Melayu Jawa Berpadu dalam Solo International Performing Art 2014

Solo, Jateng - Hal berbeda benar-benar dihadirkan Panitia Solo International Performing Art (SIPA) pada penyelenggaraan ke-6 tahun ini. Tak sekadar menghadirkan kerabat KGPAA Mangkunegara IX yang bernama Yang Tunku Atiah sebagai maskot, busana yang dikenakan merupakan perpaduan dua budaya. Dengan waktu pembuatan tiga pekan, busana ini mengkombinasikan unsur budaya Jawa dengan Melayu.

“Perpaduan yang coba saya ciptakan terlihat dari bahan busana. Dari Jawa ada penetep gunungan, uded cinde, slepe, plat bahu dan mekah atau kemben jawa. Sementara unsur Melayu ada sunting, tekan kundai, anting kerabu beruntai, kalung emas sura dan songket pande site. Secara keseluruhan busana ini sudah mencapai 75 persen. Tinggal menambah aksesoris lain seperti bunga mawar saja,” terang Designer Busana Maskot SIPA 2014, Rory Wardhana, Rabu (4/6/2014) siang.

Warna biru menjadi dasar dari busana yang akan dikenakan Yang Tunku Atiah. Ditambah aksesoris warna emas dan kain songket pande site sepanjang 10 meter, busana yang dikenakan tampak mewah. Apalagi bawahan yang menggunakan celana panjang membuat sang pemakai terlihat dinamis. Tak kesusahan untuk bergerak.

“Sang maskot kan nanti akan menari saat pembukaan. Jadi saya tidak memakai rok atau jarik yang sulit untuk bergerak. Ini juga salah satu bentuk regenerasi wanita yang kini lebih banyak menggunakan celana panjang dalam beraktivitas,” lanjutnya.

Dalam sesi pemotretan di Pura Mangkunegara, Rabu (4/6/2014) Yang Tunku Atiah tampak ceria melihat busana yang akan dipakainya. Menurut wanita yang mempelajari seni tari sejak kecil tersebut, dirinya tak kesusahan untuk bergerak. Kondisi itu diyakininya akan memudahkan pentas tarinya saat pembukaan nanti.

“Busana ini enak dipakai. Apalagi pakai celana panjang, jadi lebih mudah buat jalan,” tutur wanita berkewarganegaraan Malaysia ini.

-

Arsip Blog

Recent Posts