada tahun 1951 daerah Oinlasi dipilih dan ditetapkan menjadi ibukota dan pusat pemerintahan swapraja Amanatun. Dengan pertimbangan aksesibilitas dengan kota SoE. Kota Oinlasi letaknya berjarak 46 km dari Kota SoE dan hingga kini menjadi ibu kota kecamatan Amanatun Selatan.

Memasuki masa kemerdekaan Indonesia maka Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek kemudian menjadi Kepala Daerah Swapraja Amanatun. Yang menjadi Kepala Daerah Swapraja adalah Raja, sedangkan kalau Rajanya sudah wafat maka diangkat seorang Wakil Kepala Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan, tetapi dia bukan seorang Raja.

Raja Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek bersama dengan Raja-Raja di Nusa Tenggara Timur lainya kemudian tergabung dalam Dewan Raja-Raja. Mereka memiliki peranan yang penting dalam pembentukan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sebuah wilayah yang sebelumnya termasuk ke dalam Propinsi Sunda Kecil.

Keputusan Presiden No 202/1956 bahwa Nusa Tenggara dalam PP Ris No 21/1950 Lembaran Negara RIS tahun 1950 No.59 menjadi tiga daerah tingkat satu. Kemudian dengan UU No 1 tahun 1957 – UU No 64/1958 Nusa Tenggara menjadi tiga daerah Swatantra tingkat I. Kemudian berdasarkan UU no 69 tahun 1958 maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II di Nusa Tenggara Timur dengan 12 Kabupaten.

***

Sumber: wacananusantara.org

Foto: wacananusantara.org

Gohu Ikan, Kuliner “sashimi” dari Ternate

Salah satu hidangan tersohor dari tanah Ternate adalah “gohu ikan”, yakni sajian ikan tuna mentah dengan kucuran saus yang khas. Penyebutan makanan ini harus lengkap, sebab jika hanya disebut “gohu”, artinya adalah rujak asinan pepaya muda yang juga sama terkenalnya di Ternate. Karena kemiripannya dengan panganan khas Jepang, sashimi, tak jarang orang menyebutnya sebagai sashimi Ternate.

Gohu ikan Ternate berbahan dasar ikan tuna (yellowfin tuna/thunnus albacares), sementara bila sedang tidak musim tuna, ikan cakalang (skipjack) menjadi pilihan lain. Cara penyajiannya, daging tuna segar (baca: mentah) dipotong kecil-kecil, dicuci, kemudian dilumuri dengan garam dan perasan lemon cui (semacam jeruk nipis yang harum dan dalamnya berwarna kuning-jingga), kemudian dicampur dengan rajangan kasar daun balakama (kemangi).

Bawang merah dan cabe rawit (disebut rica gufu di Ternate) dirajang kasar, lalu ditumis dengan sedikit minyak kelapa. Minyak kelapa panas dengan bawang merah dan cabe rawit ini kemudian dituangkan ke potongan ikan tuna mentah, diikuti dengan taburan kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar.

Selain di Jepang, sajian ikan segar serupa ini ternyata juga dapat dijumpai di sejumah negara lain, seperti Hawaii, Amerika Serikat dan Filipina bagian Selatan. Di Hawaii, sajian mirip gohu ikan Ternate disajikan tanpa cabe rawit maupun kacang goreng. Sementara daun kemanginya diganti dengan “wakame” alias rumput laut.

Sajian ini terkenal di Hawaii dengan nama “onopoke”. Sementara di Filipina Selatan, sajian serupa gohu populer ini disebut “kinilauw”. Kinilauw hanya memakai tuna yang dipotong kubus, dilumuri dengan garam, dicampur dengan rajangan kasar bawang merah dan tomat, lalu dikucuri perasan jeruk nipis.

Di Ternate, gohu ikan biasa dimakan sebagai lauk pendamping nasi atau bubur sagu.

Berikut ini adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak gohu ikan, beserta tatacara memasaknya, seperti yang diriwayatkan Ibu Maulana dan Bondan Winarno:

Bahan:
200 gram ikan tuna
1 genggam kacang tanah goreng (atau kenari sangrai),tumbuk kasar
4 sdm minyak kelapa (bukan minyak kelapa sawit!)

Bumbu:
10 cabe rawit (rica gufu), rajang kasar
1 genggam kemangi (balakama), sebagian rajang kasar
10 siung bawang merah, rajang kasar
2 lemon cui (limau kasturi, jeruk kunci, kietna)
garam

Cara membuat:

Potong dadu ikan tuna mentah, cuci, lalu lumuri dengan perasan lemon cui dan garam.
Campurkan dengan rajangan kemangi. Bila tidak tersedia lemon cui, dapat diganti jeruk nipis.
Campurkan rajangan cabe rawit, bawang merah, dan kacang tanah.
Siram dengan minyak panas. Bila ingin agar tuna lebih matang, tambahkan minyak panas, agar semua permukaan tuna terpapar pada minyak panas.
Sajikan dengan hiasan daun kemangi.


***

Sumber: wacananusantara.org

Foto : wacananusantara.org

Sejarah Rokok Kretek di Indonesia

Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal usul yang akurat tentang rokok kretek. Menurut kisah yang hidup di kalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.

Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan “rokok obat” ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi “keretek”, maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan “rokok kretek”. Awalnya, kretek ini dibungkus klobot atau daun jagung kering. Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri dari 10, tanpa selubung kemasan sama sekali. Rokok kretek pun kian dikenal. Konon Djamari meninggal pada 1890. Identitas dan asal-usulnya hingga kini masih samar. Hanya temuannya itu yang terus berkembang.

Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek “Tjap Bal Tiga”. Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.

Menurut beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan Agung menjual rokok “klobot” (rokok kretek dengan bungkus daun jangung kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.

Awal usaha Kretek

Nitisemito seorang buta huruf, putra Ibu Markanah di desa Janggalan dengan nama kecil Rusdi. Ayahnya, Haji Sulaiman adalah kepala desa Janggalan. Pada usia 17 tahun, ia mengubah namanya menjadi Nitisemito. Pada usia tersebut, ia merantau ke Malang, Jawa Timur untuk bekerja sebagai buruh jahit pakaian. Usaha ini berkembang sehingga ia mampu menjadi pengusaha konfeksi. Namun beberapa tahun kemudian usaha ini kandas karena terlilit hutang. Nitisemito pulang kampung dan memulai usahanya membuat minyak kelapa, berdagang kerbau namun gagal. Ia kemudian bekerja menjadi kusir dokar sambil berdagang tembakau. Saat itulah dia berkenalan dengan Mbok Nasilah, pedagang rokok klobot di Kudus.

Mbok Nasilah, yang juga dianggap sebagai penemu pertama rokok kretek, menemukan rokok kretek untuk menggantikan kebiasaan nginang pada sekitar tahun 1870. Di warungnya, yang kini menjadi toko kain Fahrida di Jalan Sunan Kudus, Mbok nasilah menyuguhkan rokok temuannya untuk para kusir yang sering mengunjungi warungnya. Kebiasaan nginang yang sering dilakukan para kusir mengakibatkan kotornya warung Mbok Nasilah, sehingga dengan menyuguhkan rokok, ia berusaha agar warungnya tidak kotor. Pada awalnya ia mencoba meracik rokok. Salah satunya dengan menambahkan cengkeh ke tembakau. Campuran ini kemudian dibungkus dengan klobot atau daun jagung kering dan diikat dengan benang. Rokok ini disukai oleh para kusir dokar dan pedagang keliling. Salah satu penggemarnya adalah Nitisemito yang saat itu menjadi kusir.

Nitisemito lantas menikahi Nasilah dan mengembangkan usaha rokok kreteknya menjadi mata dagangan utama. Usaha ini maju pesat. Nitisemito memberi label rokoknya “Rokok Tjap Kodok Mangan Ulo” (Rokok Cap Kodok makan Ular). Nama ini tidak membawa hoki malah menjadi bahan tertawaan. Nitisemito lalu mengganti dengan Tjap Bulatan Tiga. Lantaran gambar bulatan dalam kemasan mirip bola, merek ini kerap disebut Bal Tiga. Julukan ini akhirnya menjadi merek resmi dengan tambahan Nitisemito (Tjap Bal Tiga H.M. Nitisemito).

Bal Tiga resmi berdiri pada 1914 di Desa Jati, Kudus. Setelah 10 tahun beroperasi, Nitisemito mampu membangun pabrik besar diatas lahan 6 hektar di Desa jati. Ketika itu, di Kudus telah berdiri 12 perusahaan rokok besar, 16 perusahaan menengah, dan tujuh pabrik rokok kecil (gurem). Di antara pabrik besar itu adalah milik M. Atmowidjojo (merek Goenoeng Kedoe), H.M Muslich (merek Delima), H. Ali Asikin (merek Djangkar), Tjoa Khang Hay (merek Trio), dan M. Sirin (merek Garbis & Manggis).

Sejarah mencatat Nitisemito mampu mengomandani 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok per hari 1938. Kemudian untuk mengembangkan usahanya, ia menyewa tenaga pembukuan asal Belanda. Pasaran produknya cukup luas, mencakup kota-kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke Negeri Belanda sendiri. Ia kreatif memasarkan produknya, misalnya dengan menyewa pesawat terbang Fokker seharga 200 gulden saat itu untuk mempromosikan rokoknya ke Bandung dan Jakarta

Ambruknya rokok kretek Bal Tiga dan munculnya pesaing

Hampir semua pabrik itu kini telah tutup. Bal tiga ambruk karena perselisihan di antara para ahli warisnya. Munculnya perusahaan rokok lain seperti Nojorono/Clas Mild (1930), Djamboe Bol (1937), Djarum (1951), dan Sukun, semakin mempersempit pasar Bal Tiga ditambah dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1942 di Pasifik, masuknya tentara Jepang, juga ikut memperburuk usaha Nitisemito. Banyak aset perusahaan yang disita. Pada tahun 1955, sisa kerajaan kretek Nitisemito akhirnya dibagi rata pada ahli warisnya.

Ambruknya pasaran Bal Tiga disebut sebut juga karena berdirinya rokok Minak Djinggo pada tahun 1930. Pemilik rokok ini, Kho Djie Siong, adalah mantan agen Bal Tiga di Pati, Jawa Tengah. Sewaktu masih bekerja pada Nitisemito, Kho Djie Siong banyak menarik informasi rahasia racikan dan strategi dagang Bal Tiga dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di HIS Semarang yang juga menantu Nitisemito.

Pada tahun 1930, Minak Djinggo, yang penjualannya melesat cepat memindahkan markasnya ke Kudus. untuk memperluas pasar, Kho Djie Siong meluncurkan produk baru, Nojorono. Setelah Minak Djinggo, muncul beberapa perusahaan rokok lain yang mampu bertahan hingga kini seperti rokok Djamboe Bol milik H.A. Ma’roef, rokok Sukun milik M. Wartono dan Djarum yang didirikan Oei Wie Gwan.

Perusahaan rokok kretek Djarum berdiri pada 21 April 1951 dengan 10 pekerja. Oei Wie Gwan, mantan agen rokok Minak Djinggo di Jakarta ini, mengawali bisnisnya dengan memasok rokok untuk Dinas Perbekalan Angkatan Darat. Pada tahun 1955, Djarum mulai memperluas produksi dan pemasarannya. Produksinya makin besar setelah menggunakan mesin pelinting dan pengolah tembakau pada tahun 1967.

Di era keemasan Minak Djinggo dan di ujung masa suram Bal Tiga, aroma bisnis kretek menjalar hingga ke luar Kudus. Banyak juragan dan agen rokok bermunculan. Di Magelang, Solo dan Yogyakarta, kebanyakan pabrik kretek membuat jenis rokok klembak. Rokok ini berupa oplosan tembakau, cengkeh dan kemenyan.

Perkembangan industri kretek di pulau Jawa

Kretek juga merambah Jawa Barat. Di daerah ini pasaran rokok kretek dirintis dengan keberadaan rokok kawung, yakni kretek dengan pembungkus daun aren. Pertama muncul di Bandung pada tahun 1905, lalu menular ke Garut dan Tasikmalaya. Rokok jenis ini meredup ketika kretek Kudus menyusup melalui Majalengka pada 1930-an, meski sempat muncul pabrik rokok kawung di Ciledug Wetan.

Sedangkan di Jawa Timur, industri rokok dimulai dari rumah tangga pada tahun 1913 yang dikenal dengan Dji Sam Soe. Tonggak perkembangan kretek dimulai ketika pabrik-pabrik besar menggunakan mesin pelinting. Tercatat PT Bentoel di Malang yang berdiri pada tahun 1930 yang kedua memakai mesin pada tahun 1965 (setelah Dji Sam Soe; 1960), mampu menghasilkan 6000 batang rokok per menit. PT Gudang Garam, Kediri dan PT HM Sampoerna tidak mau ketinggalan, begitu juga dengan PT Djarum, Djamboe Bol, Nojorono dan Sukun di Kudus.

Kini terdapat empat kota penting yang menggeliatkan industri kretek di Indonesia; Kudus, Kediri, Surabaya dan Malang. Industri rokok di kota ini baik kelas kakap maupun kelas gurem memiliki pangsa pasar masing-masing. Semua terutapa pabrik rokok besar telah mencatatkan sejarahnya sendiri. Begitu pula dengan Haji Djamari, sang penemu kretek. Namun riwayat penemu kretek ini masih belum jelas. Dan kisahnya hidupnya hanya dekrtahui di kalangan pekerja pabrik rokok di Kudus.

***

Sumber: Wikipedia
-

Arsip Blog

Recent Posts